CHAPTER 4

1.4K 150 1
                                    

Sakura memandang kosong batu nisan dihadapannya. Hujan turun deras membasahi tubuhnya. Seolah mencoba untuk meringankan beban yang ditanggung nya dengan membawa pergi bersama tetesan air hujan.

Tidak ada lagi airmata yang keluar karna hujan telah menggantikannya...

Tidak ada lagi isakan dan raungan karna suara guntur telah menggantikannya..

Seolah mengerti perasaan nya saat ini, langit pun ikut mengeluarkan kesedihannya. Ikut menangis bersama dengan gadis merah muda itu.

Sasuke melihatnya..
sosok berbeda dari seorang haruno sakura..
Ia mengeratkan genggaman pada payung hitam di tangan kanannya..
Sasuke ingin berlari kesana..
memeluk tubuh rapuh itu dan memberikan kehangatan untuk melawan dinginnya air hujan..
Namun, sasuke tahu....
ini belum saatnya..
sakura butuh waktu untuk bisa menenangkan dirinya..

Air mata ino ikut jatuh bersamaan dengan ribuan tetes air hujan..
Ia sungguh merasa menjadi sahabat yang tidak berguna..
Bagaimana bisa ia tak pernah tahu betapa menderitanya sakura dibalik senyuman yang selalu gadis itu tunjukan..
Sakura selalu memberikan dukungan padanya lewat senyuman nya..
Memberikan kata-kata penyemangat saat orang-orang mencaci dan menghina dirinya..
Namun,
Ino tak pernah sadar..
Bahwa dibalik senyuman itu, ada berjuta rasa sakit yang sakura sembunyikan...

Ino menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Berusaha untuk meredam isakan yang siap keluar. 'Maaf sakura.. maafkan aku..'

🌸🌸🌸

"Sakura.."

sakura menegakkan kepalanya begitu mendengar suara yang sangat ia kenal. Pandangannya menajam dan ekspresi nya mengeras.

Sakura mengepalkan tangannya kuat hingga jarinya memutih.

Ia berbalik perlahan dan menatap tajam seorang pria parubaya yang berjarak cukup jauh di hadapannya.

Kizashi melihatnya dengan pandangan menyesal. Wajah dan sekujur tubuh pria itu itu basah terkena air hujan. "Sakura...
a-ayah minta maaf nak.. A-ayah.." suaranya bergetar dan wajahnya yang menyiratkan berjuta penyesalan. kizashi menundukkan kepalanya tak berani menatap mata putrinya.

"Kenapa minta maaf padaku?" Suara sakura terdengar datar tanpa emosi. Namun, sungguh kizashi lebih memilih menghadapi teriakan dan cacian dari putrinya dibandingkan seperti ini.

"A-ayah..." kizashi tak sanggup mengeluarkan suaranya. Lidahnya terasa kelu dan dadanya begitu sesak menahan segala perasaan yang selama ini ia tahan.

"Aku hanya minta kau untuk mendatangi pemakaman ibuku.. apa masih begitu sulit?!" Pandangannya datar namun menyiratkan berjuta luka.

Kizashi diam. ia tidak tau harus menanggapi apa. Kepalanya tertunduk menghindari tatapan menusuk dari sang putri.

"Kenapa diam?! Kau sudah bisu hah!!" Teriak sakura dengan matanya yang menajam. Tidak ada lagi rasa hormat yang tersisa untuk ayahnya. Rasa sakit sudah menutupi semuanya.

Sakura tersenyum miring saat tak didapatinya tanggapan dari sang ayah." Heh.. yasudah kalau kau tidak ingin bicara.." sakura melangkah maju mendekati sang ayah. "Biar aku yang bicara"

matanya memandang tajam sang ayah yang menundukkan kepalanya. Tangan kanannya menyentuh permukaan leher nya yang terdapat kalung dengan liontin bunga sakura.

SISTER'S✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang