CHAPTER 20

1.1K 139 23
                                    

Sakura mengeratkan genggaman tangannya pada sang kakak. Emerald nya menatap sendu dengan sinar rindu melihat bangunan besar dihadapannya. Disampingnya, sang kakak pun berdiri dengan tangan kiri yang terkepal dan tangan kanannya yang balas mengggenggam tangan sang adik.

Jiraiya menepuk pundak kedua cucunya dari belakang. Ia tersenyum lembut dengan tatapan teduhnya pada kedua cucunya dan menganggukkan kepala nya pelan.

"Kita selesaikan ini.." ucapnya lembut

Tak jauh dibelakangnya Tsunade berdiri dengan tatapan sendu yang kentara.

Jiraiya melangkah kedepan pintu dan mengetuknya pelan. Menunggu beberapa saat hingga terdengar sahutan dari dalam.

Sakura mengepalkan tangannya dan memejamkan matanya. Ia menarik napas dan memghembuskannya pelan, berusaha menahan emosi yang mendesak keluar.

Pintu terbuka dan menampakkan seorang perempuan berambut pirang sebaya dengan Sakura yang menatap mereka dengan tatapan terkejut yang kentara.

Jiraiya tersenyum sebelum menyapa dengan tenang, "kami ingin bertemu dengan Kizashi, bisa?"

"A-ah ya.. S-silahkan masuk.." Ino membuka pintu semakin lebar dan mempersilahkan mereka masuk. Tatapannya bertemu dengan emerald Sakura sesaat ketika Sakura berjalan melewatinya.

Ino membawa mereka keruang tamu dan mempersilahkan mereka untuk duduk. Sakura duduk kaku di sofa dengan kakak nya yang duduk disamping nya sedangkan Jiraiya dan Tsunade duduk di sofa samping mereka.

"Sakura?" sebuah suara dengan nada terkejut menyapa telinga mereka.

Sakura menengok ke arah tangga dan mata nya langsung bertatapan dengan mata coklat yang menatap terkejut kearahnya.

"Ibu.." suara Ino yang pertama menghentikan keheningan disana.

"A-ah selamat datang.."

Kaeda berjalan mendekat dan tersenyum ramah menyapa orang-orang yang tak disangkanya akan datang berkunjung.

"Heh kau cukup pandai bersikap seperti tuan rumah ya?"

Sasori mengeratkan genggaman nya di tangan Sakura saat kata-kata bernada sinis itu keluar dari mulut Sakura. Sakura menoleh pada sang kakak yang menatap tajam padanya. Ia mengalihkan tatapannya dan menghela napas kesal.

Kaeda berusaha tersenyum meski hatinya terasa sangat sakit.

"Aku akan menyiapkan minum." Ino beranjak dari duduk nya dibanding harus menahan emosinya. Ia sudah mendengar semuanya dari sang ibu dan kata-kata Sakura yang seperti itu benar-benar menyakitkan baginya.

"Sakura bahkan belum tahu apa-apa.." begitu pikirnya.

"Kami tak ada maksud buruk apapun. kami hanya ingin bertanya pada Kizashi, dan mungkin kau juga Kaeda." Jiraiya membuka suaranya membuat Kaeda mengalihkan tatapannya padanya. Menatap dengan sorot yang tak dapat diartikan.

Senyum tipis terukir diwajah nya yang mulai berkeriput. "Aku mengerti. Namun, Kizashi masih belum pulang bekerja. Bisakah kalian menunggu sebentar?" tanya Kaeda yang dibalas anggukan oleh Jiraiya.

Ino meletakkan senampan minuman dan meletakkan gelas-gelas itu diatas meja, lalu mendudukkan dirinya disamping sang ibu setelah meminta seorang pelayan untuk membawa kembali nampan minuman itu.

"Terimakasih, Nak." ucap Jiraiya tulus yang dibalas dengan senyuman tipis.

Hening beberapa saat sampai suara langkah kaki terdengar dari pintu depan disusul dengan suara yang mereka tunggu-tunggu.

"Tadai---" Kizashi tersentak saat melihat siapa yang duduk diruang tamu. Ia terpaku di depan ruang tamu dengan raut wajah terkejut yang kentara.

"Kemarilah Kizashi, inilah saatnya kita akhiri segalanya," panggil Kaeda dengan senyuman yang menyiratkan banyak hal.

SISTER'S✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang