CHAPTER 18

1.1K 135 10
                                    

Angin musim dingin berhembus kencang ketika tangan ringkih Kaeda membuka pintu kaca balkon kamarnya. Tatapannya menerawang jauh kembali mengingat masa lalu. Helaan napas pelan keluar dari mulutnya bersamaan dengan uap dingin. Ia mengambil sebuah kotak kayu persegi di sela tumpukkan buku di rak yang ada disamping pintu balkon dan beranjak keluar balkon lalu mendudukkan dirinya di kursi jati yang ada di sana.

Tangan keriput Kaeda mengusap pelan permukaan kotak kayu yang ada dipangkuannya. Tatapannya menatap sendu ketika ia membuka nya perlahan. Ia mengambil sebuah kertas kusam yang terlipat rapi didalamnya lalu membuka nya.

Iris coklat redup nya memandang sendu setiap untaian kata yang terangkai di atas kertas kusam itu. Tanpa sadar ia meremas pelan kertas itu.

Liquid bening jatuh bersamaan dengan iris mata nya yang bergerak perlahan menyusuri setiap untaian kata itu. Isakan kecil pun lolos tanpa di kehendaki.

"Aku percaya pada mu, Kaeda..."

Sekali lagi hati nya seakan diremas kuat dengan sebuah janji yang terlanjur terucap dari lisannya. Sebuah janji yang justru mengantarkan diri nya pada rasa bersalah yang amat besar.

Setetes liquid kembali turun membasahi pipi nya yang mulai menunjukkan keriput halus. Kaeda mengusap pipi nya pelan tanpa bisa menghapus raut sendu yang terpancar di wajah nya.

"Maaf karna menghancurkan segala nya... Mebuki..."

~~~

Kizashi menghentikan mobil nya di depan sebuah taman yang sudah tampak tak terurus. Beberapa bangku taman terlihat tertutupi salju tanpa ada yang berniat membersihkannya.

Ia merapatkan mantel yang membungkus tubuhnya begitu udara dingin menyambutnya sesaat setelah ia keluar dari mobil. Langkah berat nya membawanya memasuki taman semakin dalam. Menyusuri barisan pohon yang tertutupi salju seolah membawanya kembali pada sebuah kenangan yang mulai terkubur dalam hatinya.

Langkah kaki nya membawanya pada sebuah danau yang membeku yang berada di bagian terdalam dari taman ini. Tempat yang tak banyak diketahui orang banyak.

Kizashi melangkah mendekat ke tepi danau dan memandang menerawang ke air danau yang membeku dan tampak berkilau di terpa cahaya redup matahari yang melewati barisan pohon lebat.

"Ini tempat rahasia ku. Jangan beritahu siapa-siapa ya!"

"Ini kan tempat umum."

"Taman itu ya, tapi tidak dengan danau ini!"

"Aku tak menyangka bisa bertemu dengan mu disini, Kizashi." sebuah suara menarik atensi Kizashi dari lamunannya. Ia menoleh dan tersentak saat melihat siapa yang berdiri tak jauh di hadapannya. Seketika kepalanya menunduk tak berani memandang lawan bicara nya.

"Kemarilah nak, mengobrolah dengan ku.."

Orang itu, Jiraiya, melangkah mendekati salah satu bangku di tepi danau dan  membersihkan tumpukan salju disana. Ia mendudukkan tubuhnya di sana dan menatap lembut kearah Kizashi.

Kizashi mengangkat kepala nya dan mengangguk pelan. Ia melangkah pelan mendekati Jiraiya dan mendudukkan tubuhnya disamping Jiraiya yang menatap lurus kedepan.

Kedua lengan bawah Kizashi bertumpu di atas pahanya dengan jari tangan yang saling terpaut menunjukkan rasa gugup nya.

"Ahh, musim dingin kali ini sangat parah.. Aku jadi tak bisa memancing." Suara Jiraiya yang pertama kali memecah keheningan. Kizashi hanya mengangguk tak tahu harus merespon seperti apa.

SISTER'S✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang