-Lima-

1.2K 123 3
                                    

Setiap orang yang terlahir ke dunia ini, tidak dapat memilih ia akan hidup di keluarga seperti apa.

Belum tentu kemewahan yang terlihat dari luar, menandakan hidup orang itu bahagia dan sempurna.
Atau sebaliknya, hidup serba kekurangan pun belum tentu menjadi tolak ukur orang itu sengsara.

Pada dasarnya, kita hanya perlu bersyukur dan menikmati ritme yang ada. Jangan merusaknya, tapi buatlah menjadi lebih indah.

Begitu juga hal yang diinginkan oleh arwah itu sekarang. Ia berharap bisa mengambil alih peran Christal sementara, sembari menata kembali hidup si gadis malang.

***

Ia akhirnya sampai di kediaman gadis ini. Kedatangannya disambut sebuah gerbang besi yang menjulang tinggi. Bangunan rumah mewah itu dikelilingi tembok besar yang membuat siapapun dan tak dapat memanjatnya. Keculi mereka memiliki kekuatan super tersembunyi.

Christal mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah. Memang rumah ini megah dan besar. Bahkan ada dua pilar besar yang menopangnya. Hanya saja auranya terasa berbeda.

Redup.

Mungkin satu kata itu yang bisa menggambarkan keadaan rumah yang entah milik dua mahkluk tadi atau memang milik orang tua Christal. Di beberapa sudut halaman bahkan banyak tanaman yang tak terurus. Dibiarkan layu begitu saja.

Pintu rumah bercat putih itu pun terbuka. Seorang wanita berumur sekitar 45 tahunan yang dipanggil Bik Atun berlari kecil menuju arah mobil. Ia mengambil tas-tas besar yang tadi di bawa dari rumah Sakit.

Sejenak ia terpaku.

Raut wajahnya yang renta memandang takjub ke arah Christal. Ia menatap gadis itu tanpa berkedip, seakan tak percaya bahwa kini majikan yang sudah lama meninggalkannya tiba-tiba berdiri dengan senyum hangat di depannya. Ia bahkan mengusap titik-titik air mata yang jatuh di wajahnya.

Christal mengusap pelan punggung Bik Atun. Ia tidak mengerti mengapa wanita itu menangis. Namun ia menebak, mungkin karena Christal dan Bibik ini dulunya sangat dekat.

"Non, udah sembuh?" Ucapnya pelan.

Christal menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus menjawab apa. Kalau dibilang sembuh bukan, dibilang masih sakit juga bukan.

"Dia nggak ingat apapun sekarang" Dessy tiba-tiba sudah ikut bicara.

"Tunjukkan saja kamarnya dimana dan kalau dia tanya macam-macam abaikan aja. Otaknya masih nggak beres" Ucapnya dingin.

Christal yang merasa tak terima dengan kalimat 'otak-nggak-beres' itu langsung berjalan mendahului Dessy.

"Otak Tante tuh yang nggak beres" Ucapnya kasar.

Dessy melongo mendengar perkataan kasar yang baru pertama kali ia dengar dari gadis yang selama ini ia anggap lemah. Hebat sekali gadis ini, setelah tak sadar sekian lama, sekalinya bangun ia malah menjadi sosok yang berbeda 180 derajat!

"Kamu!" Dessy emosi hingga menunjuk wajah gadis itu dengan tangan kiri.

Christal menunjukkan wajah menantang kepada Dessy. Tak terlihat perasaan takut sedikitpun di wajah itu. Bik Atun berusaha menenangkan Christal, sedangkan Andre berusaha memegangi istrinya, takut jika Dessy lepas kendali.

"Kamu jangan macam-macam ya di rumah ini!" Ucapnya Dessy penuh emosi. Ia baru ingin berjalan masuk namun suara bernada sinis terdengar dari arah belakang.

"Macam-macam? Hm.. Aku mau tanya satu hal tante"

Dessy menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Nafasnya memburu ingin segera mencekik gadis itu agar berhenti bicara padanya. Hal yang dulu ia sering lakukan saat ingin melampiaskan rasa kesalnya. Kini tangannya hanya mampu mengepal.

Christal melanjutkan ucapannya sambil melihat sekeliling bangunan rumah. "Ini rumah tante, atau rumahku?"

Pertanyan Christal membuat Dessy mendelik. Ia menyesal, seharusnya saat itu ia melakukannya.

Sekarang sepertinya semua akan terasa semakin sulit....

"Author is (still) typing..."
[Revisi 05/07/2018]

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang