-Dua Puluh Dua-

1K 101 0
                                    

"Kamu yakin kita harus kesini?"

Christal mengangguk mantap. Ia tidak pernah seyakin ini dalam mengambil keputusan. Setelah perdebatannya kemarin dengan Hana-begitu sekarang ia memanggil arwah gadis itu, ia memutuskan untuk datang langsung ke AG Entertainment.

Disinilah mereka berada sekarang, di depan sebuah gedung mewah berlantai sepuluh. Gedung itu menggunakan kaca tembus pandang di beberapa lantai sehingga dapat terlihat jelas aktivitas sibuk para trainee serta staf.

Hana sendiri sebenarnya masih enggan untuk masuk ke dalam, menguak apa yang terjadi sebelum ia menjelma menjadi arwah memang tujuannya dari awal, hanya saja setelah merasa semakin dekat dengan kenyataan ia merasa takut.

Takut jika kenyataan yang ia lalui sebelumnya akan jauh lebih pahit dari yang ia bayangkan selama ini.

Christal menempelkan telapak tangannya pada layar monitor dekat pintu masuk gedung yang terbuat dari kaca. Pintu itu pun terbuka. Allure Group memang sudah mendesain beberapa gedungnya yang hanya dapat diakses oleh orang yang berkepentingan. Termasuk Christal yang notabenenya anak dari salah satu pemilik saham di Perusahaan itu.

"Christal"

Panggilan dari arah belakang membuat Christal dan Hana menoleh. Sean menyebrangi jalanan dan berlari kecil menghampiri gadis itu. Ia mengatur nafasnya sebelum akhirnya menarik paksa tangan Christal-membuat tubuh gadis itu kini berada di belakang Sean.

"Cukup!"

Teriakan Sean teredam suara kendaraan yang berlalu-lalang. Namun masih jelas terdengar oleh Christal maupun Hana.

Sean menatap tajam ke arah depan-tempat Hana berdiri sekarang. Mendapat tatapan tepat di kedua manik matanya membuat arwah itu tertegun.

"Kamu darimana? Mau apa? Kenapa ngikutin cewek ini terus hah?" Sean bicara dengan nada tinggi. Bahkan urat lehernya sampai terlihat.

Hana menoleh ke arah kanan dan kiri, lalu ke belakang. Ia tak melihat siapapun di tempat ini. Hanya mereka bertiga dan beberapa pejalan kaki yang jaraknya jauh.

Ia menunjuk dirinya sendiri. "Kamu ngomong sama aku?" Ucapnya ragu.

"Emang ada setan lain disini selain kamu?"

Christal membelalakkan mata, ia menutup mulutnya yang menganga lebar dengan kedua tangannya. Hal yang sama juga dilakukan Hana. Ia bahkan tak bisa bernafas saking kagetnya.

Tunggu, dia memang sudah tidak bisa bernafas.

Ia hanya tak menyangka bahwa laki-laki ini juga bisa melihatnya.

Sejak kapan?

"Ka..mu.. bisa lihat aku?" Ia bahkan ragu mengatakan hal itu.

"Dari awal kamu ada di cafe saat Christal pingsan, lalu di sekolah, di Rumah Sakit. Kamu ada dimana mana. Setan penasaran macam apa kamu sampai ngintilin satu manusia kemana-mana?"

Hana semakin membuka lebar mulutnya-terlalu syok mendengar semua pengakuan Sean. Awal ia menampakan diri di hadapan Sean adalah hari dimana gadis itu pingsan di cafe tempat Sean bekerja karena kecerobohannya.

Laki-laki itu sadar tapi pura-pura tak melihatnya selama ini?

Christal ingin melangkah maju-menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi namun tangan kekar laki-laki itu menghalanginya mendekat pada arwah itu. Seakan arwah di hadapannya adalah sosok yang berbahaya.

"Kamu lihat tapi bersikap seolah-olah aku nggak ada?" Hana masih mencoba memperjelas semuanya.

Sean mendengus kesal. "Ngapain aku berurusan sama setan? Kenyataannya kamu emang udah nggak ada kan?"

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang