-Dua Puluh Lima- [End]

1.2K 103 0
                                    

Sean mengerang kesakitan, di  lengannya kini tertancap sebuah pisau tajam yang membuat darahnya terus mengalir. Ia berusaha menghalang Karen dengan mengorbankan dirinya sendiri.

Christal langsung mencabut pisau itu dan menyeka darah yang terus keluar dari lengan laki-laki itu.

"Sean, bertahanlah" Ucapnya di sela-sela isak tangisnya.

Sean tersenyum getir. "Aku nggak apa-apa.." Namun sedetik kemudian tubuh laki-laki itu ambruk ke lantai.

"Bantu aku bawa dia ke mobil sekarang!" Faren berlari menghampiri mereka.

Gadis itu langsung menurut dan melingkarkan satu lengan Sean ke lehernya. Dengan susah payah mereka berhasil memindahkan tubuh Sean ke dalam mobil.

"Ma tolong jagain Karen dulu" Dessy yang juga ada di tempat terlihat memeluk erat anak gadisnya dari belakang.

Karen masih merancau tak jelas, seperti orang gila. Hal itu membuat naluri keibuannya bangkit. Dengan tangan yang satunya ia mengelus rambut putrinya yang masih terus meronta-ronta.

"Sadar nak, kamu jangan bikin Mama takut"

Namun Karen seolah tuli, ia terus meneriakkan nama Sean, tanpa seorang pun yang mengerti bagaimana perasaannya saat ini.

***

Christal duduk di ruang tunggu Rumah Sakit sambil menautkan kedua jemari tangannya. Ia tak henti-hentinya mengucap doa dalam hati. Luka tusuk yang di terima Sean cukup dalam dan laki-laki itu telah kehilangan banyak darah.

Faren menggeser posisi duduknya hingga menjadi lebih dekat dengan gadis itu. Ia meraih tangan Christal yang gemetar dan tersenyum lembut, mencoba mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Christal perlahan melepaskan genggaman tangannya dari kakaknya itu, ia terlihat canggung.

"Maaf" Ucap Faren membuka suara, tatapan matanya terlihat sendu.

"Ini bukan salah kakak"

"Maaf untuk kejadian setahun yang lalu"

Christal mengalihkan pandangannya ke arah Faren. Raut wajah laki-laki itu menegang.

"Apa maksud kakak?"

"Dulu, aku pikir kamu kecelakaan biasa. Tapi ternyata aku salah-" Faren menggantung kalimatnya yang semakin membuat Christal penasaran.

"Karen, dia kasih obat di minuman kamu, agar kamu hilang kendali"

Christal terdiam. Jadi memang benar kecelakaan itu sengaja direncanakan oleh Karen? Memikirkan hal itu membuat Christal sakit hati.

Ia tahu bahwa sedari awal Karen tak pernah menyukainya. Mulai dari saat papanya masih hidup, Karen dan keluarganya tinggal di rumahnya, gadis itu sudah terlihat membencinya. Mungkin karena Karen iri atas perhatian yang alm. papanya berikan pada Christal.

Setiap harinya Christal memang selalu mendapatkan hadiah-hadiah kecil dari papanya, entah itu aksesoris, pakaian bermerk, hingga ponsel keluaran terbaru. Sesuatu yang tak bisa Karen dapatkan, dan ia melampiaskannya saat papanya meninggal dunia.

Namun, Christal tak pernah menyangka jika Karen bisa sejahat itu. Ia mengira jikapun terjadi sesuatu yang buruk padanya, itu adalah ulah Dessy, tantenya.

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang