-Dua Belas-

1.1K 105 1
                                    

Seorang gadis dengan rambut hitam panjangnya terlihat berjalan sendirian di atas trotoar. Ia menggendong sebuah gitar di punggungnya. Matanya sembap, ia kemudian mengeluarkan topi hitam untuk menutupi wajahnya.

Saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau, ia kembali berjalan. Kali ini ia mempercepat langkah kakinya. Sesekali ia mengusap air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

Ia berhenti di sebuah gedung megah yang menjulang tinggi. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia berusaha tersenyum. Hari ini, ia bertekad akan menyelesaikan semua urusannya.

Tanpa ia tahu, bahwa ini adalah kunjungan terakhirnya ke tempat ini..

***

Karen mencari-cari sosok Sean di taman belakang sekolah. Biasanya laki-laki itu akan berbaring tidur di bangku taman. Itu ia lakukan agar tak menghabiskan uangnya untuk makanan di kantin. Sean bukan berasal dari keluarga kaya. Ibunya membuka warung kecil-kecilan, sedangkan ayahnya sudah tiada. Walaupun ia anak tunggal namun ia tetap membantu Ibunya untuk melunasi hutang serta biaya yang mereka keluarkan setiap harinya.

Karen pun kadang mampir ke warung Ibunya dan membeli beberapa barang meskipun ia tak memerlukannya. Ia juga melebihkan uang yang ia berikan dan tak mengambil kembaliannya. Hal itu semata-mata ia lakukan untuk membantu orang yang disukainya, meskipun laki-laki itu tak pernah membalas perasaannya.

"Itu dia" Ucapnya senang saat berhasil menemukan Sean di tempat yang sudah diduga. Ia menoleh kanan dan kiri, memastikan tak ada orang lain di sekitarnya. Bisa hancur image nya sebagai jajaran senior hits jika ketahuan mendekati siswa semacam Sean.

Ia baru maju satu langkah, namun tiba-tiba sosok gadis yang sangat dikenalnya berlari kecil dari arah lain menuju bangku taman, tempat Sean berbaring. Gadis itu meletakkan dua minuman kaleng di meja. Ia terlihat akrab dengan Sean.

"Sial! Ngapain cewek itu disini" Karen mengepalkan kedua tangannya. Ia mengurungkan niatnya untuk bertemu Sean. Ia akhirnya berbalik dan kembali ke ruang kelasnya.

Namun sebenarnya, Karen salah mengira.

Christal dan Sean sama sekali tak terlihat akrab. Christal sendiri yang mencoba mengakrabkan diri dengan laki-laki itu. Ia sengaja membelikan minuman dan mencari-cari sosok Sean-dan saat menemukannya, ia terlihat sangat bahagia hingga tertawa-tawa sendiri. Ia ingin berterimakasih karena bantuan Sean kemarin. Tanpa laki-laki itu, entah bagaimana nasibnya.

Berbeda dengan Christal yang sumringah, Sean malah menunjukkan hal yang sebaliknya. Ia yang melihat kehadiran gadis absurd itu langsung menepuk dahinya dan memasang raut wajah malasnya.

"Arsean!" Ucap Christal ceria sembari duduk di samping laki-laki itu.

"Hm.." Balas Sean malas. Ia menerima minuman kaleng yang gadis itu berikan. Ia baru sadar kalau ia belum tahu nama gadis itu, karena saat perkenalan di kelas tempo hari, ia tak begitu memperhatikannya

Ia melihat nametag yang tersemat di seragam gadis itu.

Christal yang salah paham malah menangkap basah Sean memandang bagian dadanya. Ia langsung menyilangkan kedua tangannya.

"Ish!!" Teriaknya.

Sean kebingungan mendapat umpatan seperti itu. Ia memandang gadis itu dengan wajah penuh tanya. Namun gadis itu malah meninggalkannya sendirian.

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang