-Sepuluh-

1.1K 108 0
                                    

Christal ragu untuk masuk ke dalam mobil Faren. Ia berpikir bagaimana jika laki-laki bermaksud jahat padanya. Walaupun wajahnya tampan, bukan berarti ia baik kan?

Hanya saja pikiran buruknya segera sirna saat Faren turun dari mobil dan membukakannya pintu. Beberapa siswi yang lewat pun seolah tersihir dengan sikap manis laki-laki itu.

"Thanks" Hanya itu yang mampu ia ucapkan.

"Seatbelt"

"Hah?

"Itu.." Faren menggedikan dahunya ke arah sabuk pengaman milik Christal.

Christal baru saja akan memasangnya sendiri namun gerakan Faren yang cepat membuatnya terkesiap.

Laki-laki mendekatkan tubuhnya pada Christal. Gadis itu bahkan bisa mencium aroma wangi parfum laki-laki itu. Entah berapa kali ia berusaha menelan ludah saat wajah laki-laki itu juga bersentuhan dengan wajahnya.

Sumpah! Kok aku malah mati duluan sih!! Sesalnya dalam hati.

Faren tersenyum kecil saat selesai memasang seatbelt milik Christal.

Selama perjalanan di mobil, Faren tidak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Christal. Hal itu membuat suasana terasa canggung. Christal yang biasanya banyak bicara sekarang malah diam seribu bahasa.

"Gimana kondisi kamu?" Tanya Faren tiba-tiba. Christal bernafas lega. Akhirnya kakak sepupunya ini mau memulai percakapan juga.

"Lumayan.." Ucapnya. Lalu ia melanjutkan lagi perkataannya.

"Tante yang suruh kakak jemput aku?" Tanyanya penasaran.

Faren tersenyum samar. "Menurut kamu, dia bakal ngelakuin hal itu?"

Christal menggeleng pelan. Memang tidak mungkin. Dessy sangat tidak menyukainya. Tapi jika bukan atas perintah Dessy, mana mungkin kakaknya ini sengaja datang ke sekolah hanya untuk menjemputnya.

Bisa saja Faren memang berbeda dari keluarganya yang lain.

Memikirkan hal itu, membuat Christal senyum-senyum sendirian.

Faren menepuk pundak gadis itu. Christal pun tersadar dari lamunannya. Ia mulanya ragu, namun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya lagi.

"Hm.. Kak, sebenernya aku kecelakaan karena apa?"

Wajah Faren yang awalnya datar-datar saja, tiba-tiba menunjukkan sedikit ekspresi. Namun, itu tidak berlangsung lama. Ia melirik sekilas ke arah gadis yang terlihat menunggu jawaban darinya.

"Kecelakaan mobil biasa"

Christal mengangguk.

Namun dalam hatinya berkata lain. Seharusnya Faren tidak perlu menekankan bahwa itu kecelakaan mobil 'biasa'. Cukup dua kata di depannya saja itu sudah menjawab rasa penasaran Christal. Sepertinya ia harus sedikit berbesar hati.

Menerima fakta bahwa ia juga tidak bisa sepenuhnya percaya pada orang di sebelahnya ini. Ia juga tidak tahu betul bagaimana hubungan gadis ini dulu dengan Faren.

Faren tiba-tiba menepikan mobilnya ke sebuah cafe di pinggir jalan.
"Aku mau beli sesuatu, kamu ikut?" Ucapnya dengan nada yang terdengar sangat manis.

Christal sudah pasti mengangguk mantap.

Belum memasuki pintu tokonya saja, aroma roti yang baru selesai dipanggang sudah tercium harum sampai keluar. Faren memilih beberapa roti, begitu juga dengan Christal. Namun saat melihat pelayan yang sedang mengepel lantai dekat jendela toko, Christal seperti mengenali sosok itu. Ia berjalan ke arah pelayan sambil membawa beberapa bungkus roti yang sudah dipilih.

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang