-Sembilan-

1.2K 107 2
                                    

Selama jam pelajaran berlangsung, Christal tidak mengalami kesulitan yang berarti. Jika ada yang tidak dimengerti ia akan langsung mengangkat tangan dan bertanya pada guru. Meskipun itu ia lakukan berulang kali. Ia berpikir itu sah-sah saja. Daripada bertanya pada teman di dekatnya. Belum tentu juga mereka memahami apa yang  guru jelaskan.

Ia juga aktif menjawab pertanyaan yang dilontarkan gurunya. Hal itu membuat beberapa siswa memandangnya kagum. Sebagiannya lagi hanya menatapnya iri.

"Caper banget"

Ucapan pelan itu terdengar jelas di telinganya. Ia pun menemukan asal suara itu.

"Yah..daripada bego tapi pura-pura ngerti" Ucapnya tanpa menoleh kemana pun. Ia mengucapkan hal itu seakan bicara pada buku pelajaran yang sekarang sedang ia stabilo.

***


Saat jam istirahat, Christal membeli beberpa cemilan dari kantin lalu berjalan untuk melihat-lihat area sekolah. Ia berjalan ke arah belakang sekolah, tempat yang ia pikir bisa digunakan untuk menyendiri. Karena ia sendiri bingung harus kemana.

Ia pikir ia memang perlu bersosialisasi, hanya saja siswi-siswi yang diajaknya berkumpul hanya menggosipkan kejelakan orang lain sebagai topik pembicaraan. Kebanyakan dari kaumnya sendiri.

Padahal, itu hanya berdasarkan katanya dan katanya. Entah faktanya bagaimana, mereka tak mau tahu.

Kalau bergabung dengan anak laki-laki, itu malah membuatnya sedikit canggung. Apalagi wajah laki-laki di kelasnya tadi lumayan semua.

Ia jadi menyesal mati duluan.

DUG!!

Sebuah suara benturan keras membuat Christal penasaran mencari asal datangnya suara. Ia berlari kecil menuju sebuah ruangan kecil seperti gudang tua, di dalamnya terdapat tiga orang siswa yang terlihat menghajar satu orang.

Ini sih keroyokan!

"Masih belum kapok juga hah?! Udah berapa kali aku peringatin!!" Salah seorang dari mereka bicara dengan intonasi tinggi sambil memukul bagian perut si korban berulang kali. Sedangkan dua siswa lainnya bertugas memegang lengan laki-laki itu.

Laki-laki yang dipukuli hanya tertawa hambar. Ia tak terlihat ketakutan. Namun juga tak melawan. Christal gregetan sendiri melihatnya.
Hal itu juga membuat siswa yang memukulnya tambah naik pitam dan melayangkan tinju ke arah wajahnya.

CEKREK!

Mereka berempat serempak menoleh ke samping, arah pintu gudang itu. Suara itu berasal dari kamera ponsel milik Christal. Christal memang mendapatkan ponsel itu di laci kamarnya, namun ponsel itu kosong. Tak berisi data apapun termasuk sim card. Ternyata membawa ponsel ini ada manfaatnya juga. Ia tersenyum cengengesan saat mendapat tatapan tajam dari empat siswa di hadapannya.

"Lho, kenapa berhenti? Terus aja pukul, aku belum dapet angle yang bagus. Biar bisa aku kasih lihat Guru BP" Ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu siapa hah? Ikut campur urusan orang!" Ucap laki-laki yang tadi memukul korbannya dengan brutal. Ia menuju ke arah Christal.

"Aku Christal. Salam kenal" Balasnya sambil melambaikan tangan. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya.

"Eh! Jangan bercanda ya!" Ia memberikan tatapan tajam ke arah Christal. Gadis itu tetap membalasnya dengan senyum termanisnya.

"Sini!" Laki-laki itu memegang paksa lengan Christal dan ingin merebut ponsel dari sakunya.

Dengan satu hentakan Christal dapat melepaskan diri dari cengkraman laki-laki itu. Ia tersenyum sinis.

"Sial! Cepet kasih hp-nya!!" Laki-laki itu melayangkan tinju ke arah wajah gadis itu, namun tertahan tangan seseorang di sampingnya.

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang