Hari jumat pagi dan itu tanggal merah..
Masih sekitar pukul 06.00, Christal sudah mendengar suara ribut dari luar kamarnya. Ia terpaksa keluar dari selimut hangatnya dan merangkak turun dari tepi ranjang. Dengan rambut yang masih acak-acakan ia membuka pintu dan melihat apa yang sedang terjadi di luar.
Dari lantai atas ia melihat Dessy dan Andre sudah siap dengan pakaian rapi begitu pula dengan Faren dan adiknya Karen. Mereka membawa beberapa koper serta tas jinjing kecil yang diselipkan di bahu. Karen nampak sangat bahagia hari itu, biasanya gadis itu hanya memasang tampang judesnya, namun hari ini berbeda.
Sedangkan Faren..
Laki-laki itu seperti biasa tak banyak bicara. Ia terlihat mengenakan kaos putih dengan jaket denim di luarnya. Ia duduk di sofa sambil mendengarkan musik melalui earphone. Faren jika bergaya seperti itu memang terlihat sangat cool. Belum lagi gaya rambutnya yang acak-acakan. Christal tak sadar kalau ia telah memperhatikan kakaknya itu lebih dari 5 menit.
Serius yang kayak begini pernah ditolak..
"Ayo non, tuan, mobilnya sudah siap" Ucapan Pak Tino membuat lamunan Christal terhenti. Ia bergegas menuruni anak tangga dengan masih menggunakan piyama.
"Kalian kemana?" Tanyanya penasaran. Namun tak ada satupun yang membalas ucapannya. Ia melemparkan tatapannya kepada Dessy. Dessy tak menggubrisnya dan malah pergi menuju arah pintu.
Ia pun akhirnya menghampiri Faren. "Kemana sih kak?" Ucapnya pelan.
"Ngapain sih kamu tanya-tanya?" Malah Karen yang emosi menjawab pertanyaan Christal. Padahal itu pertanyaan sepele. Tinggal di jawab kesini atau kesana sudah beres.
Karen pun melanjutkan ucapan sinisnya. "Kita mau kemanapun, itu bukan urusan kamu"
Christal mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia mendengus kesal. "Akan jadi urusanku kalau kalian pergi pakai uang perusahaan" Ucapnya dengan nada tinggi.
Dessy mendelik mendengar ucapan gadis itu. Ia baru ingin menamparnya namun ditahan oleh Faren. Laki-laki itu memberi isyarat agar Mamanya tidak melakukan hal itu.
"Gadis kurang ajar!" Teriak Dessy. Ia malah mendorong tubuh Christal. Gadis itu terhuyung menabrak pintu dan terduduk di lantai.
Sesaat gadis itu terdiam.
Kemudian ia mendongakkan kepalanya perlahan. Ia memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Matanya terpejam sebentar kemudian menatap dingin wajah Dessy. Ia bicara dengan suara bergetar.
"Seberapa sering sih tante main tangan? Apa kalian tahu seberapa parah luka yang aku dapet dari kalian semua? Kenapa cuma pertanyaan sepele malah kalian anggap berat? Apa aku pernah bikin kesalahan besar? Kenapa kalian sebenci ini sama aku?!"
Christal melupakan emosinya. Air matanya tiba-tiba saja mengalir tanpa ia mengerti sebabnya. Ia menangis sesenggukan. Ia tahu ia sedang marah namun entah mengapa emosinya kali lebih kuat dari sebelumnya. Seakan ada jiwa lain yang membuatnya mengatakan semua itu.
Faren terdiam mendengar luapan emosi gadis itu. Ia berjongkok dan mengusap lembut rambut Christal, sementara keluarganya yang lain hanya menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
Faren memutuskan untuk tidak ikut liburan ke Pulau Bali dengan keluarganya kali ini. Padahal ia penat dengan segala urusannya di kampus.
Belum lagi skripsi yang setiap kali harus direvisi, namun saat ia sudah siap dengan hasil revisinya, malah dosennya yang susah ditemui. Untuk hal itu, ia hanya bisa memasrahkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sa Vie [Completed]
FantasyBagaimana jadinya jika arwah gadis yang tidak jelas asal usulnya tiba-tiba masuk ke dalam tubuh Christal Aurora-gadis SMA yang koma hampir 1 tahun lamanya? Selain ia harus menjalani hidup Christal yang ternyata penuh lika-liku, ia juga harus mencari...