-Enam Belas-

1.1K 94 2
                                    

Sean duduk dengan perasaan gelisah. Ia menunggu hasil operasi kecil yang akan dilakukan dokter pada Christal. Wajah laki-laki itu memang terlihat tenang, namun hatinya merasakan hal yang sebaliknya.

Hal yang jarang terjadi padanya.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya. Seorang dokter keluar dengan senyum yang dapat menjawab kegelisahan Sean. Ia menepuk pundak Sean kemudian berlalu bersama beberapa orang suster.

Sean melangkah masuk ke ruangan tempat gadis itu terbaring lemah. Luka di kepalanya kini sudah tertutup perban. Namun, lebam di tangannya akibat benda tumpul itu masih jelas terlihat. Luka di sudut bibirnya pun memerah.

Sean tidak duduk di samping ranjang gadis itu. Ia bersandar di tembok dekat pintu dengan tangan dimasukkan ke dalam kedua sakunya. Ia hanya tidak habis pikir mengapa ia bisa terlibat dengan gadis semacam ini. Gadis yang katanya hilang ingatan dan bisa berubah 360 derajat dari sifatnya yang dulu.

Sean sering mendengar gosip aneh yang beredar tentang gadis ini. Ada yang bilang dia bukan hilang ingatan, namun hilang akal alias gila. Ada yang bilang dia hanya pura-pura untuk mendapat perhatian, karena dulu kehadirannya sama sekali tak dihiraukan.

Sean tak peduli akan hal itu. Namun, sekarang situasinya berbeda. Gadis ini tak pernah menganggu siapapun, malah sebaliknya. Ia sangat sering membantu siswa lain yang kesususahan dengan senyum lebarnya yang khas. Hanya saja, mereka tak pernah merespon kebaikan tulus gadis ini.

Gerakan tangan gadis ini membuat Sean reflek mendekat ke arah ranjang. Sebenarnya ia ingin menghubungi keluarganya, hanya saja di ponsel gadis itu ia tak menemukan kontak siapapun.

Gadis itu membuka mata perlahan. Ia ingin bicara namun sepertinya kesulitan. Akhirnya Sean pun mendekatkan telinganya. Perlahan namun pasti, Sean dapat mendengar apa yang diucapkan Christal.

"Aku laper..."

***

Christal makan dengan lahapnya. Satu porsi  nasi dan ayam serta burger. Setelah pergi dari Rumah Sakit, mereka langsung masuk ke restoran cepat saji yang letaknya tak jauh dari Rumah Sakit. Sean bahkan menyerahkan burger miliknya yang belum dimakan karena kasihan melihat gadis ini kelaparan.

Atau memang rakus..

"Pelan-pelan" Ucap Sean saat melihat gadis itu makan dengan kecepatan diatas rata-rata. Sean membuka pembungkus sedotan dan meletakkannya di minuman milik Christal.

Gadis itu tak bisa membalas ucapan Sean karena mulutnya masih penuh makanan. Ia hanya mengangguk tanda mengerti.

"Masih sakit?" Sean mengetuk kepalanya sendiri sebagai isyarat pada gadis itu.

Christal menggeleng. Ia menyeruput minuman bersoda lalu menelan sisa makanan terakhirnya.

"Nggak kok"

Sean mengernyit. Ia heran luka separah itu bisa tak terasa sakit oleh gadis mungil ini.

Christal menerawang. "Mungkin karena dulu aku pernah ngerasain sakit yang lebih parah dari ini hehe.."

Gadis itu bahkan membicarakan hal besar dengan entengnya.

"Udah inget sesuatu?" Tanya Sean serius. Ia juga menyeruput ice coffee-nya.

Sa Vie [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang