Part 14 Ikhlas

74 28 9
                                    

Budayakan Vote sebelum baca...

Ku ingin memberi, tapi ku ingin memiliki...🌅🌿🌿


Cat biru muda dengan sedikit polesan warna krem sudah terlihat oleh mata. setelah tadi selesai ketoko pengrajin Andra dan Aulia kini berada dipekarangan rumah Aulia tinggal, Dengan mobil merah mengkilat masih terparkir manis dari pagi.

"Assalamualaikum" ucap Aulia saat membuka pintu rumah, diiringi Andra dari belakang dengan tujuan pamit pulang ke mamanya Aulia

"Waalaikumussalam" Aulia kaget karena mendengar jawaban salam dilontarkan bukan dari Rani, melainkan cewek manis yang tengah memegang buku matematikanya.

Ya memang benar ada Mela dirumah, Aulia sekarang mematung ditempat. Ia bingung, ia merasa bersalah, merasa malu, menyesal, pokoknya semua perasaan campur aduk.

"Mela lo ada disini?"  tanya Aulia canggung

"Iya, nunggu lo lama" jawab Mela dengan sedikit senyuman merekah dibibirnya

"Hai mel" sapa Andra

"Haii" jawab Mela tidak diiringi dengan mata genit, senyuman berlebihan, bahkan tatapannya yang sendu

"Maaf yah nunggu lama, lo mau minum?" tanya Aulia lagi

"Lo kenapa sih? Biasanya juga gue ngambil sendiri, udah biasa gue, lo kayak baru ketemu gue aja" ucap Mela

"Kalian ngobrol aja gue mau keatas dulu" ucap Aulia lalu pergi menaiki tangga dengan berlari.

Aulia meremas remas tangannya kasar, ditambah keringat dingin menambah kelengkapan kekhawatiran Aulia. Untuk sekarang ia tak bisa berfikir jernih, harus bagaimana menjelaskan tentang hal ini kepada Mela ia pun tidak tahu.

Setelah ganti baju ia akan kembali kebawah lalu mengusir Andra dari rumah lalu ia akan bicara empat mata dengan Mela.

"Loh Mela kemana?" tanya Aulia saat tiba dibawah hanya melihat Andra seorang

"Udah pulang" jawab Andra

"Pulang? Kenapa? Kok tumben dia gak pamit sama gue" tanya Aulia bertubi-tubi

"Katanya ada urusan mendadak, tapi tadi udah pamit sama nyokap lo, gue juga mau cabut gue mau mandi udah gerah"

• •

Suara ketukan pintu terdengar hingga beberapa kali, berhenti sejenak lalu terdengar lagi. Adel kemudian bergegas melihat siapa tamu yang barusan mengetuk pintu.

"Mela. ayo masuk, lo kangen yah sama gue" gurau Adel, dan hanya dijawab senyuman kepahitan yang Adel lihat

"Lo kenapa?" tanya Adel heran

Dengan sekali hentakan Mela memeluk sang sahabat, bahu Mela berguncang dengan diiringi isakan yang coba ia tahan. Membalas pelukan sambil mengelus-elus punggung, itu yang hanya bisa Adel lakukan untuk sahabatnya ia pun tidak tahu Mela sedang menghadapi masalah apa.

"Kenapa? Coba cerita kegue" ucap Adel dengan penuh kehati-hatian takut jika ia salah bicara

"Guee.." ucap Mela tidak bisa berkata dengan bahunya masih berguncang

"Gue ngerasa dipermainin"

"Maksudnya?" tanya Adel heran

"Gue juga gak tahu hak gue apa buat nangis"

"Apa salah kalo gue sakit hati?"

"Salah kalo gue nangis?" tanya mela terpotong potong

"Coba yang jelas Mel gue gak ngerti" pinta Adel, lalu mereka melepaskan pelukan masing-masing lalu memutuskan untuk duduk didalam.

"Dari awal gue itu udah suka sama Andra, kalian berdua juga tahu kan?" dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Adel

"Kalian berdua itu ngedukung gue banget kan? tapi, setelah gue ngerasa ada yang janggal sama sikap Aulia dan Andra ya gue faham. Andra juga pernah cerita tentang kriteria cewek yg lagi ia deketin, memang sama persis dengan Aulia tapi gue pura-pura gak nyadar gue mau tahu dari mulut mereka langsung, dari detik itu rasa ketertarikan gue ke Andra semakin hilang karena gue gak masalah kalo emang Andra sama Aulia dekat. Tapi detik berikutnya Aulia terus aja mendorong gue buat deket sama Andra yang gue kira Aulia beneran dukung gue sedangkan dibelakang, mereka malah asik berdua. Gue rasa Aulia hanya minjemin Andra kegue supaya gue seneng, gue kayak anak kecil yang dikasih pinjam mainan lalu berikutnya mainan itu akan gue kembaliin kepemiliknya" curhat Mela panjang lebar

Adel hanya diam tidak berkomentar apapun, seorang Adel yang selalu ada diantara Aulia dan Mela. Adel tidak pernah jauh dengan keduanya Adel lah yang selalu paling pertama tahu apa masalah mereka.

"Kenapa diem aja, gue harus gimana Del? Apa lo tahu kalo selama ini Andra lagi deket sama Aulia?" Tanya Mela membuat Adel tersentak, karena memang dari awal Adel sudah mengetahuinya

"Hmmm" Adel menjawab pasrah, ia tidak mau lagi menutupi semua ini. Ia sudah cape saling menutupi seperti ini, bukankah seorang sahabat harus saling keterbukaan?

"Kenapa lo gak bilang dari awal, apa gunanya gue deket sama Andra kalo hatinya milik orang lain?" tanya Mela tapi tidak untuk kali ini tidak diiringi oleh tangisan.

"Aulia itu lebih memilih lo yang deket sama Andra, dia gak mau kehilangan sahabatnya hanya karena cinta" jawab Adel

"Seberapa jahatnya gue? Gue juga ikhlas kalo mereka saling suka, gue terima. Dengan kalian pura pura tidak tahu, lalu menjurung-jurung gue buat deket sama dia, sedangkan dia dibelakang mesra dengan orang yang selalu menjurung gue itu malah bikin gue sakit Del" Mela mengusap air mata yang ada di pipinya, mencoba untuk tidak mengeluarkan air matanya lagi.

"Iya gue minta maaf Mel, posisi gue waktu itu bingung mau ngedukung siapa. Gue sama Aul pengen lo bahagia tapi kebahagiaan itu malah menjebak kita" Ucap Adel memang itu benar adanya

• •

Aulia POV

Sudah berapa kali menghubungi Mela tapi tetap saja ponselnya tidak aktif, biasanya tengah malam seperti ini Mela belum tidur. Aku menanyakan kepada Adel tapi dia terus saja bilang kalo tidak ada apa-apa. Dering Ponsel terdengar, berharap besar Mela lah yang menelpon. suaranya yang seperti Toa membuat aku rindu padanya

"Andra" ucap Aulia pelan setelah melihat layar ponselnya

"Gara-gara dia" geram Aulia

Aku langsung menerima panggilan dari Andra kemudian langsung menempelkan posel ketelinga agar mengetahui orang sebrang sana berbicara apa.

"Hay Say, belum tidur?" tanya Andra

"_ _" tidak ada jawaban sama sekali dariku

"Lo masih disana?"

"MULAI DETIK INI.. JANGAN PERNAH TELPON GUE LAGI, JANGAN PERNAH TEMUI GUE LAGI KARENA GUE NGERASA TERGANGGU DENGAN KEHADIRAN LO, PLIS JAUHI GUE.. SEKALI LAGI GUE BILANG LO JAUHI GUE. GUE BENCI SAMA LO. GUE GAK MAIN-MAIN" Kemudian Aku langsung mengakhiri pembicaraan, mematikan ponsel lalu dibantingkannya ponsel itu keatas kasur. Perkataanku mungkin sangat menohok baginya, tanpa sadar air mata lolos begitu saja entah kenapa aku juga merasa tidak enak sudah berbicara seperti itu padahal Andra tidak tahu apa-apa. Mungkin besok dia akan marah, tapi itu kesempatan bagus untuk membangun jarak dengan dia.

"Aaaakh" ucapku prustasi dengan keadaan seperti ini





Budayakan komentar setelah baca...

Author
Ada yang masih nunggu cerita ini gak? 😕😕
Baca terus kelanjutan cerita persahabatan mereka, jangan lupa vote nya sebagai bukti kalian udah baca😊😊

Senja Tak Berakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang