Fariz menepikan motornya tepat didepan apotek dirinya akan membeli obat untuk sang ibu. Ia turun lalu membuka helm dan melihat kearah Adel lalu tersenyum enyah"Kenapa lo?" Tanya Adel
"Lo lucu aja tadi, tapi Lo gak kenapa-napa kan?" Tanya Fariz diiringi kekehan kecil
"Gue gak kenapa-napa, Lo nih yang kenapa-napa lihat luka-luka gini" ucap Adel sambil memperhatikan luka Fariz dan sesekali menyentuh bagian pinggirannya nya pelan
"Udahlah luka kecil" ucap Fariz meremehkan
"Lo mau beli obatkan? Sini biar gue aja sekalian beli buat luka Lo" ucap Adel
"Udah gak usah" jawab Fariz
Karena Adel terus saja memaksa akhirnya Fariz menyerah dan memberitahu obat apa yang akan dia beli. Adel langsung masuk kedalam apotek dan Fariz menunggu dibangku luar.
"Ternyata dia perempuan nekat" gumam Fariz terkekeh pelan sambil menggulir-gulirkan kepalanya.
Adel kembali dengan membawa jinjingan dan sebotol air. Fariz memperhatikan Adel yang tengah melangkah gontai ke arahnya, perempuan dengan kulit sawo matang, rambut lurus digerai membuat Fariz tidak bisa memalingkan pandangan darinya, apalagi saat Adel menampilkan senyuman manisnya.
"Oyy, kenapa liatin gue kaya gitu?" Ucap Adel setelah menghampiri Fariz
"Siapa juga yang liatin Lo" ucap Fariz sambil menoyor kepala Adel pelan
"Obat ibu Lo udah gue beli, dan sekarang lo diem gue mau obatin Lo" ucap Adel
"Udahlah ini cuma luka biasa" ucap Fariz
"Jangan meremehkan luka kecil kalo dibiarin nanti tambah parah" ucap Adel sambil mencari sesuatu dalam tas kecil miliknya
"Nah" Adel mengeluarkan saputangan dari dalam tas kemudian Adel menyiramkan air es yang dibeli tadi ke saputangannya.
"Mau ngapain?" Tanya Fariz
"Udah diem" jawab Adel. Kemudian dengan telaten Adel mengompres luka-luka diwajah Fariz
"Air es ini berfungsi untuk mengurangi peradangan dan mengurangi jumlah darah yang keluar pada luka lo" ucap Adel dia sangat fokus menangani luka Fariz.
"Awh.." ringis Fariz
"Tahan sedikit sakitnya gak lama kok" Ucap Adel
"Iya ibu dokter" canda Fariz
Wajah Adel yang sangat fokus sangat membuat Fariz tidak bisa memalingkan wajah darinya, keringat kecil keluar dan membuat anak rambut yang dibiarkan digerai menempel pada kulit wajah Adel. Fariz membenarkan posisi anak rambut milik Adel lalu menyelipkannya kebelakang telinga. Adel yang semula fokus pada luka kini Adel melihat sorot mata Fariz
"Jangan gr, gue cuma risih aja lihat rambut Lo ngalangin gituh" elak Fariz
"Iya siapa juga yang gr" ucap Adel
Fariz berfikir bagaimana jika Adel tahu Fariz menyukainya mungkinkah Adel akan marah padanya ataukah sebaliknya. Fariz juga salah kenapa dulu ia sempat mendekati Mela jika memang akhirnya Fariz tidak akan memilihnya.
"Selesai" ucap Adel setelah menempelkan plester pada kening Fariz yang terluka
"Thanks yah Lo udah bantu gue" Fariz tersenyum kecil kearah Adel
"Iya santai aja kali kan kita temen" jawab Adel santai
"Haha iya temen" jawab Fariz diiringi dengan tawa hambarnya.
• •
"Bego!" Umpat Renia pada Dea. Kini Renia dan Dea tengah berada dirumah tempat Zenkiya tinggal"Maaf Ren, gue terpaksa. Abisnya Andra mau keluarin gue dari sekolah terus gue mau gimana lagi?" Tanya Dea setelah menceritakan kejadian yang dialaminya tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Tak Berakhir (End)
Teen FictionAulia pov Karena kepindahan dia kenapa jadi berubah seperti ini? Terutama sahabatku yang satu ini jadi alay. Dan aku juga berubah? Dari mulai kesel sama dia, merasa bersalah, terus perasaan canggung, terus saja perasaan ini berganti seiring waktu be...