Part 36 Rasa

16 10 6
                                    

Bukannya cinta tak harus memiliki?
~Adela Intania

Beberapa hari kemudian ...

Adela POV
Jika mendengar kata cinta, apa yang akan terbenak dihati kalian? Rasa rindu? rasa nyaman? Dan rasa ingin memiliki?..

Tapi buat ku jika rasa memiliki tak bisa kudapatkan lantas harus berbuat apa? Jika rasa rindu terus menggelinang dan rasa nyaman tak bisa digenggam.

Beradu dengan nestapa, kini sebuah rasa menguap dan berharap tak akan kembali. Biarlah semburat rasa yang tersisa tersimpan hingga masuk ke relung paling dalam.

Untukmu.. kan ku jaga selalu namamu dalam biasku.

Author POV
Setelah coretan kecil ia tuangkan dalam kertas putih kosong, kini dengan cepat Adel menutup kembali buku yang sempat menjadi curahan hatinya. Dirinya bukan seorang puitis dan bukan juga penulis novel yang memiliki imajinasi tinggi. Mungkin bisa dikatakan itu hanya sepintas kata-kata yang tiba tiba terbesit dipikiran nya.

Adel melangkah lunglai membuka pintu dan meninggalkan kamar yang sejak tadi menjadi tempat bersemayamnya. Segelas es lemon mungkin bisa menyegarkan tenggorokan dan pikirannya, manamungkin ia bisa fresh saat ucapan dan hatinya kini sudah tidak sejalan lagi. Bayangkan saja tadi dengan beraninya Fariz berbicara lantang mengenai perasaannya selama ini, tak bisa dipungkiri saat Adel masih berpacaran dengan Aldo saja Adel sudah melihat sisi lain dari seorang Fariz.

Adel tersenyum hambar saat mengingat kejadian tadi, tak seperti yang ia bayangkan. Adel mengira selama ini hanya dirinya yang memiliki rasa aneh terhadap Fariz ternyata Fariz juga sebaliknya. Adel sudah mengubur dalam-dalam rasa yang pernah muncul jika diibaratkan lapisan tanah mungkin perasaan Adel berada pada lapisan batuan induk Tanah yaitu lapisan paling dalam di bumi ini.

Flashback on
"Lupakan soal rasa Fariz" ucap Adel pada Fariz yang sudah mengungkapkan semua perasaan padanya

"Lalu kenapa? Lo kurang nyaman sama gue?" Tanya Fariz

"Fariz Lo tahu kan, kalo persahabatan itu segala-galanya bagi gue. Dan situasi sekarang bagaimana Lo pasti tahu kan? Mela suka sama Lo"

"-_-" Fariz baru saja ingin berkata tapi Adel kembali berbicara

"Okeh gue tahu ternyata Lo gak ada rasa kan sama dia. Jadi gini, duh gue bingung gimana ngomong nya" Adel berkata sambil diiringi seringai kecilnya karena ia bingung harus berbicara dari mana dulu.

"Tinggal ngomong aja Del, Lo gak suka kan sama gue?" Tanya Fariz

Adel geleng-geleng kepala mungkin ini reaksi tubuhnya jika hal yang diucapkan Fariz itu tidaklah benar
"Jadi gini" Adel menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia melanjutkan pembicaraannya

"Untuk kali ini gue gak terlalu memikirkan perasaan, tapi jangan mikir gue nolak Lo atau gue gak ngertiin perasaan Lo itu sama sekali gak benar. Yang jelas gue nyaman sama Lo nyaman banget, dan yang namanya status itu sama sekali gak penting buat gue. Inget Riz pacaran itu bisa putus tapi kalo temenan nggak, temenan bisa sampai kapan aja dan yang lebihnya lagi hubungan gue sama Lo tetep baik, hubungan Lo sama Mela tetep baik jadi gak ada yang tersakiti disini, jadi fair kan?" Jelas Adel pada Fariz

"Del, gue cinta sama Lo" ucap Fariz yang membuat Adel menegang tapi Adel harus bersikap seolah biasa saja

"Fariz perasaan kita masih seujung kuku sesaat juga bisa hilang. Kita harus mikirin kedepannya akan seperti apa, gue mohon Lo ngertiin gue yah" tutur Adel sembari terus melihat sorot mata Fariz.

Fariz tidak menjawab apa-apa dia hanya diam kemudian memalingkan muka kearah lain.

"Lo gak marah kan sama gue?" Tanya Adel

Senja Tak Berakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang