warning!
auto kesel kalo baca chap ini( ͡° ͜ʖ ͡°)
Setelah Nable masuk ke dalam rumah. Sehun memutuskan mengajak Bang Daniel ngobrol. Iya, Sehun masih bingung kenapa Nable dan Bang Daniel bisa kenal. Dan... kelihatan dekat?
"Sebentar, Bang Daniel?" panggil Sehun cepat saat Bang Daniel sudah duduk di jok motor sport miliknya. "Iya? Kenapa ya, Mas Sehun?" tanya Bang Daniel ramah sambil memakai helm.
"Emm... Bang Daniel kenal ya sama Nable?" tanya Sehun. Jujur aja sih, menanyakan hal begini, Sehun masih ragu-ragu gitu.
"Iya, Mas Sehun. Saya pernah anterin neng Nable. Kebetulan, hari itu mood dia lagi nggak bagus. Nangis terus sampai marahin saya loh, Mas Sehun! Aduh, nyebelin sih. Tapi gemas juga. Hahahaha," jawab Bang Daniel sambil ketawa. "Terus ya Mas, saya traktir dia pop ice kan. Neng Nable minta saya beliin 2. Gila kali, ya tuh anak," lanjut Bang Daniel.
Ngeri. Cara Bang Daniel ngomong sama percis seperti Nable, bawel banget. Padahal Sehun cuma tanya, kenal Nable atau tidak. Bang Daniel sampai cerita semuanya. Nggak haus, ya?
"Tapi satu hal yang perlu Mas Sehun tau. Neng Nable sayang banget loh sama kamu. Pertahanin ya, Mas Sehun!" Bang Daniel diam sejenak. "Kemarin dia nangis aja, karena Mas Sehun anterin cewek lain," lanjut Bang Daniel sambil ketawa.
"Kalau sayang dia, deketin duluan. Hilangin ego, Mas. Saya bisa ngerasain juga, kalau kamu sayang sama Neng Nable juga."
Sehun tersenyum tipis. "Iya. Sayang banget."
×××
Gue menendang meja dengan kasar, membuat seisi kelas menatap ke arah gue dengan tatapan heran. Termasuk Sehun. "Woi, kenapa lu buset?" tanya Somi yang berada di sebelah gue, kaget.
Gue menghela napas pelan lalu mengacak rambut gue, frustasi. "Nggak papa kok, Som."
Gue mengambil earphone di kolong meja lalu colokin di ponsel gue. Setelah itu, gue pasangin earphone di kedua telinga gue, lalu mulai setel lagu favorite gue. Chewing Gum. "Panggilin gue kalau guru datang." ujar gue ke Somi pelan. Setelah itu, gue meniduri kepala di kedua tangan gue dengan perasaan kesal.
Flashback On
"JAUHIN SEHUN, NABLE! SEKARANG JUGA!"
Gue mengerjapkan kedua mata gue, heran. "Maksud lu apa sih, Cin? Kenapa gue harus jauhin Sehun?"
Cindy ketawa sinis. "Lu tanya maksud gue apa? Gue nggak seneng lu deketin Sehun terus, nempelin Sehun terus, dan sok seru di depan Sehun terus!"
Gue menghela napas pelan. "Gimana gue nggak deket, nempel, dan sok seru di depan Sehun? Gue sama Sehun udah temenan dari bayi, wajar lah gue begini. Gue tau lu suka Sehun, tapi jangan berlebihan. Sehun tuh nggak suka cewek over protektif, Cin."
"DIAM! GUE NGGAK MAU TAU, POKOKNYA LO HARUS JAUHIN SEHUN. SEKARANG JUGA!" teriak Cindy.
"Maaf, gue nggak bisa," ujar gue pelan.
"Nggak bisa? Seriusan?" tanya Cindy sambil senyum sinis. Tiba-tiba, Cindy mengeluarkan kotak berbentuk persegi panjang yang berwarna soft pink sambil ketawa. "Tetap nggak bisa, nih?"
"Woi, gila lu ya?!" pekik gue kaget.
"Gila?" tanya Cindy sambil ketawa sinis. "Demi Sehun, hal buruk pun gue berani lakuin demi dia."
Gue melototkan kedua mata, kaget. Gimana nggak kaget? Bener kata Cindy. Demi Sehun, hal buruk pun Cindy berani lakuin. Masih inget pemilihan ketua kelas waktu itu? Karena cuma gue sama Cindy yang angkat tangan, dan kita berdua pun pengin banget menjadi ketua kelas. Terpaksa pak Jaehwan harus memikir cara untuk pemilihan ketua kelas hari ini.
Dengan cara mengumpulkan uang kas untuk kelas sebelas nanti. Maksud pak Jaehwan bukan apa-apa. Dia hanya pengin tau, apakah gue sama Cindy bertanggungjawab atau tidak. Sekarang? Lihat saja, Cindy mengambil uang kas yang gue ngumpulin selama empat bulan ini. Gue suruh dia balikin, Cindy bilang dengan syarat gue harus jauhin Sehun. Cukup gila, bukan nih orang?
"Cindy, jangan gini. Masalah Sehun sama ini beda. Please, jangan disamain. Apa lu nggak takut gue kasih tau pak Jaehwan masalah ini?" tanya gue melas.
"Kalau gue berani lakuin, gue juga nggak bakal takut lu lapor ke pak Jaehwan," kata Cindy sambil ketawa.
"And... emang Pak Jaehwan bakal percaya sama lu yang akademiknya jelek banget? Inget Na, gue sama lu, bagusan juga gue. Nggak bakal ada yang percaya sama orang yang akademiknya jelek, dan sifatnya juga kasar." lanjut Cindy sambil menepuk pundak kanan gue sambil senyum sinis.
Shit.
Ini yang gue kadang benci dari guru. Karena seorang murid yang akademiknya kurang bagus, jadi guru lebih memilih untuk tidak percayainya. Dan kadang, guru suka banget pilih kasih. Mentang-mentang murid ini lebih aktif di kelas, jadi lebih sayang ke murid ini. Kalau yang nggak aktif? Suka bodo amat. Jujur aja, gue benci banget.
"Oh iya, satu hal lagi. Karena emang udah pasti gue bakal jadi ketua kelas, dan lu wakil kelas. Gue pengin lu mundur, nggak jadi wakil kelas. Entar saat pak Jaehwan datang ke kelas. Lu harus bilang, lu pengin Sehun menjabat tugas wakil kelas," lanjut Cindy.
Gue ketawa, jengkel dengan kelakuan Cindy. Ternyata wajahnya cantik, hati nggak tentu cantik juga ya. Karena sudah terlanjur kesal, gue menarik kerah baju Cindy dengan cepat. "Jangan kelewatan. Gue, Nable bukan cewek yang gampang dibully sama orang macem lu gini. Inget."
Tiba-tiba, Cindy menjambak rambut gue keras, membuat gue meringis kesakitan. "Ikutin perintah gue, Byun Nable. Atau enggak, uang kas yang lu kumpulin ini, bakal gue bakarin sekarang juga."
Dan dengan bego, gue ikuti perintah Cindy.
Flashback End
"Nable, bangun! Pak Jaehwan udah datang." bisik Somi pelan. Gue mengerjapkan kedua mata gue sambil bengong, masih ngantuk soalnya. Saking keselnya, gue sampai kebawa mimpi. Gila kali, ya?
"Oke. Bapak nggak mau basa basi. Silahkan Cindy dan Nable kumpulkan uang kas yang telah kalian ngumpulin selama empat bulan ini ke meja saya. Sekarang juga," ujar Pak Jaehwan to the point.
Gue mengumpulkan uang kas ke meja Pak Jaehwan, sebaliknya Cindy juga lakuin hal itu. "Hm. Uang kas yang telah Cindy kumpulkan adalah Rp 540.000,00. Sedangkan Nable... Rp 680.000,00."
Gue hanya tersenyum tipis saat seisi kelas bertepuk tangan ria. Mood gue sudah hilang entah ke mana karena kelakuan Cindy tadi pagi.
"Cindy akan menjabat tugas ketua kelas selama dua tahun berjalan. Sedangkan Nable akan membantu Cindy selama dua tahun ini," ujar Pak Jaehwan.
"Pak," gue ngangkat tangan. "Saya ingin mundur diri. Dan saya berharap, Sehun yang menjabat tugas wakil kelas selama dua tahun ini," lanjut gue.
Gue membuang muka saat Sehun dan Baekhyun menatap ke arah gue dengan tatapan heran. Apalagi Sehun, menatap gue dengan tatapan heran dan marah.
Iya, gue bego. Bego banget pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] 𝑺𝒂𝒌𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒈𝒐
Fanfictionft. oh sehun, 吴世勋. [completed] /i/ we are come from different world. /ii/ i wake to another day without you. /iii/ take me far away someplace nice, where the sun always shines, and there's no goodbyes. ©jaeminmoon, 2018.