21; he kisses me, gently.

1.5K 174 51
                                    


13:50p.m.

"Gimana keadaan Cindy sekarang?" tanya gue khawatir saat gue dan Bang Daniel sampai di depan ruang operasi, tentunya ada Sehun dan kedua orang tua Cindy di sebelahnya.

"Belum kelar operasinya." ujar Sehun sembari mengacak rambutnya. Mungkin Sehun merasa frustasi banget. "Cindy memakai obat tidur yang cukup berlebihan lagi?" tanya gue ke Sehun.

Gue melototkan kedua mata kaget saat ibu Cindy mendorong tubuh gue keras, hingga tubuh gue kebentur ke tembok cukup keras. Gue meringis kesakitan, tapi ibu Cindy malah nyamperin gue dengan tatapan seremnya.

"Gara gara kamu, anak saya jadi begini! Balikin anak saya yang sempurna! Balikin!" ibu Cindy teriak histeris sambil menjabak rambut gue kasar. Tanpa babibu, Sehun dan Bang Daniel langsung membantu meleraikan gue dan dan ibu Cindy.

"Cukup! Anda sudah kelewatan batas!" kata Sehun sambil melindungi tubuh gue di belakangnya. Bang Daniel memeluk gue erat, sembari menyeka air mata yang terus menerus menetes di kedua kelopak mata gue.

"Kamu juga! Kamu yang sudah janji kepada saya, akan menjaga putri saya dengan baik. Tapi mana janjimu, berengsek?! Mana?!" teriak ibu Cindy semakin histeris, tapi Sehun malah ketawa sinis lalu menatap ibu Cindy dengan tatapan tajamnya.

"Saya emang pernah janji kepada beliau akan menjaga Cindy dengan baik. Tapi saya bukan segalanya. Saya tidak mungkin selalu ada untuk Cindy." Sehun diam sejenak lalu menatap gue cukup lama. "Satu hal lagi, saya tidak mencintai anak anda. Iya, menjaga Cindy memang kewajiban saya. Tapi selama enam tahun ini, saya muak dengan segalanya!"

"Anda bilang, saya tidak menjaga Cindy dengan baik. Tapi apa kabar dengan dirimu sendiri? Apakah anda sudah menjadi ibu yang baik untuk Cindy? Apakah anda selalu ada saat Cindy kesedihan ataupun seneng? Tidak. Sebelum anda memarahi kami, memaki maki cewek saya. Anda seharusnya intropeksi diri dulu." ujar Sehun panjang lebar. Tapi saat Sehun mengucapkan 'cewek saya' kepada ibu Cindy, cukup membuat hati gue bergetar hebat.

Tring!

Pintu ruang operasi terbuka dari dalam, tanda operasi sudah berakhir. Satu dokter muda dan dua suster keluar dari dalam ruang operasi sembari menatap kami secara bertukeran. Dokter muda itu menatap gue lekat lalu melepaskan masker biru mudanya. Iya, itu Na Jaemin.

"Gimana keadaan anak saya, dok?" tanya ibu Cindy ke Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana keadaan anak saya, dok?" tanya ibu Cindy ke Jaemin. "Anak ibu sudah membaik, tidak perlu khawatir lagi ya?" ujar Jaemin sembari senyum lembut ke ibu Cindy. "Tapi kondisi mental anak ibu masih kurang baik. Saya sarankan, setelah beberapa jam kemudian baru diperbolehkan jenguk ya."

"Terima kasih banget ya, dok!" ujar ibu Cindy sambil nangis terharu. Jaemin tersenyum tipis. "Kewajiban saya, Bu. Saya permisi dulu." ujar Jaemin lalu meninggalkan kami, tidak lupa dengan kedua suster yang setia mengikuti Jaemin dari belakang.

Setelah itu, kedua orang tua Cindy lebih memilih untuk meninggalkan kami di depan ruang operasi. Gue menghela napas lalu mendongak ke arah Bang Daniel. Karena jujur saja, Bang Daniel sangatlah tinggi, sedangkan tinggi badan gue beda jauh dengannya.

[2] 𝑺𝒂𝒌𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒈𝒐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang