12:58p.m."Sekian pelajaran hari ini, semoga bermanfaat bagi kalian." ujar gue lalu merapikan buku dan Macbook yang terletak di meja.
"Terima kasih, bu!" ujar para mahasiswa dan mahasiswi secara kompak. Gue hanya membalas dengan senyuman tipis, lalu meninggalkan kelas.
Karena setelah ini gue udah nggak ada jam ngajar di kampus, jadi gue memutuskan untuk balik ke klinik membantu Kuan Hung.
Di saat gue menunggu Grab yang telah gue booking di tepi jalan, ada sebuah pesan yang masuk ke dalam handphone gue. Awal mula gue kira pesan dari abang Grab, ternyata bukan.
082×××××××××××
Soon, your story will be the end.Gue mengernyitkan dahi saat membaca pesan misterius tersebut. Apanya yang akan berakhir? Apakah ini pesan dari Cindy? Kalau iya, ini kelewatan banget.
Tiba-tiba, ada seseorang menepuk pundak gue dari belakang. Saat gue membalikkan badan, gue melihat ada dua cowok yang memakai setelan jas hitam, yang tengah berdiri di depan gue.
Gue pengin lari, tapi semuanya telat. Karena cowok itu memukul kepala gue menggunakan rotan, dengan sekuat tenaganya. Setelah itu, badan gue terjatuh ke lantai. Badan gue seketika lemes. Lemes banget. Pandangan gue juga seketika kabur entah ke mana.
Di saat itu juga, all is black.
×××
Gue terbangun dengan terkejut saat gue merasa ada seseorang menyebur air dingin ke wajah gue. Dengan cepat, gue mengerjapkan kedua mata pelan. "Udah bangun nih sih princess."
Gue mendongakkan kepala, lalu menatap Cindy yang tengah berdiri di depan gue sembari melipatkan kedua tangan di dadanya. Tanpa gue sadari, gue tersenyum sinis ke arahnya. "Ini anceman dari lu? Cupu amat?"
Raut wajah Cindy seketika berubah menjadi serem saat mendengar apa yang telah gue ucapkan. Tapi gue nggak takut, gue malah seneng lihat dia udah marah begini. "Kenapa? Gitu aja udah marah, nih? Kalau lu benci gue, bunuh gue aja sekarang! Biar nggak ada yang rebutin Sehun dari lu. Puas kan?"
Gue ketawa sinis saat mendapat tamparan keras dari Cindy. "Gue emang benci banget sama lu. Saking bencinya gue pengin langsung bunuhin lu! Tapi gue nggak bisa."
Tiba-tiba Cindy ketawa keras, seketika membuat bulu kuduk gue berdiri. "Gue... harus pelan pelan nyiksain lu, Byun Nable." gue membuang muka ke arah kanan saat Cindy mulai membelai wajah gue dengan pisau tajamnya.
"Wajah ini yang membuat Sehun nggak pernah untuk sekedar lihatin gue." ujar Cindy.
"Mulut ini yang membuat Sehun terus menerus bahasin tentang lu, sedangkan gue sama sekali nggak dihirauin." ujar Cindy lagi.
"Selama enam tahun di Aussie, gue yang selalu nemenin Sehun di saat dia sedih dan bahagia. Tapi kenapa Sehun nggak pernah lihat belakang untuk sekedar lihat perjuangan gue?! Gue benci lu, Byun Nable. Benci banget!"
Gue menarik napas dalam dalam, lalu beraniin diri untuk menatap kedua mata Cindy yang mulai merah karena menahan tangisan.
"Yang selalu nemenin di saat sedih dan bahagia bukan lu, melainkan Sehun. Demi lu, Sehun rela tinggalin semuanya dan nemenin lu ke Aussie. Demi lu, Sehun pengin cepet sembuhin penyakit lu. Demi lu, Sehun kehilangan banyak... banyak hal yang dia suka. Demi lu, gue bahkan relain Sehun untuk lu. Apa lu masih nggak puas, Cindy?"
Di saat gue pengin lanjutin omongan gue, seseorang mendobrak pintu gudang dengan keras dari luar. Gue tersenyum bahagia saat gue melihat, ternyata Sehun yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] 𝑺𝒂𝒌𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒈𝒐
Fanfictionft. oh sehun, 吴世勋. [completed] /i/ we are come from different world. /ii/ i wake to another day without you. /iii/ take me far away someplace nice, where the sun always shines, and there's no goodbyes. ©jaeminmoon, 2018.