16; "be mine, please?" -sehun.

1.5K 206 86
                                    


Banyak orang yang mengatakan, kadang waktu berlalu dengan sangat cepat, dan gue sangat menyetujuinya. Karena kami, sudah menaiki kelas dua-belas sekarang. Dan sebentar lagi, kami akan menghadapi yang namanya ujian nasional. Jujur saja, gue sangat takut. Tapi karena alasan itulah, gue lebih memilih untuk rajin belajar, dibanding ngeluh sana sini karena perasaan takut gue yang sangat berlebihan.

Gue tengah mengerjakan soal-soal ujian nasional di perpustakaan dengan teliti sambil mendengarkan lagu favorite di ponsel gue. Tiba-tiba, ada seseorang yang menduduki dirinya di sebelah gue. Karena penasaran, gue mendongakkan kepala gue. Ah, ternyata Sehun.

"Kenapa ngehindarin gue selama ini?" tanya Sehun dengan nada sereknya sambil menatap gue dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ngehindarin gue selama ini?" tanya Sehun dengan nada sereknya sambil menatap gue dalam-dalam. Tapi gue malah menghela napas pelan, lalu melanjutkan aktivitas gue yang tertunda. "Kagak ngehindar. Lu yang kebanyakan mikir, mungkin." ujar gue ketus.

"Bohong." ujar Sehun nggak kalah ketus.

Gue membuang napas kasar. "Kalau nggak mau belajar, keluar sana. Perpustakaan bukan tempat untuk berdebat, Sehun. So, silahkan keluar." ujar gue lebih ketus. Tapi Sehun malah ketawa pelan. "Jadi lu lebih percaya kata orang lain daripada gue, gitu?" tanya Sehun, tapi nadanya berubah. Iya, berubah menjadi kecewa.

"Bener kan kata orang lain, kalau lu pacaran sama Cindy sekarang?" tanya gue juga nggak kalah kecewa. Perlahan, gue membuang napas kasar. "Udah lah, pergi sono. Gue mau be--"

"Ikut gue."

×××

Gudang Sekolah.

"Lepasin!" teriak gue keras saat Sehun memojokkan badan kami ke pintu gudang, lalu menguncikan badan gue menggunakan kedua tangannya. "Apasih, Hun?! Lepasin nggak?!" tegas gue sekali lagi.

"Gue udah lama bertahan, Na. Tapi maaf, kali ini gue nggak bisa." saat gue belum sadar apa maksud kata Sehun barusan, dia sudah menumpukkan keningnya di kening gue, sampai ujung hidung kami bersentuhan. Gue berusaha keras untuk menjauh. Tapi semuanya telat, karena Sehun sudah menguncikan badan gue. "Gue... sayang banget sama lu." ujarnya sendu.

Chu.

Setelah itu, Sehun menyatukan bibir kami. Gue berusaha memakai akal sehat untuk mendorongnya, tapi Sehun malah mencium gue dengan sangat hati-hati dan gentle. Entahlah, badan gue terasa lemes banget sekarang.

Perlahan, Sehun melepaskan ciumannya dan mengusap kedua pipi gue lembut. "Maaf, atas kelepasan gue tadi." gue menundukkan kepala gue, merasa malu. "Em... n-nggak papa."

"Gue emang pacaran sama Cindy." kata Sehun tiba-tiba sukses membuat gue mendorong badannya keras. Tapi dengan cepat, Sehun memeluk gue erat. "Dengerin dulu, hm?" ujar Sehun lembut sembari mengelus rambut gue pelan.

"Cindy terserang penyakit jiwa, dan alasan utamanya karena Ibunya sendiri. Ibunya bisa marah besar kalau nilai Cindy turun sedikit. Karena alasan itu, sukses membuat Cindy ingin menjadi perfect di mata Ibunya. Tapi tanpa dia sadar, dia terserang penyakit jiwa yang cukup parah." ujar Sehun pelan.

"Gue pacaran sama Cindy karena atas permintaan Ibunya. Cindy selalu berubah menjadi cewek ceria saat bareng gue. Dan jujur, gue seneng lihat dia begitu." lanjut Sehun sembari terus-menerus mengelus rambut gue, lembut.

"Gue tau gue berengsek, bego, egois. Tapi mohon, sebelum gue selesain masalah gue sama Cindy, jangan tinggalin gue atau sesekali ngehindar dari gue," Sehun diam sejenak lalu memeluk badan gue semakin erat. "Gue takut, takut banget. Mau lu bilang gue pengecut atau apa, gue nggak peduli. Satu permohonan saja, jangan tinggalin gue..."

"S-sehun, l-lu..." gue reflek memeluk Sehun balik, karena gue mulai merasakan air mata Sehun membasahi baju seragam gue. "Janji Na, jangan tinggalin gue, saat apapun yang terjadi di antara kita berdua." ujar Sehun dengan suara seraknya.

Walaupun gue rada bingung, tapi gue tetap menganggukkan kepala gue pelan. "Sst, udah udah jangan nangis lagi. Gue janji, apapun yang terjadi, gue Byun Nable, nggak mungkin tinggalin seorang Oh Sehun. Hm?" ujar gue selembut mungkin.

Sehun melepaskan pelukan kami, lalu menumpukkan keningnya di kening gue. "Setelah gue selesain masalah ini. Be mine, please?"

 Be mine, please?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

notes

maaf banget gue 5 hari ga update. sumpah deh, otak gue buntu ide parah, padahal gue udah mikirin cerita ini sampe ending, ketiknya malah susah:") tapi gpp, selanjutnya bakal lebih hghh... kwkwk.

maaf juga, chapter kali ini pendek banget. ya sesuai permintaan kalian juga deh, chap 15 kan panjang, chap 16 pendek aja deh kwkwk.

makasi juga 2k readersnya!💓

makasi juga 2k readersnya!💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hghhhh:")))))

he's so fucking handsome and adorable in the same time:"((((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

he's so fucking handsome and adorable in the same time:"((((

okk laaa, have a nice day♥

Regards,
Fifie.

[2] 𝑺𝒂𝒌𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒈𝒐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang