- 9(b) -

109 21 73
                                    

Terkadang, yang istimewa datang tiba-tiba. Tanpa pertanda dan tanpa petunjuk.

******

Senja mulai muncul di kala matahari mulai menenggelamkan dirinya. Bulan mulai menampilkan kecantikannya. Kecantikan yang palsu, kecantikan itu hanyalah pantulan dari matahari!

Bintang-bintang mulai berkedip. Menyapa gelapnya malam dengan keindahan. Keindahan yang hakiki. Ia tidak mencuri maupun memantulkan keindahan dari benda langit manapun. Tuhan-lah menganugerahkan bintang untuk memancarkan cahaya-nya sendiri. Satu fakta untuk bintang, mandiri.

ɤ Magic of Love ɤ

Jam dinding di rumah Al sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Rio, Reina, dan Naufal masih setia duduk di studio musik mini Al. Mereka masih membincangkan tugas observasinya.

"Oke, karena hari sudah mulai malam. Burung hantu akan datang. Dan gue tidak mau ngapel sama burung hantu. Jadi?" Ucap Reina sambil memberikan jeda.

"Gue mau pulang duluan. Urusan alat-alat apalah itu aku tidak mau tahu!" Reina menyengir tidak berdosa.

Alat-alat yang dimaksud adalah mereka membutuhkan seperangkat kamera dibayar kredit untuk mem-video hasil latihan mereka hari ini. Yap, video lagu romantis antara Naufal dan Reina dengan Al dan Rio sebagai penonton.

"Lo balik naik apa?" tanya Naufal.

"Ciee, yang udah perhatian. Aduduh yo, gue kok mencium bau - bau PJ." Al berteriak histeris sambil menatap Reina dan Naufal dalam.

"Demi bodo yang belum dapet nama embel-embel BIN*, gue gak bakal jadian sama makhluk sarap* ini." Reina bergidik ngeri bila membayangkan dirinya dengan Naufal ber..

[ BIN : nama ayah, Sarap : tidak waras, gila]

"Gue kasih BIN nya deh. Bodo bin Naufal. Dan lo, emaknya bodo. Lo yang lahirin bodo." Al terkikik penuh kemenangan sambil menodongkan jari telunjuknya di wajah Reina.

"Ck. Gue gak peduli siapa emak sama bapaknya bodo! Dan lo, Alzetta dan Rio. Lo harus berangkat sekarang ke Gramedia terdekat untuk menyewa kamera! TANDA SERU." Reina hanya bisa berdecak.

"Gue sih gak masalah. Secarakan nih anak pacar gue. Eh, tapi lo bodo beneran ya Rei. Kalo nyewa kamera itu nggak di gramed, bodo!" Rio membanggakan diri seraya mencemooh sahabat pacarnya itu.

"Gue pulang capek!" sela Naufal.

"Yaudah sono, kalian barengan aja pulangnya. Kan bang Naufal bawa mobil, neng" jawab Rio sambil menyentil dagu Naufal. Layaknya seorang waria.

Ihh, najis mughaladah. Nanti gue harus cuci nih dagu tujuh kali dengan air dan tanah. Dasar tangan penuh dosa. Gumam Naufal seraya menatap tajam Rio.

Lihat aja Fal, siapa yang akan menang duluan. Tunggu tanggal mainnya! Rio tersenyum picik.

Naufal dan Rio seperti sepasang musuh bebuyutan tujuh turunan. Setiap hari mereka selalu bertengkar dalam batin dan tatapan tajam matanya. Tak ada yang tahu apa permasalahan mereka. Status teman saja yang menyelimuti mereka dalam perkelahian dingin ini.

"Bareng gue Rei, udah malem. Bye." Naufal melengos pergi dari dua sejoli di hadapannya.

ɤ Magic of Love ɤ

Reina hanya bisa pasrah. Mau tidak mau, ia harus menumpang di mobil Naufal. Dan hukumnya adalah Fardlu 'Ain. Kenapa? Karena dompet Reina telah disembunyikan tuan rumah, Al.

Magic of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang