-12(b)-

86 16 41
                                    

Karena penghianatan tak lebih menyakitkan daripada kehilangan.

Reina

*****

"Al" ucap cewek itu.

Al semakin menjadi-jadi dengan tangisnya. Ia ingin mengurangi rasa sakitnya dengan menangis. Tapi, nyatanya tidak bisa.

Cewek itu segera menemui Al. Ia merengkuh tubuh mungil Al dalam pelukannya. Pelukan yang hangat sebagai seorang penyemangat.

"Al, lo harus kuat. Doakan yang terbaik untuk Om dan Tante. Udah ya jangan nangis terus. Mereka pasti ikut sedih liat lo kayak gini"

Al hanya mengangguk. Ia menerima nasihat itu. Namun, hatinya masih sangat sedih. Orang tua yang sangat disayanginya tidak diketahui keberadaanya. Bagaimana bisa dia hidup sebatang kara?

Sepuluh menit yang lalu Al mendapat telepon dari Tim SAR. Al mendapat kabar bahwa pesawat yang ditumpangi Ayah dan Mamanya jatuh di Laut Cina Selatan. Jasad kedua orang tuanya memang belum ditemukan. Bahkan, mereka hidup atau meninggal juga belum diketahui. Tetapi, berapa persen peluang selamat dari kecelakaan pesawat yang jatuh ke dalam laut?

"Reina! Lo masih anggep gue sahabatkan? Maafin gue, Rei. Makasih lo ada saat gue terpuruk kayak gini."

"Udah Al, jangan bahas itu lagi. Sekarang kita berdoa untuk keselamatan orang tua lo. Mereka belum ditemukan dalam keadaan tiada kan? Berarti masih ada peluang selamat."

Reina mengetahui bahwa orang tua sahabatnya pulang malam ini. Saat ia menonton salah satu channel tv yang mengabarkan telah terjadi kecelakaan pesawat dari Jepang menuju Jakarta.

Reina yang mengetahui kabar tersebut langsung histeris. Sebenarnya ia masih di rumah sakit. Ia memaksa orang tuanya untuk mengizinkannya menuju rumah Al. Karena dia tahu, Al pasti lebih hancur dari dia.

Ia sangat paham apa arti sahabat. Maka dari itu, ia memilih meninggalkan rumah sakit dengan keadaan yang belum memungkinkan untuk menemui sahabatnya. Walaupun ia tahu, sahabatnya telah melakukan kesalahan padanya.

"Al, kita berdoa aja ya. Jangan nangis terus. Tapi gak papa kalo itu ringankan kamu."

"Nggak, bidadari ku gak boleh nangis." potong seorang lelaki yang tiba-tiba masuk di rumah Al.

Sepertinya gue harus mundur. Batin seseorang dalam hati.

ɤ Magic of Love ɤ

Ketiga remaja itu berkumpul di sebuah rumah besar tapi sunyi. Kesunyian karena sebuah kedukaan. Dan perkumpulan karena kedukaan juga.

Itulah sahabat. Definisi yang sebenarnya adalah orang yang harus ada disaat kesedihan melanda. Sahabat yang hilang saat kita bahagia itu boleh-boleh saja. Pasti ia juga merasakan kebahagiaan yang kita raih. Namun, bila kesedihan tiada? IT'S FAKE FRIENDS.

Alzetta, Reina, dan Naufal sama-sama berdoa untuk keselamatan orang tua Al. Mereka menemani Al dalam kesedihannya. Berharap bisa mengurangi kesedihan sang sahabat.

"Btw, kalo Mama dan Ayah beneran gak ada gue tinggal sama siapa? Gue anak tunggal. Gue cuma punya Om satu. Itupun di LA. Kalo gue harus ke LA gimana?" ujar Al dengan sorot mata penuh kesedihan.

"Eh, lo gak boleh bilang gitu, Al. Ayah sama Mama kamu pasti kuat. Tapi, biarkan takdir berkata. Karena, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk makhlukNya." jawab Naufal sambil menghapus air mata Al.

Kuatkan hati hamba Ya Allah. gerutu seseorang dalam batin terdalamnya.

"Gue pasrah deh sekarang." Al memperlihatkan senyum lepasnya. Ia tahu, Tuhan akan memberi yang terbaik untuknya dan keluarganya.

Magic of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang