-16-

63 8 13
                                    

Los Angeles, USA
19 Agustus 2017

"Good morning!" sapa seorang perempuan dengan rambut sebahu berwarna pirang itu.

"Morning too, aunty." jawab Al.

Seminggu setelah keberangkatannya menuju Los Angeles, keadaan Al sudah membaik. Al pergi dari rumah sakit pagi hari setelah ia pingsan. Al takut, jika keadaan tubuhnya diketahui oleh sahabatnya, Naufal dan Reina. Cukup sudah dirinya merepotkan kedua sahabatnya itu.

"Apakah kau merasa sudah baikan?" tanya Tanteku.

"Sudah, Tan. Btw, kapan aku diperbolehkan pulang?"

"Sayang, kita harus mencegah kanker itu walaupun masih stadium awal."

Al tak menjawab. Cukup matanya saja yang menjawab pertanyaan tantenya. Alzetta mengidap kanker leukimia stadium awal. Itulah yang menyebabkan dirinya cepat lelah, nyeri di bagian tertentu, dan menyebabkan dirinya mimisan. Alzetta tak pernah peduli dengan kondisi tubuhnya dan menganggap remeh penyakitnya itu.

"Sudah, jangan sedih. Kamu pasti sembuh kok."

"Makasih, Tante."

"Sudah, kamu istirahat saja."

-Magic of Love-

Jakarta

"Rei, gue berangkat."

Kemarin, Naufal dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa fakultas kedokteran di Universitas Havard. Cita-citanya sejak kecil akan tercapai, tinggal selangkah lagi.

Hari ini, di bandara Soekarno Hatta dua sejoli yang memiliki predikat sahabat sedang bersedih. Harus berpisah selama empat tahun lebih demi masa depan masing-masing.

"Gue juga berangkat, Fal."

Begitupun Reina. Ia telah mendapat beasiswa di Oxford University. Hari ini juga ia berangkat ke London.

"Rei, lo jangan lupa doain Al. Gue gak tahu, dia sekarang di mana."

"Gimana gue mau lupa sama sahabat gue sendiri sih, Fal. Gak mungkin lah."

"Rei. Sebenernya gue ada rasa lain sama Al. Bukan sebagai seorang sahabat, namun lebih."

"Cinta?"

"Mungkin."

Selamanya gue cuma CFD sama lo, Fal. Bukan Car Free Day, melainkan Cuma Friendzone Dimatamu.
Batin Reina dalam hatinya.

"Eh, Lo kok bengong. Jangan-jangan lo suka gue ya?" tanya Naufal sambil menggelitiki perut Reina.

"Ahahaha. Pal Nopall!! Berhenti, geli. Nanti kalo gue ngompol gimana?" ucap Reina.

"Biar aja lo ngompol. Gue kan jadi suka."

Gimana gue mau move on kalo senyum lo masih lo tebar di depan gue? Reina pun hanya bisa membatin, tak ingin mengatakannya dengan suara.

Tak ada sebuah sahabat tanpa rasa. Begitupun yang terjadi antara Al, Reina, dan Naufal. Reina yang mencintai Naufal, Naufal yang mencintai Al, Al yang mencintai Rio. Selamanya akan begitu. Demi persahabatan yang dijalinnya, mereka hanya bisa memendam rasa. Bukan karena gengsi atau apapun, tetapi takut bila status sahabat akan terlindas begitu saja.

Para penumpang pesawat udara maskapai PI.

Dengan nomor penerbangan 101 dan 123.

Tujuan Amerika Serikat dan London.

Dipersilahkan masuk ke ruang tunggu, pintu nomor 3 dan 5.

Panggilan khas bandara itu mulai terdengar. Diikuti oleh empat mata yang saling menatap.

"Kita berangkat!" ucap Rei dan Naufal bersamaan.

Merekapun bangkit dari duduknya menuju ruang tunggu. Naufal segera memeluk erat Reina, memberikan sedikit kehangatan untuk Reina.

Reina juga membalas pelukan Naufal tak kalah erat. Wajahnya sudah berada di tempat yang sangat dia idam-idamkan, dada bidang Naufal. Tak terasa cairan bening itu sudah membasahi kaus Naufal.

"Ih, jangan cengeng."

Naufal melepaskan pelukan itu. Ibu jarinya mengusap air mata Reina dengan sangat lembut. Reina hanya menunduk.

"Maafin gue Rei. Gue gak becus jaga Al. Sampai dia aja kabur dari rumah sakit."

"Gue juga minta maaf, Fal. Gak bisa bantu lo jaga Al waktu itu."

Dan gue minta maaf. Rasa itu juga sudah memenuhi ruang kosong di hatiku, Fal.

Naufal mendekatkan wajahnya dengan Reina. Dan itupun membuat jantung Reina berdetak tak beraturan.

Jantung, kamu yang tenang. Batin Reina sambil memegang dadanya.

Naufal mencium kening Reina cepat. Dan ia meraih pergelangan tangan Reina untuk menuju ruang tunggu.

"See you four years again!! Reina!"

"See you too, Nopall!!"

Mereka berpisah, hanya raganya. Tapi jiwanya masih menyatu.

Al, tunggu gue empat tahun lagi. Dan gue akan jadi dokter yang akan nyembuhin kanker lo itu. Batin Naufal.

"Ai lap yu, Kucil!" teriak Naufal.

"Ai lope tuu, Tiang!" teriak Reina.

Dan tiga kata itu sebagai penutup perjumpaan mereka.

******

Garing kriuk kriuk enyoiii

Ajijaaa

Magic of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang