Dalam diam
Dalam doa
Dalam malam
Dalam tanya
Dan dalam sunyi ini
Aku masih mencintaimu
Tanpa karenaAlzetta
*****
Hari ini Alzetta tampak semangat berangkat ke sekolah. Dinner yang tak pernah disangkanya memberikan asupan gizi lebih baik daripada sarapan paginya kali ini. Padahal, disarapan pagi kali ini menu favorit Al sedang dihidangkan. Soup iga, tempe penyet, dan pepes tongkol.
Alzetta dengan semangat '45 membuka pintu mobilnya. Ia langsung menduduki kursi di sebelah pengemudi. Kali ini Al diantar ayah tercintanya.
Mobil melaju meninggalkan rumah megah nan indah. Memecah kepadatan jalanan ibukota. Kebisingan dan kepenatan memenuhi setiap sudut jalan.
Namun tidak dengan Al. Dia menyalakan MP3 di mobilnya. Ia memutar lagu A Thousand Years. Dengan penuh semangat pula, bibir ranumnya ikut andil dalam musik tersebut.
"Kamu kenapa, Nak? Kok senyum-senyum gak jelas. Jangan-jangan kamu gila ya?" tanya ayah Al sambil menyentuh lembut jidat Al.
"Emang Ayah mau anak semata wayang yang cantik, baik hati, dan tidak sombong ini gila?" kilas balik Al kepada Ayahnya, Azzam.
"Gakpapa deh, kamu gila aja. Ayah mau buat dedek gemay lagi. Kamu udah gak ada lucu-lucunya Al. Sadar umur sayang, udah 18 tahun kurang 5 bulan looh." ucapan Ayah Al diikuti kekehan pelan.
"Terserah Ayah deh. Buat aja yang banyak. Selusin juga gakpapa. Yang penting dedeknya gak bisa besar. Kecil terus. Al gak mau punya adek besar, nanti nakal." jawab Al sambil mencubit lengan kiri ayahnya.
Mereka berdua pun bercanda ria sepanjang jalan. Menghilangkan penat dan lelah yang disebabkan padatnya jalan raya.
ɤ Magic of Love ɤ
Setibanya di sekolah, Al berlari kecil menuju kelasnya. Sepertinya ia ingin segera menceritakan kisah cintanya pada Reina.
Namun,
"Woyyy, main nyosor aja lo. Lo siapa? Berani-beraninya deket-deketin Rio, heh!" ujar seorang siswi sambil menarik lengan Al. Sepertinya ia sebaya dengan Al. Namun bedge kelasnya menunjukkan bahwa dia siswi kelas 12_IPS3.
"Kenapa? Lo iri? Gue pacarnya, lo siapa? Berani-beraninya ngatur! Lo gak kenal gue siapa?" jawab Al seperti menantang. Untung saja Al bukan cewek culun yang tak mampu berkutik ketika di-bully.
Aish, gue lupa. Dia gak culun bin polos. Dia juga badgirl sama kayak gue. Gue gak boleh pakek kekerasan. Gumam cewek itu dalam hati.
Cewek itupun langsung melepaskan genggaman tangannya. Mencoba merilekskan otot-ototnya yang sudah siap tempur.
" Bye, gue gak punya waktu." Al langsung pergi begitu saja. Meninggalkan sang calon pelakor.
ɤ Magic of Love ɤ
"Pagi teman sebangku," sapa Al.
"Pagi, tumben nyapa." jawab Naufal sambil berbalik menghadap Al.
"Lagi mood. Lo sih ganteng amat kalo pagi. Tapi siangan nanti udah luntur." kekehan Al pun ikut mengikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic of Love
Teen FictionCinta itu bagaikan mantra. Mantra yang mampu mengubah segalanya. Hati, sikap, pemikiran, serta emosi seseorang. Cinta itu mampu mengubah hidup. Entah baik ataupun buruk. Karena cinta itu mampu mengendalikan hati serta motorik. Cinta tak bisa dicampu...