"Morning." sapa seorang cewek sambil menuruni anak tangga.
"Morning to. Yakin mau sekolah, Al? ucap Naufal.
"Iyalah. Gue harus banggain orang tua gue lewat prestasi. Lima hari lagi UN kan? Ortu gue pasti sedih lihat gue terpuruk."
"I'm proud of you, my Bidadari."
Sudah tiga hari orang tua Al dimakamkan. Dan hari ini, Al sudah tidak lagi terlihat kacau. Al sudah menenteng tas biru dengan tubuh mungilnya yang balutan seragam abu-abu putih. Namun, tak berarti Al tidak merasa kehilangan. Ia hanya tak ingin terpuruk dan berlarut-larut dalam kesedihan.
"Hey, sahabatku udah bangkit nih. Ini yang harus dicontoh. Kalo sedih, pelariannya harus baik dan bikin ortu bangga." pernyataan Reina sambil memberikan jempol pada Al.
"Oh iya. Kemarin Om telepon. Satu bulan lagi aku harus berangkat ke LA." ucap Al dengan sorot mata sedih.
"Udahlah, kita gak papa kok. Kita akan dukung apapun keputusanmu," jawab Naufal.
Merekapun segera berangkat sekolah. Ya, Naufal dan Reina menginap di rumah Al selama tiga hari ini. Rio hanya berkunjung kalau sempat saja.
Al, Reina, dan Naufal mengendarai mobil Om Azzam. Naufal sebagai pengemudi. Al dan Rein duduk di belakang.
Gue kasihan lo, Al. Di masa remaja lo yang masih butuh kasih sayang ortu lo gak bisa dapetin itu. Bahkan, lo harus urus perusahaan bokap lo. Sekarang gue sadar, kekayaan tak bisa membahagiakan tuannya. Kebahagian tak pernah bisa dibayar dengan harta. Dan, ada suatu ketika harta menyelakai dan membuatmu sakit. Gumam Naufal dalam hati.
Setelah tiga puluh menit, mereka sudah sampai sekolah. Tetapi,
"What?? Kita telat? Terus gimana?" ujar Reina.
"Gue mantan bad girl. Inget itu kawan!"
Iya, Al adalah mantan bad girl yang sudah tobat dua tahun yang lalu. Al sadar, bahwa tingkah lakunya membuat orang lain resah.
"Jadi?" Naufal bertanya-tanya.
"Gue taulah jalan masuk sekolah selain gerbang laknat ini." Al menjawab dengan terkekeh.
Gue seneng lo udah bisa senyum. Semoga dia gak bikin lo sedih lagi. Gue akan berusaha jadi pelindung lo. Batin Naufal.
Al, Naufal, dan Reina mengendap-endap melewati gerbang belakang sekolah. Untungnya, pak satpam sekolah ini mempunyai penyakit demensia alzheimer. Sehingga dia lupa tidak mengunci gerbang belakang.
Dengan mudahnya Al membuka gerbang itu. Mereka mengendap-endap sambil merendahkan badan. Satu rintangan lagi, ruang BK. Ruang favorit Al dua tahun lalu. Sekarang ia sudah khilaf.
"Kita lewat belakang ruang BK, terus lewat lorong itu dan naik tangga. Udah deh sampai kelas." jelas Al.
"Sumpah, ilmu bad girl lo masih tertancap sempurna di otak lo, Al."
"Iya, gilak lo. Untung gue gak tau kenakalan lo dua tahu lalu. Kalo gak, gue takut ketemu lo, Al."
Naufal memang murid baru. Ia dan Rio pindah sekolah di waktu bersamaan. Karena ada sebuah hubungan khusus antara mereka berdua.
Al hanya terkekeh mendengar pujian sahabatnya. Ia mengingat masa-masa di mana dia selalu melanggar aturan, telat sekolah, tidak mengerjakan tugas, membuli temannya, dan masih banyak lagi. Itulah sosok Alzetta dua tahun yang lalu.
ɤ Magic of Love ɤ
"Pacarnya kapten udah baikan nih?" ucap Rio.
"Hmm."
Untung Om Azzam udah tiada. Kalo gue tunangan sama Al, terus semua harta dipindahkan atas nama gue. Dan gue tinggal ninggalin dia. Gue nikah sama pacar beneran gue. Gumam Rio sambil tersenyum picik
Eh, jangan Rio. Lo masih manusia, sableng deh. Dia lagi berduka, gue harus balikin senyum dia deh. Diapun merutuki kebodohannya sendiri.
"Nanti ke rumah aku yuk? Makan malem sama Mama sama Papa. Pasti mereka bahagia kamu dateng. Mau ya?" ajak Rio.
"G-gue kangen Ayah sama Mama, Rio." jawab Al sambil terisak.
"A-anu, maaf yaa. Aku bikin kamu sedih lagi. Udah ya?" Rio menghapus air mata Al dengan ibu jarinya.
Rio memeluk Al dengan penuh kehangatan. Al merasakan itu. Al sangat bersyukur masih banyak orang yang sayang padanya.
Al bersembunyi di tempat favoritnya. Dada bidang seorang kapten. Ia juga sangat senang apabila Rio membelai rambutnya lembut.
Terima kasih, Tuhan. Udah kirim malaikat buat gue.
"Yo, kalo gue ke LA, boleh?"
"Tinggal sama om kamu kan? Ya bolehlah, sayang. Aku masih gak ada hak sebelum kata sah diucapkan."
"Emmm, k-kamu beneran gak papa?"
"Ingat ya sayang, perbedaan tempat dan waktu tak bisa menyurutkan cinta di hatiku. Kenapa? Karena hati kita udah bersatu. Gak peduli dengan jauhnya jarak memisahkan."
Al tersenyum hangat. Ia merasa sangat bahagia. Semua orang mengerti akan keadaanya sekarang.
"Udah, sekarang fokus UN ya?"
"Siap kapten."
ɤ Magic of Love ɤ
Sepulang sekolah, empat serangkai itu sedang berjalan-jalan ke sebuah mall. Bukan tidak merasa sedih karena kehilangan. Namun, berusaha bangkit dan membuat bangga untuk orang yang sudah meninggalkannya.
"Kita ke toko buku, yuk." Al menunjuk sebuah toko buku di pojok ruangan.
"Okay."
Al menyinggahi deretan buku religi. Ia ingin menyejukkan kalbunya. Ia ingin membahagiakan dan mendoakan orang tuanya. Mengingat nasihat Mama untuk mendoakannya.
"Birrul Walidain untuk orang tua yang sudah menghadap Rabb. Cocok sekali." tak terasa cairan bening itu jatuh di atas buku itu.
Naufal, Rio, dan Reina melihatnya. Mereka mengira Al menemukan buku tentang orang tua. Mereka juga mengeluarkan sorot mata penuh kesedihan.
"Kasihan Al ya." ucap Rio dengan kesadaran penuh.
"Lo sakit ya? Kok peduli gitu sama, Al. Pencitraan saja ya?" Naufal memeriksa suhu badan Rio.
Reina bingung atas pernyataan Al. Rio adalah pacar Al. Wajarkan kalau dia peduli pada kekasihnya.
"Fal, bukan lo yang sakit?" ucap Reina.
Bodoh, Fal! Ada Reina! Rutuk Naufal.
Tunggu rencana gue selanjutnya, Fal!
*****
Assalamualaikum
Azizah update nih. Ada yang nunggu in gak? Berharap banget, hehehe.
Oh iya, aku mau umumin mulai minggu depan aku updatenya seminggu sekali ya. Aku update hari Sabtu atau Minggu. Karena apa? Karena liburan telah meninggalkanku :""""". (Curhat mode on.)
Sebagai seorang pelajar yang sadar akan kewajiban utamanya, aku mau fokus belajar. Jadi, nulis kalo lagi libur.
Semoga ada yang kecewa yaa :v, nguareppp banget nih.
Udahan deh, Babay Babay
Wassalamu'alaikum
Salam Lope Lope
Azizah
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic of Love
Novela JuvenilCinta itu bagaikan mantra. Mantra yang mampu mengubah segalanya. Hati, sikap, pemikiran, serta emosi seseorang. Cinta itu mampu mengubah hidup. Entah baik ataupun buruk. Karena cinta itu mampu mengendalikan hati serta motorik. Cinta tak bisa dicampu...