Jangan Pergi

21 6 0
                                    

Hy

Vote dan komen ne

No sider ne

Folow aja
Ntar w folback langsung

Don't unfolow

Typo

Happy Read:')

Author Pov

Mata jimin masih tertutup dengan sempurna, alat alat rumah sakit masih melekat ditubuhnya.

Tidak ada pergerakan penanda akan sadar sama sekali dari jimin.
Yang ada hanya deru nafas dan detak jantung yang masih bertahan.

Disampingnya seorang perempuan dengan senantiasa selalu menemaninya, tangannya menggengam tangan jimin yang dingin dengan erat.

Benar, chae tidak pulang dia tetap berada diruangan jimin dengan Setia menggenggam tangan jimin dengan erat.
Sejak kemarin tidak ada sebutir nasi ataupun setes air yang masuk kerongkongannya.
Author Pov End

Chae Pov

Mataku memerjap ketika terbangun dari tidurku.
Mataku memandang keseluruh isi ruang inap jimin.
Hanya ada aku dan jimin yang masih terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit.

Jungkook sudah pulang, dia bilang dia harus mengikuti pelatihan lagi.
Tanganku bergerak mengelus surai hitam jimin dengan lembut.

Tes....

Air mata itu kembali menetes dengan mudahnya.
"Jimin ssi"bibirku bergetar ketika menyebut nama jimin.
Tanganku mempererat genggaman pada tangan jimin.

Klek....

Seseorang membuka pintu rumah sakit, kepalaku menoleh kebelakang dan ternyata itu adalah seorang wanita tua seumuran dengan eommaku.
"Jiminnie"dia berlari menghampiri jimin sembari terisak.
"Nugu juseyo? "Aku menatap wanita itu dengan bingung
"Ah aku eomma angkat jimin sekaligus bibinya.... Terima kasih ya sudah mau membantu jimin"wanita tua itu tersenyum ramah kearahku.

Aku hanya mengangguk pelan sembari menyeka air mataku.
Seharusnya akulah yang berterima kasih, jimin sudah menyelamatkanku.
Mataku dengan sayu menatap wajah jimin yang suram.
Senyum manisnya, kedipan genitnya sekarang hanya tersisa pejaman mata yang tak bergeming sedikitpun.

"Kau siapa? "Wanita itu menatapku
"Ah aku chae, teman sekelas jimin"ucapku sembari tersenyum kaku
"Ouh... Kenapa kau tidak pulang? Bukankah kau harus sekolah..? "Wanita tua itu menyergitkan keningnya.
"Tidak, ahjumma bolehkah aku menemani jimin disini? "Tanyaku ragu
"Tentu saja, tapi bagaimana dengan sekolahmu?.... "Wanita tua itu membuka tasnya
"Itu mudah"jawabku singkat.

"Apa kau sudah makan? Ouh iya eomma baru ingat kalau jimin memiki kekasih.... Kau pasti chae kekasih jimin bukan? "Wanita tua itu tersenyum kearahku.
"Ne ahjumma"aku membungkuk kecil.
"Panggil saja eomma, ahjumma terlalu asing.... Makan lah, kau kelihatannya belum makan"wanita itu menjulurkan sebungkus roti kearahku.
"Gomawo"aku mengambil roti itu sembari tersenyum.

Perlahan aku mulai memakan roti itu dengan santai, sebenarnya aku sangat lapar namun aku mencoba untuk menjaga sikapku didepan eomma angkat jimin ini.
"Kau tahu ini adalah roti kesukaan jimin, dia selalu meminta eomma untuk membuatkannya ketika sarapan"wanita itu menunjukan beberapa bungkus roti dalam tasnya.
"Ah benarkah? Sepertinya jimin dan eomma sangat dekat"ucapku  seraya menaruh rotiku diatas meja.

"Iya, eomma kandung jimin meninggal ketika dia berumur 8 tahun, sejak itu jimin menjadi anak yang pemurung dan penyendiri, dia tidak pernah memiliki teman. Begitu juga dengan ayahnya yang terlalu sibuk bekerja jadi tidak ada yang dekat dengan jimin. Dia selalu mengurung diri dikamarnya sembari memegangi bingkai poto eommanya. Eomma merasa iba melihat keadaan jimin jadi eomma merawat jimin hingga besar. "Wanita tua itu mengelus surai hitam jimin dengan lembut.

A Love Triangle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang