PART I B

2.1K 61 10
                                    

Cemburu itu sulit dijelaskan.
Namun mudah dirasakan.


"Ea dah ea like like anda" Dhea memilih tidak menggubris perkataan Rizka, "Kay, Hoki napa?"

"Dia marah lagi sama gue" Inka masih sibuk mengelap air mata dan ingusnya, "Gara-gara gue chatan sama Ikbal"

"Ikbal?" Rizka membenarkan duduknya dan berhadapan dengan Inka, "Ya jelaslah dia marah lo chatan sama mantan lo"

"Dih jadi cowok lebay amat"

"Eh kubil binti bodat!" Rizka melempar pulpennya ke muka Dhea, " Rey kalo tau lo chatan sama mantan lo juga bakal marah"

"Gue gak punya mantan" Jawab Dhea bangga.

"Ya lo chatan sama siapa keg" Rizka mengambil pulpennya, "Kalo Rey gak cemburu berarti dia gak sayang"

Deg!!

Rey? Apa pernah Rey Cemburu? Apa pernah Rey marah? Tidak! Rey tidak pernah marah sedetikpun untuk alasan apapun termasuk "Cemburu"

"Lo kenapa?" Wulan menyenggol tangan Dhea.

"Rey" Dhea menghentikan catatannya, "Dia gak pernah marah sama gue. Apa dia gak cinta sama gue?"

Rizka tertawa sampai terjungkal kebelakang.

"Rey?" Rizka masih tertawa kencang, "Wah dey. Jangan-jangan"

"Pletakk!!" Wulan melempar buku tepat ke muka Rizka.

"Jangan dengerin Si Iblis Jomblo itu dey. Rey sayang kok sama lu"

Dhea tersenyum canggung.

Setelah sekian sekian sekian lamanya :v membicarakan hal unfaedah mulai dari curhat, gosip, bercanda, bahkan menangis berjamaah.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan. Dan mereka itu anak baik-baik loh (?). Pulang jam segitu aja jantung nya langsung dag dig dug serrr~

"Gue duluan ya" Dhea bangkit dari duduknya, "Rey udah di depan"

"Anjir On Time banget tuh cowok" Rizka membelalakan matanya.

"Bhay! Jangan rindu ya, Berat. Lo gak bakal kuat apalagi sambil gendong gue" Dhea terkekeh lalu berlari ke arah pintu.

"Magerin banget kangenin lo mending kangenin Rizky" Ujar Rizka sambil memperhatikan Smartphonenya.

"Udah selesai Kerpoknya?" Rey memberikan helmnya, "Pakai jaket aku, angin malam gak bagus"

"Makasih Rey" Dhea mengambil jaket Rey, "Rey kamu masih ingat Rifky?"

Mendengar kata Rifky rahang Rey langsung mengeras namun dia paksakan untuk tersenyum, "Masih kok. Kenapa?"

"Besok dia ajak aku main"

"Ohh"

"Hanya oh?" Dhea terlihat kecewa mendengarnya, "Kamu gak kesel atau apa gitu? Aku bahas lelaki lain"

"Udah malam" Rey menyalakan mesin motornya, "Cepet naik"

"Kenapa sih? Susah banget ya bilang Cemburu? Atau emang gak sayang?"

Dhea menyerah dan naik ke jok penumpang.

Selama perjalanan tidak ada yang mulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Makasih!" Dhea memberikan helm secara kasar, "Besok Rifky mau jemput aku katanya"

"Oke" Rey memakai jaketnya kembali setelah diberikan oleh Dhea, "Berarti aku gak usah jemput kamu besok"

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang