PART 18

812 44 4
                                    

Haii!! Apa kabar? Maaf aku baru publish hm:(

Lagi sibuk nih hm:( maklum kelas 12 hehe.

Kalian ada yang kelas 12 juga?

Gimana Simulasi Kemarin? Btw jangan tanya nilai aku because sudah pasti anjlok wk :")

Happy Reading Guysss









Jangan pergi, itu sakit.


Rey menutup pintu dengan hati-hati lalu berjalan mendekat ke arah ranjang rumah sakit.

Matanya menatap sayu ke arah wanita yang sedang terlelap di atas ranjang.

Rasa bersalah masih memenuhi otaknya. Terlebih lagi saat melihat wajah wanitanya terhias oleh luka dan memar.

Bibir atas Rey sedikit terangkat saat melihat Dhea mengerjapkan matanya.

"Bih" Dhea tersenyum dengan bibir pucatnya.

Rey duduk di kursi sebelah Dhea terbaring lalu menggenggam tangannya.

"Ada yang sakit?" Tanya Rey dan dijawab dengan gelengan.

"Aku mau pulang"

"Jangan dulu bih"

"Aku gak papa Rey"

"Jangan buat aku khawatir Ndey"

"Aku gak betah disini!" Dhea bicara lebih keras dari sebelumnya.

"Jangan keras kepala" Ucap Rey datar.

Entah kenapa bibir Dhea langsung bungkam.

Ia takut melihat raut wajah Rey seperti itu.

"Kamu mau makan apa?" Suara Rey kembali terdengar lembut.

"Aku gak mau makan. Gak napsu"

Rey menghela napas, "Harus banget aku paksa dulu?"

Dhea menggeleng, "Mulut aku pahit Rey. Aku gak mau makan. Kamu tuh gada ngertinya"

Rey mengangguk, "Oke. Jangan salahin aku kalo kamu lama di rumah sakit"

"Ishh" Dhea mengalihkan pandangannya, "Yaudah aku mau Ice Cream"

"Makan Ndey bukannya minum!!" Rey kehabisan kesabarannya.

"Ice cream kan nggak diminum Rey!" Bantah Dhea.

"Ice cream juga bukan makanan"

"Ishh" Dhea mendengus kesal.

Tangan Rey terangkat, mengacak-acak rambut Dhea.

"Kalo kamu sembuh nanti aku beliin Ice Cream sama pabriknya!"

Dhea tersenyum hambar, "Beneran?"

"Pernah gak aku bohong?"

"Gak pernah sih seingat aku"

"Dey!!" Akbar berlari menghampiri Dhea.

"Lo kenapa?" Tanyanya dengan raut wajah panik, "Kenapa muka lo pada bengep gini?"

"Lo?" Akbar menunjuk wajah Rey, "Banci banget lo! Jagain Dhea aja ga bisa!!"

"Bar" Dhea menarik bahu Akbar saat tau pergerakan ingin menonjok, "Bukan salah Rey"

"Terus dey terus!! Belain terus!!!"

"Emang bener bukan salah Rey, Akbar!!"

"Keluar lo" Ucap Akbar dengan nada datar, "Gue kecewa sama lo"

"Bar" Rey memegang bahu Akbar, "Gue mau ngomong sama lo bentar"

Tanpa menjawab perkataan Rey, Akbar berjalan ke arah pintu.

"Rey"

Rey mengelus rambut Dhea, "Ga papa dey, kalau nanti aku ga kesini. Kamu ga usah khawatir. Kamu harus sembuh, janji"

"Rey" Aliran bening terjun bebas ke pipi Dhea.

"Jangan lupa makan. Jangan sampai Akbar maksa kamu"

"Woy! Katanya mau ngomong!!" Akbar yang sedari tadi jengah melihat adegan dramatis itu langsung menghentikannya.

Rey tersenyum ke arah Dhea lalu berbalik ke arah pintu. Menyusul Akbar yang kini sudah berada di depan ruangan.

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang