PART 17 C

897 39 0
                                    

"Bangsat!!" Tangannya mengepal menahan emosi, "Gue bakal bales liat aja"

Rey merogoh saku celananya, mengambil benda pipih berlogo apel digigit.

WhatsApp
Bosen Ganteng

Rey
Cari Rere nd tmn"nya

Yoga
Napa lo? Mo selingkuh?

Andrean
Weleh weleh gaia mu
Gua aja satu cwe ga dpt"

Rey
Udh bawa aja mereka
Ke basecamp tar jga
Lo semua tau

Yoga
Oke-oke

Rey menaruh benda pipih itu di sebelahnya mengabaikan dering yang terus-terusan terdengar.

Ting!!!

Dering itu bukan menandakan bunyi grub WhatsApp namun dering chat.

Rey mengambil handphone dan membuka kunci layar utama.

Bagas

P
P
P
Rey?

Ha?

Gw tau knpa lo nyari
Rere sma temen*nya

Lo tau mereka dimana?

Tau
Gw lagi sma Sindi

Sindi?

Hm

Mengetik...

Dia cwe gw

Brti lo musuh gue

Rey, gw ga tau kejadian aslinya

Lo dmna?

Nanti gw bawa dia
Ke basecamp kan?

Ya

Suruh Sindi bawa tmn"nya

Oke rey

Read...

"Mati lo!" Tangan Rey mengepal setelah memasukkan kembali smartphonenya lalu berlari di koridor Rumah Sakit.

Bremm bremmm

Rey melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

"Sin?" Bagas menenangkan Sindi yang menangis disebelahnya.

"Gas, aku nyesel sumpah"

"Gue bakal bantu lo.... kalau bisa"

Sindi mengangguk, dia tau seorang Rey kalau marah seperti apa.

"Tapi Sin, hubungan kita cukup sampai disini"

Sindi membelalakan matanya, menatap Bagas dan tak lama kemudian aliran bening menetes dari matanya.

"Gas, aku beneran nyesel! Aku janji akan minta maaf dan gak ngulangin lagi. Aku janji"

"Gak bisa Sin" Tolak Bagas.

"Kamu lebih milih Rey dibanding aku?"

Bagas mengangguk, "Persahabatan gue lebih berharga"

Sindi menghela napas panjang, "Gas, Please.."

Bagas menangkup tangan Sindi, "Jangan ulangin kejadian ini entah ke Dhea atau Orang lain, gue gak mau lo kena masalah nantinya. Maaf gue gak bisa nerusin hubungan kita"

"Tapi kita masih bisa temenan kan?"

Bagas kembali menghadap ke depan, melihat jalanan dihadapannya, "Liat aja nanti"

Sindi kembali menangis, dia sangat bodoh. Tapi ada sedikit rasa senang dihatinya karena bisa menghabisi Dhea, dengan tangannya.

"Ikut gue dan ajak teman-teman lo" Bagas beranjak pergi sambil menggenggam tangan Sindi, takut kalau wanita itu berlari menghindar.

"Ke kemana?" Jawabnya terbata.

"Kita hidup di negara hukum"

"Gas" Sindi mencoba melepas tangannya.

"Kenapa?" Bagas menghentikan langkahnya, "Kalo lo takut jangan sok berani"

Bagas melanjutkan langkahnya, "Ajak teman-teman lo kalo lo gak mau mati sendirian"

Sindi menggeleng, gak mungkin dia akan mati.

"Ajak kemana?" Tanya Sindi.

"Komplek perumahan lo. Tapi Blok H"

Sindi mengirim VN di grub yang ia buat dengan teman-temannya.

"Lo ke sini. Kita rayakan kemenangan"

Setelah sukses terkirim, Sindi langsung memberikan lokasi tempat yang diberi tau Bagas.

***

Rey segera turun dari motornya setelah sampai ditempat tujuannya.

"Rey!!" Fathur teriak ke arah Rey yang baru saja memarkirkan motornya, membuat semua yang ada disana menoleh ke arahnya.

"Ada masalah apasih?" Tanya Fathur setelah Rey duduk di sampingnya.

"Nanti juga tau ya Rey?" Abay bertanya seolah memberi tau ke Fathur "Jangan tanya dia lagi emosi"

Fathur mengangguk mengerti dengan tatapan Abay.

"Lama jing!!" Rey berdiri sambil mengepalkan tangannya.

"Selo. Bagas pasti datang" Yoga berusaha menenangkan.

"Awas aja kalo tuh anak palkor!!"

"Duduk dulu tenangin diri lo" Fathur menepuk pundak Rey.

"Dhea digituin!! Gimana bisa gue tenang, begok!!"

"Iya gue tau" Fathur bicara setenang mungkin, "Tapi kan udah terjadi Rey, mau diapain lagi? Lo malah ngerugiin diri lo sendiri kalo begini, dan buat Dhea sedih nantinya karena tau pacarnya seorang pendendam"

Setelah mendengar kalimat terakhir, Rey kembali duduk.

"Bener juga. Ndey paling benci kalau liat gue gak bisa ngontrol emosi"

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang