PART VII

1.1K 53 2
                                    

Lika-liku kisah kita
Sama seperti setiap sudut jalan
Yang kita lewati bersama.

Drtttdrtttdrttttt

Handphone Dhea tiba-tiba berdering dari dalam tas Slingbagnya.

"Ken?" Ujarnya lalu menggeser tombol berwarna Hijau.

"Siap-" Mulut Rey langsung tertutup oleh tangan mungil Dhea.

"Hallo ken?"

"Ndey hiks"

"Lo mau cerita? Silahkan gue dengerin kok"

"Lo bisa ke rumah gue? Gue butuh lo"

Dhea menatap ke arah Rey yang sedari tadi memperhatikannya, "Ken suruh aku temuin dia di rumahnya"

"Terserah kamu" Rey bicara pelan sambil mengacak-acak puncak kepala Dhea.

"Oke gue kesitu"

"Makasih dey. Maaf ganggu"

"Gak kok. Gue tutup ya?"

"Iya"

"Anterin aku" Dhea menatap manik mata Rey.

Rey langsung beranjak dari duduknya, "Entar gue kesini lagi breh!"

Mentemen Rey mengangguk mengerti.

"Kamu gak bawa Helm?" Dhea bertanya saat Rey sudah siap di atas motor kawasaki merahnya.

"Nggak. Niat aku kan tadinya cuma main ke rumah kamu" Rey menatap Dhea yang masih berdiri di sebelahnya, "Emang tadi waktu kita mau kesini kamu gak sadar?"

Dhea naik ke atas jok penumpang, "Tadi aku terlalu kesel sama Kak Dhio makanya gak perhatiin kalo kita gak pake Helm"

Rey manggut-manggut sambil menghidupkan mesin motornya.

"Emang gak ada polisi?"

"Kita lewat dalem"

"Kamu tau rumah Ken?"

"Nggak"

"Ih Rey!!" Dhea memukuli punggung Rey bertubi-tubi, "Terus gimana?"

"Liat lokasinya pake WhatsApp"

"Oiya" Dhea menscrool layar Handphonenya dan membuka aplikasi WhatsApp.

Kemajuan teknologi semakin pesat di tambah sosial media yang begitu mudah dan membantu Masyarakat.

"Di depan sana belok kanan terus pas ketemu pertigaan lurus aja jangan belok, ada Bakso Kolor Ijo belok kanan, Muter balik ke arah kiri, Belok kanan masuk Perumahan Green Citra, Rumahnya nomor 32B blok D" Dhea menjelaskannya dibalas anggukan oleh Rey.

Rey melajukan mesin motornya sambil menghafalkan penjelasan Dhea.

Sedangkan Dhea masih fokus ke arah Handphonenya yang ia genggam di tangan kanan karena takut Rey lupa dan akhirnya nyasar.

Tangan kirinya masuk ke saku jaket Jens Rey yang berada di samping pahanya.

"Rey!! Belok kanan!"

"Lah bukannya lurus ya?"

"Lurus sekali doang Rey! Pas dipertigaan tadi"

"Oiya" Rey menghidupkan lampu sennya perlahan ia memutarkan setir motornya saat melihat situasi aman untuk berputar balik.

"Kamu cari Blok D ya. Aku fokus nyetir" Ujar Rey saat mereka sudah masuk ke dalam perumahan.

"Blok A, Blok C, Blok E lah lah Blok D nya mana?" Dhea mengedarkan pandanggannya, "Oh disebrang sana! Di depan situ muter balik ya"

Rey menjawab nya dengan anggukan.

"Maaf mas ingin bertemu siapa?" Satpan di depan Blok D keluar dari pos nya.

"Kita mau ke rumah Ken" Dhea menjawab sambil tersenyum manis, "Cannon Arsyela"

Satpam itu ber-oh ria lalu menunjukkan arah, "Gang kedua belok kiri, Nomor 32B"

"Terima kasih" Dhea menjawabnya tak lupa dengan senyum manisnya.

"Sama-sama neng" Satpam itu tersenyum sebelum kembali masuk ke dalam pos.

"Tungguin sampe Ken keluar baru kamu pulang" Pinta Dhea saat dirinya berdiri di depan gerbang perumahan yang cukup Elite.

"Permisi" Ucap Rey setelah turun dari motornya.

Tak lama kemudian keluar seorang wanita paruh baya, "Temannya Non Ken atau Den Reno?"

"Temannya Ken" Jawab Dhea cepat, Wanita itu membukakan gerbang.

"Reno?" Rey mengingat-ngingat sesuatu, "Ndey" Lanjutnya menggenggam tangan Dhea yang ingin masuk ke rumah itu.

Dhea berbalik dan menatap Rey, "Kenapa?"

Rey menggeleng lalu tersenyum, "Kalo ada apa-apa langsung kabarin aku"

"Oke" Dhea masuk ke dalam halaman rumah Ken setelah Rey melepas genggamnya.

Dhea berbalik saat sudah sampai di depan pintu rumah dan memberi senyuman sebagai kode bahwa Rey boleh pergi sekarang.

Rey membalikkan tubuhnya dan berjalan ke motor kawasaki merahnya.






Jangan bosen-bosen
Apalagi ninggalin pas lagi sayang-sayangnya asw ',

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang