PART 17

904 39 2
                                    

Biar aku aja yang sakit
Kamu jangan.

"Rey sekarang kita kemana?"
Tanya Dhea setelah mereka menghabiskan makanannya.

"Jalanin aja dulu"

"Hah?"

"Kita jalan aja dulu siapa tau dapet tujuan"

"Oke" Dhea bangkit dari duduknya.

"Kuy" Rey menggenggam tangan Dhea lalu mereka jalan beriringan.

"Rey!!"

Keduanya berhenti melangkah.

Bukan! Itu bukan suara Ayah.

Bughh

"Rey!!"

Dhea terkejut saat Rey tersungkur di jalanan karena seseorang menendangnya dari belakang.

Dia juga bukan Akbar, lalu siapa? Dhea tidak mengenalnya.

"Wih wihh" Orang itu bertepuk tangan, "Cewek lo? Cakep juga"

"Bitch!" Rey bangkit lalu menarik Dhea agar bersembunyi dibelakangnya.

"Kok disembunyiin? Gue naksir nih sama Cewek lo. Manis"

"Lo" Rey berjalan mendekat, "Jangan sentuh dia sedikitpun!"

"Suka-suka gue dong"

"Nyari mati lo?!"

Bughh

Rey menonjok perut orang itu, "Ndey kamu lari!"

"Nggak!!" Tolak Dhea.

"Lari dey! Nanti aku susul"

Dhea perlahan mundur sambil menatap Rey yang sedang berkelahi.

Tak lama gerombolan motor datang memutari Rey.

"Mereka keroyokan?" Dhea panik, "Gue harus apa?"

"Woy kejar tuh cewek!!"

"What?" Dhea langsung berlari tak tentu arah saat dua lelaki mengejarnya.

"Ya Allah tolong aku sama Rey"

Dhea melihat warung kopi, Dia berlari lebih kencang ke tempat itu.

"Pak tolongg!!" Teriaknya.

"Kenapa neng?"

"Pacar saya dikeroyok disana" Dhea menunjukkan arah tak lama dari itu air matanya terjun bebas.

Kelima bapak-bapak yang ada disana langsung lari.

Dhea terduduk. Tubuhnya sangat lemas.

"Rey lagi sakit" Dhea menyeka air matanya, "Aku harap kamu gak papa"

Dia tidak menemui Rey bukan karena ia takut tapi dia tidak kuat kalau harus melihat Rey babak belur.

"Dhea?"

Dhea menengadahkan wajahnya, "Sindi?"

"Lo jadi gembel?"

"Gue lagi gak mau ribut" Dhea menunduk sambil menyeka air matanya yang terus terjatuh.

Sindi ini teman Dance nya Dhea. Buat kalian yang kurang paham baca Part 1 ini adalah alasan kenapa Dhea selalu pulang awal saat Dance.

Karena semua teman Dancenya adalah musuhnya.

"Wow" Sindi teriak histeris, "Jangan-jangan lo diputusin Rey? Ya ampun gak nyangka gue"

Dhea masih terdiam. Sekarang dipikirannya hanya Rey saja. Gimana keadaannya?

"Gaess lo ke warung kopi dekat rumah gue" Sindi bicara dengan Handphonenya.

"Rey lama banget sih? Dia gak papa kan?" Ucapnya dalam hati.

"Ekhem" Sindi jongkok disebelah Dhea, "Lo gak jijik duduk di tanah gitu? Dan lo masih pake seragam sekolah? Nakal ya lo ternyata"

Dhea masih bungkam.

Bodo amat. Pikirnya.

"Nah akhirnya lo semua datang juga"

Dhea melihat ke arah depan, teman-teman Sindi berjalan ke arahnya.

Dan

What?

Intan dan kawan-kawan juga ada?

Jantung Dhea merasa berpicu lebih cepat sekarang.

"Ikut gue!!" Sindi menarik Dhea ke sebelah warung kopi.

Ini di sebuah kompleks perumahan jadi tempatnya sepi.
Seperti hati Author (:v)

Shhh

Dhea mendesah saat Sindi menarik dagunya dengan paksa.

"Lo gak ada takut-takutnya ya?"

Dhea menatap mereka semua dengan tatapan yang berbeda-beda namun satu makna. Ingin menerkam.

"Plakk!!"

"Tangan gue udah gatel pen nampar lo!!" Ucap Intan.

"Awww" Dhea meringis.

"Tangan gue udah gatel pen jenggut rambut lo!!" Kini giliran Nita.

Saat ini dia tidak ingin melawan.

Inikah yang sedang Rey rasakan? Kalau iya, Dhea siap merasakan hal yang sama dengan Rey.

"Gue udah gatel pen cakar komok lo!!"

"Arghh"

Air mata Dhea langsung terjatuh saat merasakan perih di kulit wajahnya.

Kuku Sindi menancap jelas di pipinya.

Bughh

Siapa itu?

Rere? Dia yang menendang perut Dhea.

"Bukannya gue udah peringatin lo buat jauhin Rey tapi lo malah nantangin kita semuanya" Ucap Rere.

Plakkk

Bughhh

Dhea tersungkur di rerumputan. Tubuhnya tak kuat lagi menahan kekerasan bertubi-tubi.

"Rey" Dhea terbatuk mengeluarkan darah segar dibibirnya, "Aku harap kamu gak kayak aku"

Bughh

Bughh

"Ngomong apa lo hah! Ngeledek kita?!!"






Seyuu next part❤
Nur fadiah

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang