PART 21B

1.9K 49 17
                                    

Sudah hampir satu jam Wulan berdiri di depan pintu utama Rumah Sakit, sedari tadi dia sibuk mengotak atik Smartphonenya.

Entah karena apa aplikasi Grab di Handphonenya tiba-tiba eror.

"Wulan?"

Kepalanya terangkat melihat sosok yang memanggil namanya.

"Andre?"

"Lo ngapain jam segini sendirian dimari?"

"Gue abis jenguk Dhea tadi sama Rizka sama Inka. Tapi mereka udah pulang duluan"

"Lah sama. Gue juga abis jenguk Dhea. Oh ya udah lo bareng gue aja baliknya"

"Daripada sendirian di sini sampe pagi" Lanjut Andre sebelum Wulan menjawab tawarannya.

"Ya udah deh" Wulan menerima pemberian helm Andre lalu duduk di belakang Andre.

"Udah?"

"Udah"

"Ya udah turun"

Tidak sampai 1 menit Wulan sudah turun mengikuti perintah Andre.

Andre mengerjapkan matanya lalu menahan tangan Wulan yang ingin melepas helm nya.

"Lo beneran turun?"

"Lah kan lo yang suruh"

Andre tertawa ngakak, "Polos banget lo anjir. Gc naik lagi, tadi gue bercanda doang"

Rasanya Wulan ingin merutuki dirinya sendiri, kenapa dia sebodoh ini ya Tuhan.

"Udah?" Tanya Andre yang masih menahan tawanya.

"Udah Ndre"

"Oke pegangan!" Andre melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Jantung Wulan terasa berdebar sangat kencang. Mungkin kalau dia tidak memakai helm suara detak jantungnya kedengaran.

Rasa gugub bercampur rasa ketakutan. Tangannya menggenggam sweter Andre sangat kencang. Jujur dia sangat takut dengan kecepatan secepat ini.

"Santai aja sama babang rosi mah santaii" Ucap Andre sambil memainkan gas di motor nya.

Wulan menutup matanya. Menahan rasa takut di sekujur tubuhnya.

Kalau tau akan mengancam nyawanya seperti ini, ia lebih baik menunggu di depan Rumah Sakit sampai pagi.

Sungguh. Wulan kapok.

***

"Bih?" Dhea mencoel-coel pipi Rey yang masih sibuk dengan Smartphone nya.

Setelah sepulang teman-temannya dan teman-teman Rey menjenguknya, Rey kembali melanjutkan game di smartphone nya.

"Hm" Jawaban Rey membuat Dhea kehilangan kesabarannya.

Dhea berbalik badan membelakangi Rey lalu menarik selimutnya sampai kepala.

Matanya terbuka saat merasa selimutnya sudah tidak di kepalanya lagi.

"Ngambek?" Tanya Rey.

Dhea kembali menutup matanya.

Rey mengecup pipi kekasihnya, "Udah malem. Kamu tidur ya"

Setelah itu, Rey mengelus rambut Dhea lalu merapihkan selimutnya agar menutupi tubuh Dhea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang