PART 17 D

998 42 11
                                    

Rey dan teman-temannya langsung berdiri saat melihat Bagas datang dengan wanita berjumlah delapan orang.

Bagas menyuruh mereka masuk ke dalam ruang TV, tempat Rey berada.

"Tutup pintu"

Bagas segera mengunci pintu rumah setelah mendengar penuturan Rey.

Rey melangkah mendekati wanita yang menunduk. Mereka berjejer seperti sedang berbaris.

"Siapa yang suruh?" Rey bertanya sangat datar sedatar tatapannya saat ini.

Tidak ada yang menjawab, mereka masih menunduk.

"Ini cewek lo?" Tanya Rey dan dijawab gelengan oleh Bagas.

"Udah mantan" Jawabnya.

Rey kembali menatap jejeran para wanita yang masih setia menunduk.

"Yang mulai pertama siapa?" Tanyanya masih dengan suara datar.

"Sindi" Jawab salah satu wanita disana.

Siempunya namapun mengangkat wajahnya ke sumber suara, "Kok gue?"

"Emang lo yang nyuruh kita!"

"Heh!" Sindi menunjuk wajah Karin, "Suruh siapa lo mau hah?!"

"Lo maksa kita!!" Timpal Sintia.

"Gue gak maksa kalian?!!!"

"Lo iri sama Dhea makanya lo hasut kita buat benci dia!" Ini adalah jawaban Amel.

"Lo gak mikir hah? Lo juga iri sama dia? Bahkan lo pernah jadiin Rey sebagai pacar lo saat dia amnesia?!"

"Tapi gue udah lupain itu!! Dan tiba-tiba lo hasut gue lagi!" Balas Amel tak mau kalah.

Plakkk!!

Rey menampar pipi Sindi.

"Udah ngebacot nya?"

Rey menatap mereka seakan singa yang sedang melihat santapannya.

"Argghh" Erang Felli sambil memegang rambutnya.

"Tadi lo jenggut rambut Dhea kan? Dan ini balasannya dari gue" Ujar Rey.

Bughh

Rey menendang Amel sampai dia tersungkur di lantai.

"Itu buat lo yang tadi nendang dia"

Kelima wanita yang masih diam di posisinya kini sudah menangis meminta ampun.

Ck, Rey menatap mereka satu-persatu.

"Lo semua mau gue apain?"

"Maaf Rey" Rere merapatkan kedua tangannya, memohon.

Rey tersenyum miring lalu menarik rambut Rere, "Gue gak mandang cewek atau cowok!!! Berani-beraninya lo nyakitin dia di saat gue lagi berusaha ngebahagiain dia, hah?!!"

Rere meringis kesakitan, "Sakit Rey.. hikss.. hikss"

"Apa lo tadi ngerasain sakitnya Dhea , hah?!!" Rey mengencangkan cengkeraman nya lalu melepasnya dengan kasar.

Rey menarik kerah baju Sindi, "Liat Bagas!"

Sindi menatap Bagas dengan air mata yang terus mengucur.

"Nyawa lo ada di tangan dia"

Bagas menoleh ke Rey mendengar ucapannya.

"Kalo Bagas nolongin lo, gue bakal lepas lo"

Bagas menggeleng, dia sudah tau jawabannya.

Kalau dia menolong Sindi, sudah pasti Rey menganggapnya musuh.

Jelas Bagas tidak mau.

"Gue gak peduli sama dia Rey" Bagas melangkah ke arah teman-temannya yang kini sudah duduk di depan televisi.

"Okelah"

Bughh

Bughhh

Rey sangat kejam? Ya!
Dia kejam untuk orang-orang yang kejam terutama saat menyangkut orang yang dia sayang.

Pikirannya sedang kacau saat ini. Emosinya meluap melihat keadaan Dhea yang mengkhawatirkan.

Dendam memenuhi otaknya.

Drrttdrtttdrrtttt

Ck, Rey mengambil Smartphone nya yang bergetar di saku celana.

Alisnya menaut menatap nama si penelfon.

Dengan cepat ia menggeser warna hijau sebagai jawaban.

"Hallo rey?"

"Iya dok, ada apa?"

"Dhea sudah siuman. Dia meminta kamu kesini"

"Oke dok, saya kesana"

Setelah memasukkan handphone nya ke dalam saku, Rey langsung berlari ke luar tanpa mengerluarkan sepatah katapun.

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang