PART 18 B

851 38 3
                                    

Jika memang takdir berkata dia harus pergi,
Mau di tahan bagaimanapun akan tetap pergi.


"Mau ngomong apa lo?" Tanya Akbar langsung ke intinya.

"Gue bener-bener minta maaf sama lo, udah ngecewain lo buat kesekian kalinya. Gue.."

"Langsung intinya aja"

"Gini bar, gue juga gada niatan sama sekali buat bikin dhea kayak gitu. Gue udah ngelakuin yang terbaik, yang gue bisa. Gue sadar, cuma lo yang bisa jagain dia. Gue minta maaf kalau udah buat dhea masuk ke hidup gue. Gue sayang dia, bar"

"Terus mau lo apa?"

"Gue ga mungkin ngelangjar janji gue. Makasih lo udah ngasih kesempatan ke dua buat gue jagain dia dan... sekarang kesempatan gue udah abis. Jadi, gue sadar apa yang harus gue lakuin"

"Bagus lah"

Rey menepuk bahu Akbar, "Gue pergi, bar. Jangan lupa buat dhea selalu tersenyum"

"Tanpa lo suruh gue udah tau"

"Gue tau lo dikasih amanah besar buat jagain dia. Jadi, gue yakin lo pasti bisa"

Rey berjalan meninggalkan Akbar yang masih menatap punggung Rey yang semakin menjauh.

"Rey!"

Rey menghentikan langkah kakinya.

"Gue mau dhea selalu bahagia. Dan bahagia dia itu sama lo, jadi gue harap lo jangan pergi"

Rey berbalik ke arah Akbar, menatap tak percaya.

"Jangan biarin sepupu kesayangan gue nangisin lo" Lanjut Akbar membuat seulas senyum terukir di bibir manis Eye.

Rey tersenyum, "Gue mau selesaikan masalah gue sebentar. Nanti gue kesini lagi"

"Oke. Semoga masalah lo cepet kelar"

"Thanks bar"

***

"Kaayy!!"

Inka menutup kupingnya dengan cepat , "Apasih lo ganggu putri lagi nyantai"

"Hilih" Wulan memutar bola matanya malas, "Putri pala lo botak!!"

"Lo kutil Onta kenapa sih selalu ganggu hidup seorang putri"

Wulan menjitak kepala Inka, "Makin hari Khayalan lo makin tinggi, Najis"

"Heh!" Inka membalas gatakan Wulan, "Lo ngiri sama gue? Kapan nganannya coba hah?!"

"Dih amit gue ngiri sama lo"

"Iya dah iya, lo doang emang yang top gue mah beng beng"

"UDAH WOY STOP!!!!" Suara Rizka kembali menggelegar di kamar Inka, "Lo mau ikut kita ke rumah sakit ga?"

Jika membelalakan matanya, "Ngapain? Lo berdua ga berniat mutilasi gue kan?"

Terdengar helaan napas gusar dari Rizka dan Wulan.

"Temen lo nih?" Tanya Rizka pada Wulan sambil menunjuk wajah Inka.

"Bukan" Jawab Wulan enteng, "Barang lowak kayak gini mana level sama gue"

"Ashiyapppp" Inka terbangun lalu memakai hoddy yang tergantung di belakang pintu kamar, "Kalau lo berdua lagi butuh gue jangan anggap gue temen lo"

"Baperan lo markoneng!" Rizka melempar boneka Doraemon ke arah Inka.

"Udah yuk ah keburu macet nih jam pulang kerja" Wulan beranjak keluar kamar Inka.

"Gak usah dandan! Entar yang ada suster ngesot pada sawan liat lo" Rizka menepuk pundak Inka lalu berjalan menyusul Wulan.

"Dasar temen laknat!!"

***

Langkah Rey terhenti saat melihat bundanya duduk mematung di ruang keluarga.

Ia berjalan perlahan memasuki ruangan yang sudah lumayan lama tidak ia jumpai.

Rey terdiam melihat bundanya menatap lukisan keluarga dengan tatapan kosong.

"Bun" Ucapnya pelan dan hati-hati.

"Rey?" Agatha tersadar dari lamunannya lalu memeluk putranya.

"Kamu kemana saja, nak? Bunda khawatir" Ucap Agatha diselingi isakan kecil.

"Maaf Bun"

Agatha melepas pelukannya lalu menyuruh Rey duduk di sebelahnya.

Tangannya masih setia menggenggam tangan putranya yang sudah lama ia tidak melakukan hal seperti ini.

"Kamu salah paham Rey, Ayah berbicara seperti itu hanya untuk menenangkan kakak kamu"

"Kenapa harus bicara seperti itu, Bun? Emang ga ada hal lain?"

"Bukan seperti itu Rey. Kamu jarang di rumah. Bahkan kamu pulang ke rumah saat larut malam. Kamu ga tau masalah apa yang terjadi di keluarga kita akhir-akhir ini" Air mata Agatha kembali menetes.

"Maaf bun, Rey jengah di rumah. Bunda, Ayah sama Kak Rain juga jarang di rumah. Rey bosan kalau di rumah hanya ada Bu Em"

"Bunda ngerti, ini semua juga salah bunda sama ayah. Kamu sudah dewasa Rey, sudah bisa menentukan hidup dan isi hati kamu. Bunda harap kamu mengerti, dan memaafkan kami. Jangan pergi lagi nak. Kamu anak kandung kami berdua"

"Perkataan Ayah waktu itu buat Rey sakit hati"

"Iya bunda paham. Tapi semua itu hanya kesalahpahaman"

"Sekarang Ayah sama Kak Rain mana?"

"Mereka lagi keluar sebentar lagi juga pasti pulang"

"Oke deh" Rey terbangun dari duduknya.

"Kamu mau kemana? Nanti bisa makan malam bersama?"

Rey mengangguk, "Bisa kok, Rey cuma mau ke kamar"

"Oke deh. Nanti kalau Ayah sama Kak Rain sudah pulang bunda panggil kamu"

Rey mengangguk lalu melanjutkan langkahnya.

GeofreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang