17 b

5.9K 371 26
                                    

17 b

" Tiger memanggil rajawali tiger memanggil rajawali, siap diposisi ganti" suara bisikan bapak raja yang teredam oleh telapak tangannya yang ia pasang untuk menutupi keluarnya suara berlebih dari mulutnya yang tengah menelpon sang anak.

Ia yang kini tengah merapat pada tembok halaman belakang mencari posisi menelpon yang aman jauh dari jangkauan sang istri yang terlelap tidur saat ini, ketika waktu menunjukkan pukul tepat 10 malam. Mengendap endap seperti polisi hendak menggerebek para waria di taman.

" Pak,..."

" Astaghfirullah ... Raja hihh, Kamu mau bikin bapak jantungan iya?" Desis bapak raja memegangi dadanya yang berdenyut kencang, sambil mendelik kepada sang anak yang sempat mengagetkannya dengan menepuk pundaknya dari samping.

" Lagian bapak lebay, pake name code segala, tiger apa an..., Raja gatel nih digigitin nyamuk diluar, lama banget nina boboin si ibu". Gerutu raja mengusap usap lengannya yang gatal.

" Ya kan tahu sendiri ibu mu butuh di kelonin dulu kalo belum dilepasin sendiri itu artinya belom lelap tidurnya, ntar malah nyariin bapak kalau ditinggal". Ucap bapak raja mencari alasan.

" Eleh bilang aja bapak juga yang ga pengen dilepasin, tega bener deh semuanya sama raja, anaknya ngumpet di semak-semak kalian malah asik kelon". Dengus raja

" Ckk brisik.. masih untung bapak bantuin masuk rumah daripada bapak ikutan kubunya ibu.. udah mati kedinginan kamu dikasur sendiri".

" Iya iya, makasih ... Udah ah raja pengen liat bunga,.. udah tidur belum dia pak?" Raja melangkah melewati bapaknya menuju pintu masuk.

" Udah dari tadi isya". Raja menghentikan langkahnya saat mendengar jawaban bapaknya.

" Terus ini kalo ujung-ujungnya kudu nungguin ibu tidur, kenapa coba raja gak dibolehin lewat depan aja? Kenapa harus nungguin di halaman belakang ngumpet sampe dikeroyok nyamuk gini?" Raja memicingkan matanya menatap sang bapak yang masih dengan wajah santainya.

" Ya kan biar kelihatan usahanya sedikit, biar dramatis aja." Gubrak, raja memejamkan matanya menghirup udara lebih banyak untuk memenuhi rongga parunya.

" Gini amat punya orangtua" gumam raja mencoba sabar, lalu melangkah masuk diikuti bapak dibelakang nya.

"Makanya otak itu dipake, kan bisa manjat jendela masuk ke kamar kamu dari sore" gumam sang bapak.

Menghiraukan ucapan bapak nya, raja mendahului sang bapak menuju kamar tidurnya yang ada dilantai atas, ia berjingkat perlahan mencoba menyamarkan suara langkah kaki nya ditangga kayu itu, kamarnya dan kamar orangtuanya sama-sama dilantai atas satu disayap kiri satu disayap kanan saling berhadapan dan dipisahkan oleh balkon.

Menghembuskan nafas perlahan raja mencoba membuka handle pintu yang untungnya tak terkunci, mengintip ruangan gelap dengan minim cahaya itu, memperkirakan penghuni nya telah terlelap dialam mimpi.

Raja memasuki kamar nya, lampu temaram menyamarkan siluet tubuh penghuni didalamnya, meringkuk seperti bayi, betapa rindunya raja kepada wajah manis dihadapannya ini, ia berdiri cukup lama menuntaskan luapan rasa lega, syukur, rindu, jengkel, gemas, dan sesal yang telah menjadi satu.

Raja menunduk membelai surai hitam itu dengan halus, seringan bulu takut membangunkan sang putri, ia menurunkan tubuhnya berbaring menyamping menghadap bunga meneliti setiap lekuk wajah nya, menikmati rasa hangat dan lembut kulit bunga, sampai saat gerakan tangannya membangun kan tubuh itu.

Kelopak mata dengan iris coklat itu menatapnya sayu, butuh beberapa detik bagi raja untuk dapat menghembuskan nafas nya yang sempat tertahan, kala tubuh didepannya itu bukan nya menolak kehadiran nya dengan histeris melainkan sebuah sapaan sarat akan rindu.

BUNGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang