18

6.3K 428 35
                                    

18

"Dia bilang aku pelacur"

"Say what?"

***

Bunga memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam, di otaknya kembali merekam kejadian beberapa hari yang lalu ketika semua kekacauan ini berawal.

saat itu ia kembali ke ruangan raja untuk melanjutkan tidur siangnya seorang diri karena raja memang tak menyusulnya, baiklah bunga mengusirnya, namun rasa mata bunga tak ingin terpejam, otaknya lagi-lagi memutar kejadian yang sempat membuat bunga jengkel, si kiki yang tak tahu malunya menggoda suaminya, terlebih dia adalah sepupu nya sendiri terlebih lagi ia melakukan nya secara terang-terangan seolah ia hanya istri pajangan.

Ok mungkin sebelum nya kata terakhir itu bunga anggap benar jika saja ia tak mendengar langsung pernyataan cinta dari raja semalam dan bunga tahu itu semua murni dari hati raja, dengan semua perlakuan manisnya tak dibuat-buat macam sakarin.

Tubuhnya hanya berguling kesana kemari tapi tak menemukan posisi nyaman, ia membuka matanya lalu mendengus.
"Dasar wanita ular" gumam bunga sebal kemudian ia memutuskan untuk bangun saja dan kembali bekerja dibagian kasir agar lebih aman dari pantauan raja.

Bunga berjalan dengan langkah gontai menuju bagian kasir namun belum sempat ia sampai disana sebuah tangan menarik lengan bunga menuju lorong sepi bagian toilet pelanggan, membuat beberapa karyawan melirik kearah mereka, bahkan ada yang menguping pembicaraan mereka secara sembunyi-sembunyi.

"Apa-apaan sih ini, lepas " ujar bunga menyentakkan tangan wanita yang menariknya.
"Mau lo apa hah? Gue gak akan ramah-tamah ya sama wanita ular macam lo yang kegatelan banget ngintilin dan ngegodain suami gue, walaupun title lo sebagai sepupu sekalipun". Ujar bunga tepat diwajah kiki.

" Suami? Lo yakin status yang lo dapet ini bukan karena permainan kotor lo" ujar kiki melipat kedua tangannya di dada menatap bunga dengan tatapan merendahkan.

"Apa maksud lo" bunga menyerngit dengan perkataan yang ia dengar.

"You know,...lo hanya pura-pura bodoh dengan menerima Pernikahan yang raja usulkan untuk menjual diri lo ke dia, karena lo sangat tahu keuntungan yang bakal lo dapet sekalipun lo hanya bakalan dimainin kedepannya, cafè peninggalan bokap lo, lo ngincer itu kan?." bunga mengepalkan tangannya saat mendengar ucapan kiki, karena ucapannya memang benar.

" Pernikahan yang hanya sebuah kamuflase karna semata menutup hutang dan lo menjadikan diri lo sebagai maharnya, hah klise " bunga rasa-rasanya sudah gatal ingin menabok mulut ember itu tapi dirinya masih ingin mendengar perkataan kiki dan sampai sejauh mana wanita ini tahu tentang pernikahan nya.

" dan jangan bilang sekarang lo udah beneran jatuh cinta jadi lo udah gak butuh cafe tapi sekarang lo ngincer hati raja iyakan? wanita serakah tau gak lo, raja itu milik gue, dia udah janji bakalan nikahin gue, tapi gara-gara elo semua jadi kacau."

" Dari mana lo tahu semua ini" desis bunga

" Ah lo penasaran? Bagaimana kalau gue bilang kalau raja sendiri yang dengan suka rela membeberkan semua itu ke gue, dimalam-malam hangat yang kami lalui bersama" ujar kiki dengan senyum pongahnya.

" Ah tahan mulut dan tangan mu itu jika lo ingin mendapat satu informasi terbaru sekali lagi" bunga sudah sangat ingin merobek senyum di bibir wanita itu jika saja ia tidak sangat penasaran dan ingatkan bunga untuk tidak mempercayai 100 persen ucapan wanita ular ini.

" Kau ingat, pelelangan itu? bahkan semua itu hanya sebuah permainan sandiwara antar petugas pelelangan dengan raja, yang raja buat-buat agar lo terjebak dalam pusara hutang" senyum kemenangan terukir dibibir kiki mendapati wajah bunga yang pucat.

BUNGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang