05 : Flashback

4.9K 433 1
                                    

Katanya berdamai dengan luka itu satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Nyatanya, berdamai dengan luka tidak semudah itu. Apa lagi luka yang telah menghancurkan semuanya. Mimpi dan ketenangan.

Jeslyn Gracia.

Flashback

"Je, yang warna ungu bagus gak ?" Karina menunjukan long dress yang di pegangnya.

"Bagus sih, tapi kayaknya yang cream lebih bagus deh. Cocok sama kulit kamu." Tunjukku pada longdress disebelah kanan nya.

Ya beginilah wanita hanya untuk menghadiri satu pesta, sibuk membeli baju baru. Padahal ada segudang baju di rumah. Dan terkadang masih bilang 'nggak punya baju'.

"Je, anterin aku ke kamar mandi dong. Kayaknya aku bocor deh." Ucap salah satu temanku yang bernama Faya.

"Kar, Val, aku anterin Faya dulunya." Keduanya mengangguk.

Kamar mandi di mol ini cukup jauh. Ada dilantai satu. Sedangkan aku dan teman-temanku tadi berada di lantai tiga.

"Je, itu bukannya mama kamu." Faya menarik tanganku untuk menghentikan langkahku.

Aku mengikuti arah pandang Faya. Iya, itu benar mamaku. Aku menutup mulutku. Aku tidak percaya apa yang aku lihat sekarang. Mamaku bermesraan dengan seorang laki-laki yang jelas bukan Papaku.

Aku menghampiri mereka perlahan. Diikuti Faya dibelakang ku.

"Ma..ma." Ucap ku terbata.

Menyadari kehadiranku Mama menatapku terkejut. Terlihat kebingungan diwajahnya.

"Jeslyn Mama bisa jelasin." Mama menghampiriku. Tapi aku perlahan mundur. Sampai akhirnya aku meninggalkan mereka yang mematung disana. Tak terkecuali Faya.

Aku tau Mama akan mengejarku. Jadi sengaja bersembunyi untuk menghindarinya. Untuk saat ini aku belum siap bertemu dengan Mama.

Aku menaiki taksi menuju apartemen Kak Jason. Apartemen yang dibelinya beberapa tahun yang lalu. Aku tidak bisa kembali kerumah pasti disana aku akan bertemu dengan Mama.

Untung aku masih ingat dengan kata sandi apartemen ini.

Kurebahkan badanku dikasur. Mataku mulai terpejam. Aku tidak benar-benar tidur. Bayangan itu masih teringat jelas dikepalaku. Tak terasa cairan bening lolos dari mataku.

Kenapa semua ini bisa terjadi. Aku mengutuk kesialan ini. Mama yang selama ini ku percaya, tega melakukan hal seburuk itu.

Akibat kelelahan menangis akupun mulai tertidur. Meskipun saat bangun nanti aku mungkin akan kembali menangis lagi.

.

Selama disini aku tidak melakukan hal apapun selain mengurung diri dikamar. Bayangan itu terus saja menghantui kepalaku, terputar jelas diotakku. Tiada hari tanpa menangis. Setiap aku mengingat kejadian itu, tanpa ku perintahkan air mata itu lolos.

Mengurung diriku disini sama sekali tidak membantu. Bahkan malah membuatku tambah sakit.

Selain menyakiti hatiku aku juga menyakiti fisikku. Bagaimana tidak, aku jarang makan selama disini. Aku memang setiap hari memesan makanan untuk berjaga-jaga jika aku lapar. Tapi tidak semua makanan itu ku makan. Bahkan aku pernah satu hari tidak makan.

Bagaimana aku bisa nafsu makan jika aku terbayang kejadian waktu itu. Belum lagi aku memikirkan betapa hancurnya Papa dan Kak Jason jika mengetahui hal ini.

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang