Apapun masalahnya, tetaplah bersyukur. Karena Tuhan memberikan semuanya bukan tanpa alasan. Apapun yang direnggut darimu akan diganti dengan yang lebih baik.
Kennan Jevon Rahardian.
"Maaf Kennant, tapi kan kamu." Aku tidak melanjutkan ucapanku. Karena aku tau dia pasti tau maksudku.
'Aku tidak bisu dari lahir. Aku dan orang tua mengalami kecelakaan sepuluh tahun yang lalu. Yang membuatku bisu dan kehilangan orang tuaku.'
Dia bilang kehilangan orang tua. Tapi bukannya tadi Tante Celline bilang kalau beliau Bundanya Kennant. Aku masih tak mengerti.
"Terus Tante Celline ?" Ucapku tanpa sadar.
'Bunda Celline itu ibu angkat sekaligus adik dadi Mama.'
Aku hanya ber'oh'ria. Tidak tau harus membalas apa. Aku hanya takut salah bicara dan melukai hatinya. Karena aku tau sesuatu yang berhubungan dengan orang tua adalah hal yang paling sensitif.
Kennant menunjuk kearah sofa yang kududuki tadi. Mengisyaratkan mengajakku duduk disana. Aku mengikutinya dari belakangan.
Setelah duduk disofa kitapun saling diam. Aku bisa merasakan aura kecanggungan diantara kita. Sampai pada akhirnya aku melihat dia kembali menulis.
'Kamu mau tau tentang masa laluku ?' Aku mengangguk.
Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang Kennant tuliskan. Kenapa dia mau menceritakan masa lalunya dengan gadis yang baru dia kenal.
'Sebelas tahun yang lalu hidupku hancur. Kecelakaan menimpa keluarga kami. Setelah dokter mengatakan aku kehilangan suaraku pada kecelakaan itu. Ternyata ada kenyataan yang lebih buruk. Aku kehilangan kedua orang tuaku.'
"Kamu pasti terpukul banget saat itu." Kennant mengangguk.
"Kamu benci karena udah mengalami semua itu ?" Kali ini dia menggeleng.
Aku menyerit tak mengerti. Bagaimana bisa dia tidak membenci kejadian yang telah merenggut segalanya darinya.
'Saat itu aku memang terpukul. Aku kelihangan sesuatu yang berharga yang pernah aku miliki. Tapi aku bersyukur ada Bunda Celline dan Ayah Karel yang mau mengangkat aku sebagai anak. Mereka menyayangiku seperti anak mereka sendiri. Sampai aku tak pernah merasa aku adalah anak angkat disini.'
'Kehilangan suara dan kedua orang tuaku memang sangat menyedihkan. Tapi itu semua takdir Tuhan. Tidak ada yang bisa menolaknya. Semua yang Dia berikan pasti ada alasanya. Tuhan mengambil orang tuaku dari sisiku tapi Tuhan juga mengirimkan Ayah dan bunda sebagai gantinya.'
'Dan soal suaraku. Mungkin Tuhan tak ingin aku berkata hal yang buruk. Makanya Tuhan mengambilnya dariku.'
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Bagaimana bisa dia menghadapi semuanya. Dia bukan hanya kehilangan suaranya tapi juga orang tuanya. Dua hal yang sangat berarti dalam kehidupannya.
Bagaimana bisa aku merasa hidupku lah yang paling hancur. Sedangkan disampingku kini ada orang yang kehidupannya lebih hancur dariku. Setidaknya aku masih memiliki orang tua. Meskipun mereka sudah bercerai.
"Kamu bener Ken, aku harus lebih bersyukur." Dia tersenyum membalas ucapanku.
Tanpa kusadari air mataku lolos. Kennant panik melihatku yang tiba-tiba menangis tiba-tiba. Kennant menepuk-nepuk bahuku untuk menenangkanku.
"Mama sama Papa resmi bercerai satu bulan yang lalu. Mama selingkuh." Entah kenapa aku ingin menceritakaan ini kepeda Kennant.
Kennant masih belum menanggapi ucapanku. Dia masih berusaha menenangkanku. Hingga tangisku mulai reda Kennant hendak membalas ucapanku.
'Kamu membenci mama kamu ?' Aku mengangguk.
'Aku nggak bisa kasih saran apa-apa. Karena aku nggak ada diposisi kamu saat ini. Tapi kalo bisa, kamu jangan benci Mama kamu. Seburuk apaapun dia tetap Mama kamu.'
"Aku tau Ken. Tapi sulit banget buat maafin mama."
'Jangan terlalu dipaksaan. Semua itu butuh waktu.'
Aku menoleh kearahnya. Sepertinya aku tidak salah orang. Kennant memang orang yang tepat untuk ku ajak bercerita. Dia bisa mengerti aku. Tidak seperti orang-orang yang memaksaku memaafkan mama dan membuatku lebih membenci mama.
Kami terdiam cukup lama. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sampai pada akhirnya membuka suara.
"Ken, kamu mau nggak ngajarin aku bahasa isyarat." Kennant memandangku binggung. "Ya biar kita lebih gampang ngobrolnya. Nggak mungkin selamanya akan kita ngobrol pakek kertas. Dan.. aku ingin lebih mengenal kamu lewat bahasamu." Kennant mengangguk mengiyakan permintaanku. Lagi-lagi dia tersenyum. Senyum yang selalu menggetarkan hati seorang Jeslyn.
Kennant mengajariku dari hal yang paling dasar, yaitu alfabet. Aku tak terlalu sulit mempelajari itu. Karena semasa kecil aku menggunakan bahasa tangan ketika berbicara dengan temanku saat ada guru. Meskipun ada beberapa huruf yang berbeda. Setidaknya tidak terlalu sulit ku pahami.
'Selamat Pagi.' Kennant merentangkan kedua tangannya kemudian menaruh tangan kanannya di dahi dan menariknya kembali.
'Selamat datang.' Dia membuat isyarat selamat kemudian membuat isyarat datang.
'Selamat ulang tahun.' Dia membuat isyarat selamat kemuian membuat isyarat huruf A dan disejajarkan pada telinga.
'Maaf.' Tangan kanan membuat isyarat huruf A yang diletakkan pada dada.
'Terima kasih.' Tangan kanan terbuka dengan tapak ke dalam lalu dikenakan pada bibir dan digerakkan ke depan.
Aku mencoba mengikuti apa yang diajarkan Kennant, tapi aku tidak terlalu bisa.
"Gimana sih Ken, kok susah banget." Aku mendengus kesal. Kennant malah menertawakanku.
Tiba-tiba Kennant menggenggam tanganku. Menuntunku untuk mempelajari bahasa isyarat. Aku mematung. Detik itu juga duniaku terasa berhenti. Tidak tau kenapa otakku berhenti bekerja.
Kini jarak kami semakin dekat. Oh God jantungku!! Kenapa jantung ini berdetak sangat kencang. Keringatpun mulai membasahi dahiku. Aku membeku. Oh God! Hanya dengan sentuhan tangannya bisa memporak porandakan hatiku.
"Ken.. kalo aku cinta kamu ?"
Tbc
Jangan lupa follow ig saya @widyarneaf dan @arnafifa khusus wattpad.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice
RomanceJeslyn berfikir jika dunianya telah hancur. Namun semua itu berubah ketika Jeslyn bertemu lelaki bisu yang kehilangan kedua orang tuanya. Namanya Kennant, sejak kecelakaan yang melibatkan dia dan kedua orang tuanya. Kennant bukan hanya kehilangan or...