06 : Aku Pernah Bisa Bicara

4.9K 499 1
                                    

Aku bersyukur kepada Tuhan karena pernah memberikanku anugrah yang indah. Meskipun tlah direnggut-Nya kembali.


Kennant Jevon Hahardian.




Aku masih terdiam memikirkan pesan dari Kak Jason. Semalam aku belum sempat membalas pesannya karena keterkejutanku. Semoga kedatangan Mama ke Belanda tidak mengusik kehudipan Kak Jason.

Kuraih ponselku diatas meja untuk menghubungi Kak Jason. Semoga dia belum tidur. Karena di Belanda sudah jam dua pagi.

"Ada apa Je. Jam segini kok nelfon."

Ah ternyata Kak Jason belum tidur.

"Di Indonesia kan udah jam tujuh." Aku terkeheh.

"Yakan Kakak ada diBelanda Jeslyn. Kamu mengganggu tidur nyenyak Kakak tau. Ayo cepat katakan ada apa."

Sebenarnya aku binggung harus mengawalinya dari mana. Menanyakan soal Mama terdengar asing bagiku.

Aku terdiam cukup lama. Kak Jason terus memanggil namaku. Meskipun aku tidak merespon tapi dia tidak mematikan sambungan telefonku.

"Kamu mau bicara soal mama ?" Aku tersadar dari lamunanku mendengar perkataan Kak Jason.

"Iya."

"Sama seperti pesan yang Kakak kirimkan kemarin. Mama kesini menemui Kakak. Kak Jason juga kaget kenapa Mama bisa ke Belanda. Dan gimana mama bisa tau alamat baru Kak Jason."

"Mama nggak ganggu Kak Jason kan ?"

"Mama kesini cuma mastiin Kakak disini baik-baik aja. Sama seperti kamu Jeslyn. Luka itu kembali muncul setiap melihat Mama. Kak Jason berusaha menahannya mati-matian. Karena Kak Jason harus terlihat baik-baik saja di depan Mama." Ucap Kak Jason parau.

Perkataan Kak Jason membuatku teringat kejadian itu lagi. Kejadian yang membuat hidupku hancur. Aku menutup mulutku menahan isak tangisku. Kak Jason tidak boleh tau aku sedang menangis. Aku tidak ingin membuatnya khawatir.

"Je.."

"Hm."

"Kamu.."

"Jeslyn baik-baik aja Kak." Aku mengusap air mataku kasar.

"Bulan ini rencananya Kakak mau ke Indonesia."

"Loh, bukannya masih bulan depan Kak. Kata Papa Kak Jason pulangnya masih bulan depan." Tanyaku heran.

"Emang kamu nggak mau Kakak pulang cepet ?"

"Ih bukan gitu." Aku mencebik kesal.

Aku mendengar suara tawa Kak jason. Kakakku yang satu ini memang menyebalkan. Suka sekali menggodaku.

"Ada berkas yang harus Kakak ambil di Indonesia."

Aku mendengus. "Jadi Kakak pulang ke Indo cuma buat ambil berkas doang ? Bukan karena kangen Jeslyn gitu."

"Hey, tidak usah merajuk. Kamu sudah besar. Lagian orang seperti kamu sama sekali tidak pantas merajuk. Kakak sangat merindukanmu Jeslyn. Sangat."

Aku terkekeh mendengar perkataan Kak Jason yang terkesan lebay. Kesambet apa dia bisa berbicara semanis itu.

"Oh ya Mama juga tanya soal kamu. Katanya kamu nggak pernah mau ketemu atau menerima telfon dari Mama."

"Kak Jason sudah tau alasannya."

Aku memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Aku tidak tahan lagi, tangisku kembali pecah. Kenapa sulit sekali melupakan kejadian itu dan memaafkan mama. Kenapa maaf sangat sulit kuberikan meskipun untuk orang yang telah melahirkanku.

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang