03 : Kamu Sempurna

5.7K 545 5
                                    

Untuk apa banyak bicara jika mata mampu mengatakan segalanya.

Author POV

Hari ini Kennant merasa kurang enak badan. Sejak tadi pagi badannya sedikit panas dan mulai bersin-bersin. Mungkin karena kemarin Kennant hujan-hujan saat pulang ke rumah.

Kennant menuruni tangga sambil tersenyum kearah suami istri yang duduk di meja makan.

"Selamat pagi, Bun, Yah." Kennant merentangkan kedua tangannya kemudian menaruh tangan kanannya di jidat dan menariknya kembali ( bahasa tubuh selamat pagi )

"Pagi sayang." Ucap Celline dan Karel bersamaan.

"Bunda udah buatin roti buat kamu loh. Ayo makan."

Kennant mengangguk lalu mendudukkan dirinya dikursi.

Celline melihat ada yang tidak beres dengan putranya. Kennant terlihat lesu tidak seperti biasanya.

"Kamu sakit ya Ken ?" Ucap Celline panik.

"Gapapa, Bun. Ken cuma flu doang kok."

"Ini pasti gara-gara kamu hujan-hujanan." Karel teringat kemarin malam Kennant pulang dengan keadaan basah kuyup.

"Lagian kamu kemaren kayaknya bawa payung. Kenapa pulang malah hujan-hujanan."

Kennant langsung teringat dengan Jesslyn. Gadis yang secara tiba-tiba hadir di kehidupannya. Gadis seng sekarang membawa payung biru miliknya.

"Kennant pinjemin ke teman, Yah."

"Pacar kamu ya pasti." Ucap Celline menggoda putranya. Kennant hanya menggeleng.

"Kalo bukan pacar nggak mungkin kamu pinjemin payung ke dia. Sampe rela hujan-hujan gini." Kini giliran Karel yang menggoda Kennant.

"Bukan, Bun, Yah. Lagian mana ada sih cewek yang mau sama Kennant." Kennant tersenyum getir.

Celline dan Karel bungkam. Memang Kennant menutup diri karena kondisinya yang bisu. Bukan hanya dengan wanita. Bahkan Kennant tidak banyak memiliki teman laki-laki.

Mungkin bisa dihitung dengan jari berapa orang yang tulus berteman dengannya. Yang lainnya hanya melihat dari kekurangan Kennant.

Bahkan ada beberapa gadis yang pernah mendekati Kennant. Tapi setelah mengetahui Kennant tidak bisa bicara perlahan gadis-gadis itu menjauh. Bisa di lihat mereka hanya memandang paras rupawan Kennant dan tidak mau menerima kekurangannya.

Tapi itu tidak berlaku untuk Jesslyn.

"Kennant lihat Bunda." Celline menarik dagu putranya untuk menghadap ke arahnya. "Banyak wanita baik yang mau sama kamu. Kamu itu sempurna sayang. Kamu itu pinter, ganteng, kurang apa lagi. Hanya karena kamu tidak bisa bicara ? Itu bukan kekurangan Kennant. Untuk apa bisa bicara kalau mata bisa mengatakan segalanya."

"Bunda kamu bener. Kamu nggak perlu minder untuk dekat dengan siapapun. Wanita baik tidak akan mempermasalahkan semua itu."

Kennant menatap Celline dan Karel secara bergantian. Kennant sungguh bersyukur bisa memiliki Ayah dan Bunda seperti mereka.

***

Kennant memasuki area pemakaman. Sudah lama Kennant tidak kesini. Kurang lebih sekitar tiga bulan yang lalu. Kennant menaburkan bunga pada kedua makam tersebut dengan bergantian.

Kennant sangat merindukan mereka. Andai kejadian itu tidak terjadi. Pasti mereka masih bisa bersama hingga saat ini.

Kennant kangen sama kalian. Tapi Kennant nggak boleh ngeluh kan. Itu yang selalu kalian bilang ke Kennant. Kennant baik-baik saja disini. Banyak orang yang sayang sama Kennant. Kalian orang-orang baik, pasti kalian akan mendapatkan tempat yang indah disana. Batin Kennant.

Sebelum pergi Kennant menaruh beberapa bunga lili. Bunga kesukaan mereka berdua.

***

Jesslyn POV

Aku duduk sendirian di Kantin, menunggu Kania yang tidak datang-datang. Katanya kelasnya akan selesai sebentar lagi. Tapi sudah tiga puluh menit aku disini Kania belum terlihat batang hidungnya.

Beberapa menit kemudian aku melihat Kania berlari tergesa-gesa kearahku.

"Maaf ya Je. Kamu nunggu lama ya disini. Habisnya harus ngumpulin tugas dulu sih, lama deh jadinya." Kania berbicara dengan nafas yang terengah-engah.

"Iya nggak papa. Nih minum dulu." Aku menyodorkan orange juice kepadanya.

"Kamu masih ada kelas ya ?" Aku menggeleng.

"Loh kok masih disini. Nggak pulang aja." Kata Kania heran. "Oh aku tau pasti kamu nyariin Kennant kan ?" Kania melanjutkan ucapannya.

"Ih apaan sih Kan, nggak kok."

Sebenernya sih iya. Aku memang mencari Kennant. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya kemarin.

"Je, kamu liat cowok itu." Kania menunjuk laki-laki berkemeja abu-abu yang duduk tepat tiga bangku di depan kami. "Itu musuhnya Kennant."

"Musuh ?" Ucapku tak percaya. Bagaimana bisa pria sebaik Kennant memiliki musuh.

"Namanya Mario dia satu fakultas sama Kennant. Sama-sama anak teknik. Dari awal masuk kampus dia emang udah nggak suka sama Kennant, lebih tepatnya iri. Karena setiap lomba dia selalu kalah dari Kennant."

"Cuma karna itu dia benci sama Kennant ?" Kania mengangguk.

"Bahkan dia sering ngehasut anak-anak buat ngejahuin Kennant."

Aku menganga tak percaya. Bisa-bisanya ada pria seperti itu. Ah, dia tidak bisa disebut pria kalau bersifat rendahan seperti itu.

"Sejak SMA Kennant nggak terlalu punya banyak teman."

"Kamu satu SMA sama Kennant ?"

"Satu kelas malahan. Kamu percaya nggak temen-temannya Kennant itu dari anak yang nilainya rendah ?" Aku menggeleng. Rasanya tidak mungkin.

"Dari dulu Kennant selalu juara kelas. Setiap ikut olimpiade dia selalu menang. Sejak itu siswa siswi yang pintar iri sama dia. Mereka nggak mau deket-deket sama Kennant. Karena mereka merasa Kennant nggak pastes dapetin semua itu dengan kondisinya yang... ya kamu tau sendiri lah. Padahal Kennant sebenernya anaknya baik. Dia sering kok bantuin anak-anak yang lainnya belajar."

Aku kembali menganga tak percaya. Kenapa laki-laki sebaik Kennant harus mendapatkan perilaku seburuk itu hanya karena kekurangannya. Apa salahnya seorang yang tidak bisa bicara bisa mengalahkan orang sempurna lainnya. Bukannya Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tapi kenapa hambanya tidak bisa menerima.

"Kamu tau banyak soal Kennant. Kamu--"

"Suka sama Kennant ?" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Kania sudah memotongnya.

"Iya."

Kania tertawa. "Nggak lah Je, aku udah punya pacar kali." Aku hanya ber'oh'ria.

"Itu yang kamu tunggu udah dateng." Kania menunjuk laki-laki disebrang sana kemudian pergi meninggalkanku.

"Makasih Je, orange juicenya." Ucap Kania dari kejahuan.

Aku membalasnya dengan senyuman. Kemudian mataku kembali menatap ke arah pria yang di tunjuk Kania tadi.

Tbc

Sekedar info

Untuk dialog Kennant jika memakai satu tanda petik ( ' ) artinya Kennant berbicara lewat kertas. Jika memakai dua tanda petik ( " ) artinya Kennant menggunakan bahasa isyarat.

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang