24 : Ayo Berakhir

3.8K 404 12
                                    

Bagaimana jika orang yang kau cintai adalah orang yang membuat hidupmu hancur.

Kennant Jevon Rahardian.


Author POV

"Ken, kamu kenapa." Ken masih belum bergeming. Kepalanya terus saja menunduk.

"Ken kata kamu, sekecil apapun lukanya kita akan tanggung bareng-bareng. Dan kamu nggak akan sembunyikan apapun dari aku. Aku tanya sekali lagi, kamu kenapa?"

Kennant mendongak menatap Jeslyn. Tatapan yang sama sekali tidak bisa diartikan. Tangannya mulai tergerak.

"Kota itu tepat dimana orang tuaku...." Kennant menghela nafas panjang. "Kecelakaan."

Kini giliran Jeslyn yang bungkam. Dia tidak tau harus menanggapi seperti apa. Karena kematian seseorang adalah hal yang paling sensitif. Apalagi tentang orang yang paling berharga. Kini Jeslyn hanya bisa menunggu kelanjutan dari Kennant. Entah Kennant akan diam saja atau melanjutkan ceritanya.

"Saat itu perusahaan Papa berkembang pesat. Untuk merayakan semua itu, kami memutuskan liburan ke Jogja. Hari yang seharusnya menjadi hari terindah malah menjadi malapetaka. Awalnya perjalanan baik-baik saja. Tapi ditengah jalan ada anak kecil menyebrang sembarangan. Papa berusaha menghindari anak itu agar tidak tertabrak. Tapi sayangnya malah mobil kami menabrak mobil lain hingga menyebabkan kecelakaan beruntun."

Jantung Jeslyn berdetak kencang. Tangan yang digunakan meremas ujung bajunya mulai dingin. Jeslyn merasa kejadian itu berhubungan dengannya. Rasa takut dan rasa bersalah menyelimutinya. Otaknya kembali mengingat memory kelam yang dia kubur bertahun-tahun silam.

Kak Jason tunggun Jeslyn.

Aaaaaaaaaa

Brak.

Jeslyn menggelengkan kepalanya. Dia menolak jika kejadian itu berhubungan dengannya. Dalam hatinya Jeslyn berteriak menolak semua itu.

Flashback.

"Kak Jason tungguin Jeslyn dong."

"Kamu disini aja Jeslyn. Kak Jason perginya bentar kok." Jason berlari meninggalkan adik kecilnya.

Jeslyn yang tidak mau ditinggal sendirian, berlari mengejar Jason. Tanpa memperdulikan jalanan yang sangat ramai.

"Kak Jason tungguin Jeslyn." Jeslyn terus berteriak. Meskipun Kakaknya sudah tidak dilihatnya lagi.

"Aaaaaaaa." Jeslyn berteriak kencang sekita sebuah mobil akan menabraknya. Jeslyn tidak bisa berlari karena banyak mobil yang berlau lalang disana.

Brak

Jeslyn semakin mengeratkan matanya ketika suara itu terdengar. Jeslyn mengira dia akan tertabrak mobil itu. Tapi ketika dia membuka matanya. Ada hal yang lebih buruk dari itu. Mobil itu memang menghindari Jeslyn untuk menyelamatkannya. Tapi malah terjadi kecelakaan beruntun karena menghindari Jeslyn.

Jeslyn masih diam ditempatnya. Menyaksikan mobil-mobil yang hancur karenanya. Air matanya terus saja menetes. Kakinya sudah tidak bisa lagi dijadikan tumpuan. Jika saja Jeslyn menuruti perkataan Kakaknya. Semuanya tidak akan terjadi seperti ini.

Jason yang melihat adiknya disana. Segera menghampiri Jeslyn lalu menggendongnya pergi dari tempat itu. Jason tidak ingin adiknya melihat kejadian itu terlalu lama.

Sesampainya dirumah Jeslyn menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya dan  Jason. Bocah sembilan tahun itu tidak berhenti menangis. Semuanya mencoba menenangkan Jeslyn. Tidak ingin Jeslyn mengalami trauma akibat kejadian ini. Karena bocah seusia Jeslyn rentan mengalami trauma.

Beberapa hari setelah kejadian itu. Dion-Papa dari Jeslyn mencari siapa koraban kecelakaan itu. Beberapa korban lainnya kritis dan luka parah. Dan ada dua korban yang meninggal dunia.

"Pah, Jangan sampe Jeslyn tau soal ini. Mama takut keadaan Jeslyn semakin buruk."

"Iya Mah. Kalo Jeslyn sampe tau ada korban yang meninggal dunia pasti Jeslyn akan shock berat."

"Jadi Jeslyn udah buat orang meninggal, Pah, Mah?"

Dion dan Jenira terkejut saat mendapati putri bungsunya dibelakang mereka. Ternyata Jeslyn mendengar pembicaraan mereka.

Gadis kecil itu kembali menangis. Rasa bersalah dan ketakutan kembali menyelimutinya. Hanya ada satu kalimat di otaknya. 'Aku Pembunuh.'

Jenira merengkuh tubuh mungil putrinya. Jenira takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada mental putrinya.

*

Firasat seorang ibu selalu benar. Ketakutan terbesarnya terjadi. Jeslyn putri bungsunya tidak mau keluar dari kamar. Mentalnya terguncang ketika dia mengetahui ada yang meninggal dalam kecelakaan tersebut.

"Aku pembunuh."

"Jeslyn pembunuh Mah, Pah. Jangan dekat-dekat jeslyn."

Jenira tak kuasa menbendung tangisnya melihat putri kecilnya seperti ini. Yang hanya bisa dia lakukan hanya memeluk tubuh Jeslyn untuk menenangkannya.

"Mah, kita harus bawa Jeslyn ke Psikiater. Kita nggak bisa biarin Jeslyn terus terjebak rasa bersalah." Jenira mengangguk menyetujui pertakaan suaminya."

Flashback end.

"Dimana tepatnya?"

"Jalan Merdeka--"

"Tepat jam sembilan pagi. Mobil harrier hitam?"

Kennant sedikit terkejut namun kemudian dia mengangguk.

Ketakutan Jeslyn terjadi. Tangisnya pecah. Dialah yang menjadi penyebab kematian kedua orang tua Kennant. Dia yang telah membuat kehidupan Kennant hancur.

Kennant yang panik karena Jeslyn tiba-tiba menangis segera menghampiri Jeslyn. Kennant mendudukan dirinya disamping Jeslyn.

"Ken...a..ku.."

"Kamu kenapa?" Kennant mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Jeslyn.

"Aku pembunuh..Aku yang udah buat orang tua kamu meninggal. Aku anak kecil yang menyebabkan kecelakan beruntun itu." Secara tidak sadar Kennant melepaskan genggamannya.

"Aku mohon maafin aku Ken. Aku tau aku cuma sampah yang udah buat hidup kamu kacau."

Kennant masih bungkam. Dia tak menyangka, gadis yang dicintainya, gadis yang telah membuat hidupnya berwarna ternyata adalah orang yang telah membuat kedua orang tuanya meninggal.

Mereka saling diam. Hanyut dalam pikirannya masing-masing. Hingga Jeslyn membuka suara.

"Aku nggak pantas dapetin laki-laki sebaik kamu. Aku nggak pantas. Hubungan kita salah Ken, kamu nggak bisa pacaran sama orang yang udah buat kedua orang tuamu meninggal." Jeslyn mengusap air matanya. "Ayo berakhir Kennant. Terima kasih untuk setiap detik yang kamu berikan. Semua itu nggak akan bisa tergantikan oleh apapun. Aku sayang kamu Ken." Setelah mengatakan kalimat itu Jeslyn pergi meninggalan Kennant. Jeslyn berfikir Kennant pasti sangat membencinya. Terbukti dari Kennant tidak mengejarnya sekarang.

Jeslyn terus berlari entah kemana. Rasa bersalah itu terus saja berdatangan.

"Kenapa harus kamu Ken, kenapa harus kamu." Ucap Jeslyn sambil terisak.

Disisi lain Kennant masih diam ditempatnya. Kennant belum bisa menerima kenyataan ini. Kennant menangis. Untuk pertama kalinya air matanya kembali menetes, setelah kematian kedua orangtuanya.

Kenapa kita harus berakhir seperti ini Jeslyn.

Tbc

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang