23

3.6K 375 4
                                    

Jika kamu ada dititik terberat dalam hidupmu. Dan kamu ingin bangkit hanya ada satu cara. Belajar lah mencintai dirimu sendiri

Kennant Jevon Rahardian.

"..andai saja waktu dapat diulang. Dimana keluargaku masih untuh. Dan hanya ada kebahagian didalamnyaa."

Andai aku tahu semuanya lebih awal. Mungkinkah aku bisa memperbaiki semuanya. Mengembalikan keutuhan keluargaku. Apa dengan kehadiran aku dan Kak Jason tidak cukup untuk Mama. Akankah Mama kembali kepada keluarga kecilnya dan meninggalkan kan laki-laki itu, jika aku memintanya.

"Tapi nyatanya waktu tidak akan berulang. Sekeras apapun itu."

"Kamu tau Ken. Awalnya aku merasa, aku orang yang paling menyedihkan. Berpisahnya kedua orang tuaku membuat duniaku hancur. Tapi setelah ketemu kamu. Aku belajar satu hal. Ada luka yang lebih pedih daripada lukaku. Aku bahkan tidak akan kuat jika luka itu menimpaku."

Kennant belum membalas perkataanku. Matanya menatap nanar kearah depan. Entah apa yang dipikirkan pria ini.

"Aku tidak sekuat itu. Saat pertama aku tau aku kehilangan suaraku aku merasa kehidupanku berakhir. Aku berfikir aku tidak akan bisa mengatakan kata sayang kepada orang- orang disekitarku. Bahkan aku pernah mencoba memaksa berbicara hingga tenggorokanku sakit." Kennant tertawa miris. "Bodoh memang, meskipun semuanya akan sia-sia. Kamu tau, aku pernah melukai diriku sendiri karena saking frustasinya. Aku juga sempet nggak mau keluar kamar sampe ngebuat Ayah sama Bunda khawatir."

Aku menganga tak percaya. Mugkinkah Kennant melakukan hal senekat itu. Karena Kennant yang kukenal adalah sosok yang kuat. Dia tidak pernah mengeluh dengan apa yang dia dapatkan. Tapi aku sadar, saat itu yang ada hanya anak kecil berusia sepuluh tahun yang baru kehilangan suaranya.

"Waktu akan benar-benar melayang. Aku berharap itu akan berlalu perlahan. Waktu akan terus berjalan tidak perduli jika ingin menghentikannya. Sesorang yang bersedih akan kehilangan, hanya memiliki dua pilihan. Akan membuat kesedihan itu sebegai penyesalan atau membuatnya menjadi kenangan indah. Semua itu pilihan..."

"...dan aku memilih itu sebagai kenangan indah. Aku mulai bangkit dari kesedihan itu dan berusaha bersyukur."

Aku memegang pipinya dengan sebelah tanganku, menatapnya lekat. "Aku iri banget sama kamu. Diusia kamu yang sekecil itu, kamu bisa punya pemikiran yang luar bisa. Ken, tolong janji satu hal. Apapun yang terjadi dengan hubungan kita nantinya. Aku mohon sama kamu. Tolong tetap disamping aku. Karena aku nggak akan bisa hadapin semuanya sendirian. Aku butuh kamu Ken."

Kennant mengangguk, yang membuat senyum terbit dari bibirku. Kennant mendekatkan wajahnya kearahku. Aku terpejam ketika Kennant mulai menyatukan bibir kami. Hanya sebuah kecupan panjang. Tidak lebih dari itu. Tapi bisa menyalurkan semua luka yang telah kita alami.

Tak terasa cairan bening keluar dari mataku. Tapi kali ini bukan tangis kesedihan. Melainkan tangis kebahagiaan. Karena aku bersyukur memiliki Kennant.

***

Tidak terasa langit sudah berganti warna. Namun aku dan Kennant masih belum ingin beranjak dari tempat ini. Matahari akan segera terbenam. Aku sangat menantikan hal itu.

"Masih lama ya Ken?"

"Lima detik lagi."

I Can Hear Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang