Beberapa saat yang lalu, Adrian menghapus sebagian besar jarak yang telah Alsava buat dengan susah payah. Dengan percaya diri, lelaki itu menolak sikap Alsava yang menjauhinya, melarang Alsava pergi dari sisinya. Adrian boleh saja berkata begitu. Tapi memangnya Adrian bisa apa?
Adrian boleh saja mengancam dan menuduh. Melarang dan mencegah batas. Namun, Adrian takkan pernah bisa mengekang pendirian Alsava. Alsava tahu benar, bahwa terlalu berbahaya membiarkan Adrian terus menemukannya. Maka setelah ini, Alsava akan memastikan sendiri bahwa Adrian takkan pernah bisa menemukannya dengan cara apa pun. Ia takkan membiarkan lelaki itu berbicara satu kata pun padanya. Karena hanya dengan cara itulah, Alsava bisa tetap melihat Adrian bersekolah di sana tanpa embel-embel akan dikeluarkan.
"Oi, Al? Kenapa bengong sih?" Alsava terhenyak begitu merasakan sentakan pelan di bahunya. Suasana di sekolahnya masih terbilang cukup ramai meskipun bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Saat ini Alsava sedang berjalan seorang diri dari kelas menuju ke pelataran parkir. Ia setengah mati berharap suara yang menegurnya itu bukan Adrian. Tapi memang sudah pasti bukan Adrian, karena yang terdengar adalah suara perempuan.
Atau Alsava justru berharap itu adalah Adrian?
Alsava menoleh dan mendapati Nadira sedang berjalan di sampingnya dengan pandangan khawatir. Ah, melihat ekspresi itu membuat Alsava teringat satu hal. Kehadiran Adrian yang tiba-tiba berhasil mendistorsi pikiran Alsava. Sebelumnya ia benar-benar terusik dengan masalah yang baru-baru ini timbul di sekolahnya. Tentu saja, dana sekolah yang tiba-tiba tersendat dan menghambat berlangsungnya kegiatan operasional sekolah benar-benar mencurigakan.
Jika boleh, Alsava ingin tutup telinga. Ia tak ingin terlibat dengan urusan perusahaan yang membuatnya muak. Namun, ia mana bisa tinggal diam menyaksikan nama baik ibunya sedang dipertaruhkan. Apalagi anak-anak sekolah ini diam-diam mengetahui siapa sebenarnya Alsava. Si tuan putri, anak dari pemilik perusahaan yang kaya raya.
“Ah, lo kepikiran masalah dana sekolah ya?” Sekali lagi Nadira menyadarkannya dari lamunan. Meski cerewet, Alsava senang Nadira ada di sana mendampinginya. Setidaknya Alsava tahu ke mana harus menumpahkan isi pikirannya yang nyaris meluap.
“Iya, Nad. Gue penasaran, siapa dalang di balik semua kekacauan ini? Lo tahu persis, nyokap gue yang nama baiknya akan ternodai di sini. Padahal gue yakin, nyokap gue nggak akan pernah curang masalah ginian.” Alsava tidak tahu apakah ia bisa percaya pada Nadira atau tidak. Tapi selain Adrian, ia memang hanya punya Nadira.
Alsava percaya bahwa ada orang perusahaan yang mengawasi sekolah ini. Yang pasti, orang itu cukup berkuasa dan punya kendali atas pengelolaan keuangan saat ini. Orang perusahaan selain Dadang. Tapi siapa? Mana mungkin ibunya, kan? Lagi pula mereka baru saja pindah ke sini dan belum apa-apa ibunya sudah disibukkan dengan masalah perusahaan. Mana sempat peduli untuk menahan dana sekolah.
Tapi selain Dadang, memangnya siapa? Apa kepala sekolah? Salah satu staf guru?
Tak ada siapa pun yang melintas di kepala Alsava selain itu. Hanya saja, di antara berbagai macam kemungkinan itu, hanya Dadang sajalah yang paling mencurigakan. Benar. Dadang adalah perwakilan perusahaan yang bertugas mengawasi sekolah. Ia hanya bertugas mengawasi. Tetapi, ia malah repot-repot terlibat menjadi salah satu staf guru di sekolah. Seharusnya Dadang bisa puas hanya dengan duduk diam di rumah dan mengendalikan segalanya tanpa harus terlibat. Mengapa ia ngotot ingin terlibat?
Sebetulnya, sudah sejak lama Alsava penasaran. Mengapa Dadang yang masih muda dan berkuasa atas perusahaan malah lebih memilih menjadi guru SMA biasa tanpa jabatan yang berarti? Alsava ingat pernah bertanya pada Dadang beberapa waktu lalu. Sejak Dadang mulai mengakui alasannya menerima pertunangan itu, Alsava jadi lebih leluasa untuk bertanya lebih banyak tentang Dadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Bad Boy and Fiancè [Tamat]
Teen FictionAlsava yang masih ingin menikmati masa remajanya, harus ditunangkan dengan pria pilihan ibunya. Awalnya dia pasrah ketika cincin melekat di jari manisnya. Sampai kemudian ia bertemu Adrian, si berandalan kecil pecinta kucing yang hobi tawuran. Bersa...