Orang tua memang yang utama, tetapi jika harus mengorbankan kebahagiaan sendiri, apakah kau akan tetap melakukannya?
****
Kenyataan pahit yang masih tidak bisa diterima Alsava adalah pertunangannya dengan sepupu jauhnya, laki-laki pilihan ibunya yang tidak ia cintai sedikit pun. Namun, sehebat apa pun ia menolak, nyatanya pertunangan itu telah terjadi. Cincin pertunangan kini telah melingkar di jari manis kirinya.
Masa remaja yang indah, sepertinya hanya ada di angan Alsava. Nyatanya sekarang Alsava merasa kebahagiaannya satu per satu mulai hilang. Mulai dari perceraian orang tuanya yang tak bisa diselamatkan, kepindahannya ke sekolah baru setelah ia merasa nyaman di sekolahnya yang lama, dan yang terakhir pertunangannya ini. Selain kehilangan keluarga yang harmonis, Alsava juga harus kehilangan haknya untuk mencintai. Entah apa lagi yang selanjutnya akan terampas dari hidupnya.
"We'll see!" Alsava masih menunggu, apa lagi yang akan merusak hidupnya selanjutnya.
Dering suara ponsel semakin mengusik suasana hatinya. Satu panggilan masuk dengan nama yang sangat tidak ingin ia lihat, tertera di layar ponselnya. Dan Iswara Aryastya, tunangannya yang masuk dalam deretan perusak masa remajanya.
Dengan segera Alsava menolak panggilan itu. Namun, tak lama kemudian, ada satu pesan masuk dari orang yang sama. Isi pesannya memaksa Alsava untuk segera masuk ke kelas. Alsava menatap layar ponselnya penuh emosi. Setelah berhasil mengikatnya dengan ikatan pertunangan, sekarang pria itu ingin mengaturnya juga? Tidak semudah itu.
Alsava sedikit menundukkan kepala, melihat lewat kaca mobilnya, ke gedung sekolah yang luas dan sepi. Sudah cukup lama ia berada di parkiran sekolah dan tak kunjung masuk juga. Alsava masih enggan untuk memulai petualangan baru di sekolahnya yang sekarang. Haruskah ia menjalani pertemanan yang baru lagi? Alsava sendiri tak yakin.
Alsava mengambil ponsel miliknya yang terletak di dashboard mobil. Alih-alih membalas pesan Dan, Alsava justru membuka galeri ponselnya. Melihat-lihat kenangannya bersama teman di sekolah lama. Banyak potretnya yang tersenyum ceria penuh ketulusan. Salah satunya adalah ketika ia dan temannya berpose menampilkan deretan gigi mereka saat berlibur ke taman hiburan setelah selesai ujian sekolah. Betapa bahagianya Alsava dulu, sebelum perceraian itu merusak segalanya.
Alsava mengembuskan napas berat. Ia menyenderkan tubuhnya ke kursi kemudi dan mengelus jidatnya sendiri hingga poninya tertarik ke belakang. Alsava masih merasa enggan untuk beranjak keluar dari mobilnya. Alsava masih berkutat di mini cooper berwarna merah mudanya dan tidak peduli bahwa ia sudah terlambat.
Ketenangan Alsava terusik saat ia mendengar jendela mobilnya diketuk dengan kasar dari luar. Alsava menatap sekilas tersangka yang mengusik ketenangannya. Masih berseragam SMA dan apa yang dilakukan seorang siswa di jam segini? Menyendiri sama sepertinya? Alsava tak yakin, soalnya orang tersebut tidak sedang dalam keadaan tenang.
Ketukan yang semakin keras itu menandakan bahwa anak laki-laki di luar mobilnya sedang benar-benar membutuhkan bantuan. Wajahnya pun terlihat serius dan dengan ngotot orang itu terus menerus mengetuk jendela mobil Alsava.
"Siapa, dih? Ngetuknya kasar banget."
Orang itu terus saja mengetuk jendela mobil Alsava. Semakin lama semakin kuat. Pandangan Alsava teralihkan saat ia melihat dari kejauhan, seorang guru yang tengah mencari-cari sesuatu. Mungkin lebih tepatnya ... mencari seseorang?
Dan orangnya adalah anak laki-laki yang sedang mengetuk jendela mobil Alsava dengan kasar.
Karena merasa kesal, Alsava membuka kaca jendelanya dengan terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Bad Boy and Fiancè [Tamat]
Fiksi RemajaAlsava yang masih ingin menikmati masa remajanya, harus ditunangkan dengan pria pilihan ibunya. Awalnya dia pasrah ketika cincin melekat di jari manisnya. Sampai kemudian ia bertemu Adrian, si berandalan kecil pecinta kucing yang hobi tawuran. Bersa...