Si Setan Sekolah itu ternyata tak sepenuhnya setan. Dia mempunyai sisi lembut yang tak disangka-sangka.
****
Sosok samar-samar yang Alsava pikir itu adalah Adrian, membawa Alsava pada rasa penasaran yang kuat. Maka hari ini, dengan langkah ragu-ragu, Alsava mencoba mendekati kelas yang dikenal sebagai kelas buangan. Kelas itu terletak setelah turun tangga, di lorong sepi dekat laboratorium kimia yang jarang terpakai, yang membuat lorong itu tidak banyak dilalui siswa.
Julukan kelas itu tentu tak datang begitu saja. Kelas itu mendapat julukan tersebut karena di sana hanya berisi murid-murid nakal yang tidak punya niat belajar. Dalam sehari, pasti ada saja yang berbuat ulah. Belum lagi, hampir seluruh siswanya selalu mendapat nilai yang anjlok.
Alsava semakin mendekat. Kini ia sudah berada di depan pintu masuk kelas tersebut. Alsava merasakan hawa-hawa tidak menyenangkan yang datang dari para murid yang tampak memiliki penampilan layaknya preman jalanan.
Di dalam sana, murid-murid berkumpul di satu meja entah sedang membicarakan apa. Ada yang memukul-mukul meja, dan ada yang mencoret-coret entah apa di papan tulis juga meja, membuat setiap meja di kelas itu penuh dengan coretan.
Tak hanya itu, sampah juga berserakan di mana-mana. Tidak ada manusia yang peduli terhadap sampah yang berserakan di kelas tersebut. Bagaimana mau peduli terhadap kelasnya, sedangkan pada diri sendiri saja mereka tak peduli. Penampilan yang sangar semakin terlihat sangar dengan baju yang berantakan. Benar-benar kelas dan manusia yang tak terurus.
Alsava bergidik, merasa geli. Namun, rasa penasaran Alsava lebih besar dari rasa jijiknya pada kelas itu. Adrian yang ia lihat mengelus kucing di seberang toko buku kemarin membuat rasa penasarannya meningkat. Kalau memang manusia urakan itu penyuka kucing, berarti berhati lembut, bukan?
Alsava pun nekat masuk ke kelas buangan itu. Namun tidak terlalu ke dalam, rasanya Alsava hanya sanggup sampai di ambang pintu saja. Tiba-tiba ia membayangkan puluhan harimau yang siap menerkamnya, jika ia mengganggu kandang mereka.
Buset, ini kelas apa rumah hantu? Alsava bergumam dalam hatinya. Alsava meneliti setiap sudut ruangan kelas. Ia bisa melihat kursi-kursi tak berada pada tempat yang seharusnya. Kursi yang melingkar tak beraturan juga terbalik posisinya.
Dan mata Alsava menangkap sosok Adrian. Alsava melihat Adrian sedang duduk di meja, dikelilingi oleh teman-temannya yang sama kacaunya dengan penampilan Adrian. Baju Adrian itu, selalu berantakan setiap Alsava lihat. Tidak pernah dimasukkan. Alsava sendiri heran, bagaimana Adrian bisa merasa nyaman dengan pakaian yang seperti itu. Dasar cowok aneh.
Alsava tak mau berlama-lama berdiri di depan kelas itu. Jadi, dengan sesegera mungkin ia memanggil sang Setan Sekolah. “Adrian!”
Rupanya teriakan Alsava menarik perhatian seisi kelas. Otomatis semua murid menatap heran ke arahnya, termasuk Adrian. Tak lama setelah itu, tatapan heran mereka berganti dengan tatapan tak suka. Terutama Adrian. Tatapannya bahkan lebih mengerikan daripada permasalahan yang sekarang sedang Alsava alami. Percayalah, tatapan Adrian itu seolah mengunci mata Alsava agar terus menatapnya. Supaya Alsava tahu, baru saja ia meneriaki nama seekor singa yang sedang tertidur hingga terbangun dan merasa terganggu.
Adrian berdiri lalu berjalan mendekati Alsava. Lenggangannya serampangan.
Begitu jarak antara ia dan Alsava terlahap habis, Adrian bertanya dengan ketus. "Mau apa lo?"
"Gue mau ngembaliin sesuatu. Barang lo yang ketinggalan di mobil gue waktu itu."
"Dompet?"
Adrian berhasil menebak. Alsava yakin, lelaki itu merasa kehilangan dompetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Bad Boy and Fiancè [Tamat]
Roman pour AdolescentsAlsava yang masih ingin menikmati masa remajanya, harus ditunangkan dengan pria pilihan ibunya. Awalnya dia pasrah ketika cincin melekat di jari manisnya. Sampai kemudian ia bertemu Adrian, si berandalan kecil pecinta kucing yang hobi tawuran. Bersa...