VII. Sisi Lain Setan Sekolah

232 35 6
                                    

Jadi, ada apa dengan hari ini?

Alsava tidak akan terkejut jika mendadak dirinya terjaga dan sedang terbaring mengenaskan di kamarnya. Atau, coba siapa saja pukul pantatnya, agar Alsava segera sadar mana ilusi dan mana yang benar-benar terjadi.

“Ini umur berapa?

Alsava bergidik mendengarnya.

Siapa tadi yang menolak, sampai berteriak kesetanan? Dan sekarang, siapa yang terlihat lebih antusias? Mungkin laki-laki itu tadi terantuk mobil dan otaknya jadi sedikit geser? Maksudnya, ke mana perginya laki-laki berlidah tajam tadi?

"Lowe, yang lo gendong itu, belum ada satu bulan." Perhatian Alsava teralih, ikut mengamati seekor kucing putih kurus di pelukan Adrian. Bulu-bulu di badan kucing tersebut banyak yang hilang---bekas guntingan—dengan kedua mata berair dan telinga kanan yang sobek, bekas guntingan juga. "Dibawa ke sini setelah Mas Eka, penanggung jawab Miaw's Paw, lihat Lowe ditendang-tendang sama anak pemiliknya."

Alsava tidak tahan untuk tidak mengernyit ngeri saat mendengar, juga membayangkan, kondisi Lowe dari cerita anggota komunitas tersebut. Padahal, Lowe masih kecil dan sudah mendapat perlakuan kejam seperti itu? Alsava tidak habis pikir, manusia mana yang tega melakukannya? Namun, sekali lagi melihat kondisi Lowe, Alsava dipaksa percaya. Ada. Ada cukup banyak manusia seperti itu.

Teringat tujuannya kemari---mengurungkan niat mencibir---Alsava ikut menyibukkan diri dengan kucing lainnya.

Dengar-dengar, ada sekitar 30-an kucing yang ditampung di sini. Sebenarnya lebih banyak, hanya, beberapa sudah diadopsi orang dan menyisakan kucing-kucing yang sebagian besar memiliki luka cukup parah. Salah satunya yang digendong Adrian tadi.

Bagaimana Alsava tahu? Tentu saja hasil dari menenggelamkan diri pada dunia maya. Dia bahkan rela begadang beberapa malam untuk mencari komunitas yang kemungkinan paling cocok untuknya bergabung. Apalagi di kota sebesar Jakarta, jelas ada cukup banyak komunitas yang berdiri masing-masing.

Rumah Kucing, Kitty City, Meow Box, entah apa lagi namanya kemarin, Alsava tidak dapat mengingat semuanya. Dan sekarang, di sinilah dia. Miaws Paw. Satu dari sekian komunitas serupa yang Alsava pilih untuk dia terjuni. Sedikit beruntung juga sebenarnya, karena markas komunitas ini tidak begitu jauh dengan letak rumah dan sekolahnya. Jadi, Alsava bisa setiap saat main-main ke sini.

Kembali pada realita.

Saat tengah mengedarkan pandangan, mendadak fokus Alsava tertarik pada sebuah kandang berwarna abu-abu gelap. Ada seekor kucing hitam yang meringkuk diam di dalamnya.

Tanpa sadar, langkah Alsava sudah mendekati kucing tersebut.

"Tabrak lari."

Sebuah suara berhasil membuat Alsava tersentak.

Begitu menemukan asal suara, Alsava mendapati seorang perempuan, mungkin anak kuliahan dengan kaus hitam lengan panjang, serta jeans selutut. Di gendongan perempuan tersebut, terdapat seekor kucing abu-abu setengah basah, dililit handuk merah.

"Ah, sori. Ngagetin, ya?" Perempuan itu tertawa kecil, begitu renyah didengar. Tangan kanannya masih menepuk-nepuk ringan handuk ke badan si kucing. Mengeringkan bulu.

Tidak ingin dicap sombong, Alsava balas tersenyum tipis. Sedikit mengangguk. "Nggak pa-pa. Aku aja yang tadi nggak awas."

"Santai aja ngomong sama gue. Gak enak kalau kaku gitu," seloroh perempuan itu lagi. Tangan kanan yang sebelumnya digunakan untuk mengusap handuk kali ini terulur ke arah Alsava. Mengeratkan pegangan di tangan kiri. "Anak baru, 'kan? Gue Hana."

"Alsava. Dipanggilnya Alsa aja." Alsava balas menjabat tangan Hana. "Tabrak lari?" Mengulangi ucapan Hana saat mengejutkannya tadi.

"Yah, lo pasti tahu. Sering kejadian hewan kena tabrak, tapi dibiarin begitu aja," jelas Hana, menatap sendu pada kucing hitam di dalam kandang. "Tapi Ciko udah nggak pa-pa, kok."

Between Bad Boy and Fiancè [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang