Upstairs | Kaminaga [✔]

Forte

Petikan gitar sayu semayup, mendayu senar dipetik, lamban memainkan melodi tanpa vokal melainkan diiringi tepuk tangan seiring petik senar gitar. Berasal dari ruang tunggu tempat para penghuni berkumpul. Satu-satunya pemuda duduk di antara kerumun tiga gadis, memangku gitar akustik coklat gelap, jari-jari menekan leher gitar, pick hitam memetik senar-senar.

"Ah, Neesan. Selamat datang."

"Bagaimana perpustakaan?"

"Super ramai. Astaga seumur-umur bekerja baru kali ini pengunjung membludak." Kuletakkan sling bag ke meja, menerima uluran gelas teh. Tiga mahasiswi merapat siap membombardir ocehan bersuara nyaring yang aku sudah tahu apa itu.

"Neesan, tadi Kaminaga-sanー"

"Main gitar. Iya, terdengar sampai depan," potongku. Hana cemberut, menyesap jus tomat.

"Bagus ya? Aah, aku ingin bisa main gitar tapi setiap mencoba selalu fals," keluh Rinka.

"Aku dulu juga begitu," timpal Kaminaga disambi kekeh geli.

"B-benarkah?"

"Iya. Setiap mau menekan kunci jariku selalu tergelincir. Temanku sampai marah-marah karena aku sulit diajari," gitar besar ini ditepuk. "gitar ini hadiah pemberiannya."

"Apa temanmu laki-laki, atau perempuan, Kaminaga-san?"

"Hm, siapa ya," canda pemuda itu. Ia membenahi posisi gitar, pick memetik senar. "Mau request lagu?"

"Aku?" Tunjukku pada diri sendiri. "Ah, apa ya? Pilihkan saja deh."

Kaminaga mengangkat kaki kanan ke pijakan kursi, menggenjreng sekali. Selanjutnya petikan melodi dimainkan merdu seiring vokal bersuara. Sudut-sudut bibir tertarik melengkungkan senyum manis, kedua mata agak menyipit teduh, jari-jari lincah bergerak. Lagu yang dinyanyikan fasih meluncur dari bibir, aksentuasi perfek. Pemuda ini tampak sangat sempurna memainkan gitar, tersenyum sebegitu tampan, dibalut kemeja yang sudah keluar dari celana, dasi terikat longgar, rambut yang bagai disaput angin disingkap ke belakang menyisakan anak rambut mencuat gemas.

'Caught me staring in your eyes
And I'm not usually like this
But I like what you're doing to me.'