Isu

171 32 12
                                    

Topik obrolan malam ini banting stir dari makanan manis dan toko kue baru buka karena kehebohan Ayano yang baru tiba sehabis membeli kue ikan di warung. Anak itu panik meletakkan mangkuk-mangkuk plastik berisi sup pedas kue ikan, menunjuk-nunjuk pintu lobby.

"Apa sih? Tenang dulu, coba," kata Akane, gemas menyerahkan botol teh susu untuk gadis yang terengah nyaris tersedak.

"D-di kedai tadi aku lihat Kaminaga-san." Ayano menarik napas, mengembus. Menerima uluran teh susu botol.

"Ya memangnya kenapa?"

"Dia bersama seorang wanita."

Dua gadis lain berekspresi kaget dramatis. Rinka cepat pulih. Dengan wajah penuh kemenangan dia mencetus, "Tuh 'kan, benar! Kaminaga-san pasti sudah punya pacar."

"Seperti apa wanita yang bersamanya?" Tanya Sakura antusias. "Apa tinggi? Cantik? Kaya? Mary sue?"

Ayano menenggak teh susu lagi yang berbuah omelan Akane, menyuruhnya minum pelan-pelan saja, tidak ada yang berminat mengambil botol Ayano. "... sempurna," gumam Ayano muram.

"Yang perfect itu seperti apa? Hei, dia sangat cantik sampai-sampai kau merasa rendah begitu?"

"Bukan merendah!" Ayano melotot. "Dia memang sesempurna itu. Tinggi, bajunya bagus, cantik, rambutnya pirang."

"Oooh, bulai?"

"Mungkin." Ayano menceritakan lebih runtut dimulai saat paman pemilik kedai menyapanya, mengajak ngobrol sejenak. Kedai minum agak ramai, tak membuat Ayano kehilangan ketajaman menangkap eksistensi Kaminaga di meja konter bersama seorang gadis.

Kaminaga yangーjas cokelat disampirkan ke punggung kursi kosong tanpa rompi, simpul dasi dilonggarkan, lengan kemeja digulung sampai sikuーduduk di samping gadis itu mengatakan sesuatu, tangan bergerak menuang sake. Gadis di sisinya tertawa anggun, kepalan tangan menutupi bibir berpulas pemerah bibir serupa ceriーbenar-benar feminin luar dalam. Ayano sampai menceritakan bagaimana siku mereka bersinggungan tanpa canggung, diceritakan dengan kegemasan ambigu antara gemas melihat interaksi manis keduanya atau gemas yang lain.

"Beruntung sekali," tutur Hana seraya mengembus napas.

"Belum tentu itu pacarnya. Siapa tahu rekan kerja."

"Aku tidak yakin. Habis ...." Ayano menggigit bibir gemas. "Mereka cocok sekali!"

Akane mendecak, "kau ini sebenarnya cemburu betulan atau tidak sih?"

Tiga mahasiswi terus membicarakan si wanita misterius teman minum Kaminaga, membuat berbagai skenario kemungkinan hubungan keduanya yang menuai tawa terhibur Sakura. Perempuan paling tua di antara kami itu berseloroh ketiganya lebih cocok jadi sutradara film romansa berplot rumit atau seri drama yang episode terakhirnya tak terprediksi.

"ーjangan-jangan hanakotoba yang waktu itu maksudnya untuk wanita itu?" Tebak Hana.

"Yangーooh, soal kamelia merah itu ya?" Sakura mengusap dagu. "Hmm, bisa jadi."

"Eh, kukira itu buatー" Ryoko mengatup bibir menyadari perhatian tertambat padanya.

"Untuk?" Ulang tiga mahasiswi penasaran.

"Err ... tidak jadi," tandas gadis itu.

Obrolan ngalor-ngidul berakhir setelah sup kue ikan tandas. Akane berbaik hati menawarkan membuang mangkuk-mangkuk plastik dan bungkus makanan lain sekalian membuang ke tempat sampah belakang dan ke binatu. Sakura pergi untuk menjawab telpon pacarnya, sementara tiga mahasiswi melanjutkan obrolan di kamar masing-masing. Tersisa aku dan Ryoko berbagi tisu basah untuk mengelap cipratan kuah pedas di meja.

"Kupikir kamelia merah itu bukan untuk wanita itu." Aku mendengar Ryoko bergumam.

Aku mengangkat bahu, mengumpulkan gumpalan tisu basah kotor. Ryoko menawarkan kembali ke atas bersama. "Aku dapat tugas memeriksa persediaan. Nanti kususul." Dia mengangguk, melambaikan tangan padaku.

Persediaan itu maksudnya minuman-minuman instanーteh celup, kopi, serealーdan galon air. Mulanya ruang pantry itu hanya ruang kosong tak terpakai, lalu tercetus ide menggunakan tempat itu jadi ruang minum. Kami patungan membeli dispenser, meja dan kursi dari toko barang bekas, dan membagi tugas memeriksa persediaan minum sekalian bersih-bersih.







"Oh, ternyata kau di sini."

Ketika melongok aku mendapati Kaminaga berdiri di ambang pintu. Jas cokelat tersampir di pundak sementara tangan kiri memegang tas jinjing dan telunjuk tangan kanan memutar fedora. Harum makanan tercium bercampur aroma kayu manis dan satu aroma manis lain yang asing. "Sore, Kaminaga-san."

"Perlu dibantu mengangkat galon?"

"Boleh." Aku mundur memberi jalan. Tas jinjing dan topi diletakkan lebih dulu, baru badan jangkung dibawa membungkuk. Kaminaga mengeluarkan selembar tisu untuk membersihkan bibir galon dan mulut dispenser, lalu dua tangan padat kukuh mengangkat galon. Tisu basah dibalik, diusapkan ke badan galon. Di jarak dua jengkal ini aroma manis dominan menyeruak. Sedikit mengernyit, aku mundur selangkah lagi. "Terima kasih," ucapku.

"Sama-sama. Tadi kalian makan sup kue ikan?"

"Kaminaga-san tahu dari mana?"

"Ayano-san lewat di depan kedai. Mungkin tidak dengar kupanggil, dia cepat sekali perginya."

Ah, ternyata dia tahu. "Benar. Dingin-dingin begini enaknya makan yang berkuah kan. Atau minum sake."

"Benar, sake. Tadi aku dan temankuー"

"Perempuan," sahutku pelan dan spontan.

"ーminum di kedai depan. Dan, ya. Perempuan." Kaminaga tersenyum geli. Sudut bibir terangkat tinggi-tinggi. "Ayano-san mengatakan sesuatu," tandasnya.

"Dia bilang melihatmu di kedai."

"Bersama perempuan," imbuhnya.

"Ya. Dengan perempuan."

"Kalian kira dia pacarku atau semacamnya?"

"Bukan kalian. Mereka saja," kilahku.

"Dia bukan." Ketegasan dalam suara itu membikin aku manggut-manggut. Oke ... itu bukan urusanku, sebenarnya. "Perempuan itu datang ke studio, minta difoto untuk melamar kerja."

"Hm ... oke?" responsku bingung.

"Setelah ini mau langsung naik?"

"Iya, tapi aku harus membereskan pantry dulu."

Kaminaga mengangguk. Terlihat suatu benda asing di rambutnya bergoyang menarik perhatianku.



"Kaminaga-san, sebentar." Aku sedikit berjinjit, tangan terulur mengambil benda merah di antara warna cokelat. "Ada daun."

Dan sepasang biner kelabu meruak tepat di depan mata. Napas bertemu napas, hangat. Kaminaga berdeham, mundur selangkah. "Terima kasih." Dia cepat membuang pandang, kelabu beriak di matanya. Fedora dan tas jinjing diangkat, Kaminaga pergi.


• Bulai = Bule (kalau salah tolong dikoreksi ya)

• Mary sue : Mary Sue is an idealized and seemingly perfect fictional character.

Alias, dia digambarkan sangat sempurna begitu.

Ini ... harusnya kalau ngikutin jadwal baru di-update Sabtu. Tapi kayaknya bakal digas sampe beberapa chapter habis itu mau nerusin yang lain wkwkwk (plus mau konsen mantengin opening asian para games)

Kalau nggak ada hambatan (dan perubahan plot mendadak wkwk, maafkan otak ini) udah ada satu cerita lagi untuk ngisi seri I'll Knock on Your Door. Semoga bisa segera diselesaiin, hiks :')

Makasih buat para pembaca yang menyempatkan ngasi komen dan vote.

Sampe ketemu ... besok?

Upstairs | Kaminaga [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang