Naik

163 38 12
                                    

Sesuai janji, aku meminjamkan novelku pada Shimano. Dia kelihatan sekali sangat antusias, berbinar menatap sampul novel lalu menyimpan baik-baik dalam tas. Sebagai bayaran dia berbaik hati menemaniku belanja. Namun wajah antusias khas anak kecil itu lenyap begitu dia kuomeli setelah kami membayar di kasir.

"Kau itu tidak bisa asal memasukkan barang ke keranjang. Kauーapalagi akuーbelum tentu butuh memakai itu."

"Tapi tisu yang tadi beda," kilah Shimano malas.

"Beda apanya? Aku sudah biasa pakai merek ini."

"... Yang itu ada gambar tikusnya."

Aku melotot. "Yang benar saja, Shimano Ryosuke."

"Ck, iya, iya." Shimano membuka pintu penumpang belakang, mengambil plastik-plastik belanjaanーuntungnya lebih sedikit karena aku sempat heboh menyuruhnya mengembalikan banyak barangーberjalan mengekoriku masuk apartemen.

Ruang tunggu ramai. Sepertinya Sakura sudah kembali dari traveling bersama pacarnya, Ryoko berwajah lebih segar daripada kemarin, ada Akane juga, masih memakai baju olahraga dengan handuk kecil terkalung di leher. Tiga mahasiswi seribut biasnya, berebut kue kering. Selain mereka ada juga pacar Sakura, Hiroyuki, danーah, Kaminaga juga ada di sana (akhirnya).

"Lho, Neesan datang bersama Shimano-san?" Hana bertanya heran.

"Yo, Anak Kecil."

"Enak saja!" Gadis itu mengerucutkan bibir. "Aku sudah kuliah, tahu!"

"Tetap saja dibandingkan aku, kau itu masih kecil." Shimano tersenyum mengejek.

Aku menaikkan alis, kemudian seperti ada saklar ditekan menyala di benakーbaru ingat Hana pernah bilang punya senior bernama Shimano itu maksudnya seorang Shimano Ryosuke. Gadis itu mengangkat sebutir apel merah, siap dilempar dengan kepala Shimano dijadikan sasaran keras, namun tidak jadi melempar apel tatkala mendapati tangan Shimano penuh plastik belanja. "Shimano-san habis belanja?"

"Bukan. Aku dijadikan babu."

"Fitnah!" Protesku. "Kau menawarkan diri tadi."

"Aku hanya menawarkan mengantarmu sampai rumah. Membawakan belanjaan tidak masuk hitungan."

"Ya sudah, sini kemarikan."

"ーHan, siapa orang itu?" Tanya Ayano.

"Seniorku di sekolah dulu. Tidak kuduga setelah lima tahun tidak bertemu badannyaーaduh!"

"Hei, jangan main buang struk belanjanya, itu belum kucatat!" Aku melotot, mengambil gumpalan struk belanja.

"Aa, Shimano-san mau makan dulu? Atau minum teh bersama kami?" Serahkan pada Sakura soal menjamu tamu. Dia dengan sifat mudah akrab itu bisa membuat orang merasa nyaman dan tidak canggung.

Di luar dugaan Shimano menenteng plastik belanja menuju ruang tengah, duduk di dekat Kaminagaーpersis di seberang Hana, sempat-sempatnya lempar pelototan. Aku mau tidak mau ikut duduk, bertemu tatap dengan Kaminaga karena kami duduk berhadapan. Kami sama-sama buang muka canggung.

Ayano dan Rinka mulai sok akrab menanyai bagaimana Hana dulu di sekolah dan gadis itu meminta Shimano tetap diam. Hiroyuki mengoper segelas teh ke depan Shimano, mengoper lagi segelas teh padaku. Sakura seperti seorang Ibu yang senang ada teman laki-laki anaknya datang berkunjung, memberikan berbagai makanan dan kudapan manis (ー"Shimano-kun, pokoknya kau harus makan! Lihat badanmu kecil begini, kau harus banyak makan!") Dan tawa Hana pecah karena Shimano tersenyum masam disamarkan dengan menyeruput teh. Selebihnya Shimano tampak nyaman menimpali obrolan.




Ini perasaanku saja atau memang ada hawa tidak enak di dekatku.





"Kaminaga-san, mau kuisikan lagi gelasmu?" Tawaran Ryoko di luar dugaan mengejutkan Kaminaga. Pemuda ini mengerjap bingung, agak kikuk, baru menggeleng.

"Eh, Neesan, kau tidak mau menyimpan belanjaanmu dulu?"

"Belanjaーaah, tadi aku beli daging!" Refleks aku merogoh plastik makanan memastikan kondisi barang lain. Ada telur, yang ini sebaiknya segera diamankan daripada aku harus mengeluarkan uang lagi untuk beli telur baru. "Aku naik sebentar."

"Perlu dibantu sampai atas?"

"Sepertinya begitu. Hei, Shimaー"

"Biar kubantu." Kaminaga berdiri, mengambil alih plastik belanja dari kursi seberang. Tawaran yang tidak kusangka bakal keluar sekaligus terdengar familiar di telinga. Dulu, Kaminaga sering sekali menawarkan bantuan yang semakin berkurangーapalagi sejak hari itu kami jarang bertemu lagi. Pemuda ini bertukar lirik dengan Shimano, kemudian melempar senyum yang rasanya lama sekali tidak kulihat. "Ayo," ajaknya halus.

Tak bisa ditolak. Senyum itu menyentak badanku, otomatis berdiri membuntuti Kaminaga. Ryoko mengernyit, begitu melihat kantung belanja senyumnya muncul begitu saja, mengatakan akan mencucikan gelas Kaminaga nanti.

Di koridor, di tangga, hingga tiba di depan pintu apartemenku kami sama-sama diam. Kejadian hari itu terasa seperti baru terjadi, aku seolah dipaksa terus mengingat sejak hari itu dan rasanyaーaneh. Mendebarkan, hangat, perih, bingung. Aku yakin Kaminaga punya alasan melakukannya, yang kurang meyakinkan adalah kapan dia mau buka mulut.

"... Tawaran makan itu," Kaminaga berdeham. "tawaran makan di sini. Masih berlaku?"

Ya ... jadi sebelumnya, chapter ini kumajuin tanggal update-nya bcs kumau ngejar yang di sini biar chapter depan bisa di-update Sabtu besok. Dan kalo gaada halangan macam kuota habis, aku mau publish cerita ketiga .........

Begitulah. Hehe.

Makasih buat yang meluangkan menekan bintang vote sama meramaikan komentar. Sampe ketemu Sabtu ♥

Upstairs | Kaminaga [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang