“Ini sudah benar belum?”
“Mau dirubah seperti apapun kau ya tetap kau. Tidak ada bedanya, tetap kucalーaaaaah!”
Shimano menepis tangan yang menjambak rambutnya, balas mendelik padaku. “Apa?” Tantangku. Dia mendecak, merapikan rambut.
“Halah, kau juga sama. Mau diapa-apakan juga tetap saja begitu. Lagipula kenapa aku harus berangkat bersamamu? Aku bisa berangkat sendiri.”
Shimano mencibir. “Tanya saja pada tetangga tengilmu itu.”
“Aneh. Harusnya kalau kau datang karena Hana mengajakmu, ya kau berangkat bersamaー”
“Dia sudah pergi bersama dua temannya. Sudah ya, diam dan biarkan aku mengemudi dengan tenang.”
“Cih.” Memilih mengalah, akupun bersandar ke punggung kursi. Memerhatikan jalanan padat Minggu malam. Ayano barusan mengabari via groupchat, dia sudah tiba bersama Rinka dan Hana. Sakura bilang dia terjebak macet dari salon dan Ryoko baru tiba bersamaan dengan Hiroyuki. Gambar yang dikirim Rinka selanjutnya membuat grup geger.
Foto seorang Tobisaki Hiroyuki bersama seorang perempuan cantik yang terlihat sangat anggun dan dewasa dalam balutan gaun sederhana berwarna putih. Menendang jauh-jauh dugaan kami mengenai sosok gandengan Hiroyuki. Kemudian Ayano dibuat histeris karena Ryoko mengirim foto yang menampakkan Kusanagi memakai setelan jas hitam. Selanjutnya isi grup hanya sampah stiker Ayano yang mendadak ambyar.
“Oi, setelah lampu merah sini ke mana?”
“Sebentar kucek dulu.” Aplikasi chat berganti ke maps. “Lurus, lalu di pertigaan depan ke kanan. Gedungnya di kiri jalan.”
“Oke.”
Gedung yang sebenarnya adalah ballroom sebuah hotel yang bernama Rose Quartz itu ramai kendaraan. Sesampainya di dalam gedung sudah banyak tamu undangan yang datang. Tepat di tengahnya, berdiri sepasang muda-mudi yang telah meresmikan hubungan mereka sebagai pasangan suami isteri. Seisi gedung dipenuhi aura bahagia. Para tamu bergantian mengucap selamat.
Shimano langsung menghampiri Hana yang berdiri dekat meja es krim. Ada Kusanagi juga bersama mereka, tepat berdiri di sisi Ayano dan Rinka. Aku turut bergabung.
“Sudah ke sana?”
“Belum. Antrinya panjang.”
“Mending makan dulu, hehe.” Rinka mengangkat gelas berisi dua scoop esーmint dan cokelat.
“Nanti keburu malas. Aku duluan ya.”
“Oh, oke.”
Akane terlihat sangat cantik malam ini. Seperti boneka hidup. Rambutnya dicepol, diberi hiasan rambut berwarna ungu lavendel. Gaunnya sederhana, namun mampu memancarkan kesan cantik, anggun, dan elegan dalam diri Akane. Pulasan makeup tak membuatnya terlihat berbeda, justru semakin menonjolkan kecantikannya. Di samping Akane berdiri Tooruーlaki-laki yang selama ini persisten mendekatinyaーmengenakan setelan jas hitam. Dia yang dasarnya berparas tampan jadi lebih tampan lagi. Tampak sempurna bersanding dengan Akane.
“Akaneee!”
Aku memeluk Akane seolah kami adalah sahabat lama yang terpisah waktu. Mataku berair, sedikit memanas ketika melepas dekapannya. “Kudoakan kebahagiaan selalu bersama kalian,” kataku tulus.
“Thanks a lot. Terima kasih sudah datang.” Ah, dia banyak tersenyum hari ini. Akane pastinya sangat bahagia.
Tak kusangkaーdi antara kami bertujuh, Sakura adalah yang pertama kali berpacaran, disusul Ryoko dan Hinaーperempuan ini, yang terlihat tidak berminat menjalin hubungan dengan siapapun, yang tak pernah terlihat dekat dengan siapapun (sebelum aku secara tidak sengaja tahu Tooru mendekatinya) tahu-tahu memberi undangan lebih dulu. Senyum bahagia itu digantikan kejenakaan. “Kau cepat-cepat menyusul dong.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Upstairs | Kaminaga [✔]
FanfictionNamanya Kaminaga. Tinggal di lantai tujuh, namun tiba-tiba pindah ke apartemen lamaku di lantai lima. Datang sebagai sosok misterius dari antah-berantah. Namanya Kaminaga. Dia yang mencintai, namun tak bisa memiliki. [Cerita dari seri 'I'll Knock o...