Ini spesial double update ya, baca bagian Pasta dulu sebelum yang ini. Enjoy!
Sopir taksi yang kami tumpangi adalah lelaki berusia lima puluh tahun, sangat ramah. Beliau menanyakan, kenapa baru pulang selarut ini? Apa kalian habis berkencan? Kaminaga tertawa kelu, mengambil alih topik obrolan. Sopir taksi bernama Shirahata-san ini menggebu menceritakan berbagai orang yang pernah menjadi pelanggannya, menceritakan bahwa ia sebenarnya memiliki beberapa penginapan diurus putri-putrinya, Shirahata-san suka bepergian, tetapi baik istri dan anak-anaknya tidak mengizinkan ia bepergian jauh dengan mobil saja, maka pekerjaan sopir taksi dijadikan alternatif.
"Ah, ya, putri bungsuku suka sekali menonton Maki Katsuhiko di sana." Shirahata-san manggut-manggut, menghela napas lelah. "Dia terus menceritakan Maki, Maki, Maki, Maki begini, Maki begituーkubilang; 'Nak, aku tidak paham.' Dia malah marah-marah. Anak zaman sekarang," omelnya. Hanya Kaminaga yang meladeni celoteh Shirahata-san, aku lebih banyak diam, sebatas tersenyum atau menggeleng ketika ditanyai. Otakku dipenuhi berbagai pertanyaan dan secara sadar aku diam-diam memerhatikan Kaminaga. Kami sama-sama duduk di kursi penumpang belakang, aku duduk dekat jendela berjarak sejengkal saja dari tubuh Kaminaga yang agak maju karena mengobrol.Harum kayu manis mengaburkan bebauan lain, udara yang kuhirup beraroma manis khas pakaian orang di sampingku. Dari samping rahang Kaminaga jelas terlihat begitu tajam, mata kelabu memantulkan sinar lampu-lampu kota membuatnya tambah terang, hidung bangir, lekum tersembul antara kerah kemeja. Badannya tinggi, bahkan ketika duduk Kaminaga terlihat tinggi, tangan agak mengapal menjejak permukaan paha. Tawanya khas sekali, persis gemerisik ilalang, senyumnya hangat seperti lengkung mata menarik senyum.
Shirahata-san kedengaran berat mengakhiri obrolan, taksi berhenti pas di depan gedung apartemen yang sepi menjelang tengah malam. Petugas keamanan menyapa dari pos jaga. Sejenak terdengar suara radio dalam bangunan kecil dekat gerbang, menyenandungkan dua suara penyiar acara malam yang sering kudengar saat terpaksa begadang di masa kuliah. Lampu ruang tengah mati, menyisakan terang di koridor dan tangga saja. Gema bertapak sepanjang kaki meniti anak tangga terdengar selaras tawa cerah di otak.
Kaminaga membuntuti sampai depan pintu apartemenku, sampai kunci berbunyi klik terbuka. Mau tak mau aku membalik badan, sebisa mungkin menghindari pendar kelabu yang memaku tatap. "Terima kasih." Pundak melemas turun, sorot tak terdefinisiーsarat ambiguitasーlurus, lamat menatap. Aku tahu, perlahan menarik senyum. "Ini pertama kali aku menonton pertunjukan dengan tenang."
"Terima kasih juga. Maaf membuatmu tidak nyaman, tadi."
"Iya."
Lantas disergap hening. Denging sepi memekakkan telinga. Sama-sama berdeham kikuk, aku memutuskan undur lebih dulu. "Kaminaga-san, ini sudah malam. Aku ... mau masuk."
Tanpa permisi tangannya menangkap lenganku, meremat pelan.
"Tadi, maaf terlalu mendadak. Aku merasa harus mengatakannya."
"Soalーah, i-ituー" jantung mencelos, aku tergugu. Kaminaga menarik tanganku naik, jejari sedikit berkalus mengusap lambat, penuh kehati-hatian membawa ke depan bibir. Hangat menerpa, meremangkan tengkuk. Dalam gerak cepat bibirnya mencium punggung tangan. Kaku melepas genggaman suam.
"Kaminaga-san bersama seorang gadis cantik di kedai minum."
"Mereka terlihat akrab."
'ーkarena aku menginginkanmu, tetapi tak bisa memilikimu.'
Sudah berapa gadis diperlakukannya sedemikian manis? Apakah perasaan menggantung itu sungguhan karena dibatasi profesiーataukah karena ia sudah terikat dengan seseorang lain?
"Sudah larut," dia berkata, canggung. "Aku naik."
Tidak. Punggungnya tidak akan terlihat sesepi itu jika dia terikat.
"Mm. Selamat malam."
Senyumnya mencapai mata, sehangat mentega meleleh di puncak tumpukan pancake. Terlalu jauh dicapai mata, entah kenapa tetap kurasakan, menelusup hingga celah terdalam hati.
…
Jangan lupa cuci tangan nih ye. Mentang-mentang tangannya dicium.
Aku ... gatau mau ngomong apa ini, huhu. Intinya, aku tidak bosan bilang makasih buat para pembaca yang menyempatkan mampir, baca, ngasi votes, sama meramaikan komentar. Semoga chapter ini (sampe tamat) nggak mengecewakan. Sampe ketemu di chapter depan, bye♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Upstairs | Kaminaga [✔]
FanficNamanya Kaminaga. Tinggal di lantai tujuh, namun tiba-tiba pindah ke apartemen lamaku di lantai lima. Datang sebagai sosok misterius dari antah-berantah. Namanya Kaminaga. Dia yang mencintai, namun tak bisa memiliki. [Cerita dari seri 'I'll Knock o...