Bagian 1

358 147 61
                                    

Selama ini aku terus menyebut nyebut namamu dalam doa panjangku, tapi Tuhan tidak memilih doaku untuk bersanding denganmu

Kini bagiku tidak ada cara lain untuk mengutarakan cintaku selain membukukankan namamu

( Author )

o'Happy readings'o

"Aku adalah wanita timur yang lebih suka menunggu dibanding maju, membuatku sukses kehilanganmu. Satu tahun yang lalu atas nama saling membantu, persahabatan ini terjadi."

Kata seorang gadis yang tengah asyik bermain dengan isi kepalanya sendiri.

O ya readers sebelum aku bercerita panjang lebar sebelumnya kita harus kenalan dulu ya, karena pepatah mengatakan tak kenal maka taaa...? Yap salah jawabannnya. Tak kenal maka taaruf lah. Oke cukup isi giginya perkenalkan nama tokoh itu Ayme Sabira sosok gadis pendiam, pemalu dan sederhana namun berotak cerdas yang memiliki hobi menulis. Ia bukan tipikal orang yang mudah akrab dengan siapa saja, terlebih kepada lawan jenisnya, dan masih banyak lagi sifat-sifat Ayme lainnya yang akan kita bahas dibagian-bagian cerita berikutnya.

Tapi di hari itu ku lihat ia tengah bercanda dengan laki-laki berkaca mata, orang mengenalnya sebagai salah satu novelis muda yang cerdas, rendah hati, berwibawa, bijaksana, dan memiliki seabrek kelebihan yang tidak ada pada Ayme. Ayme menyebut laki-laki itu sebagai guru, kakak pedagogis sekaligus sebagai sahabatnya. Reynansa namanya, dibalik semua kelebihannya ia juga suka melucu terlebih kepada Ayme, ada saja kalimat-kalimat yang membuat Ayme tertawa terpingkal-pingkal saat mendengarnya.

Jauh sebelum akrab seperti yang terlihat pada saat ini, awalnya mereka adalah orang asing. Sebelumnya Ayme tak pernah mengenal sama sekali Rey. Seminar yang membuat keduanya mengenal satu dengan yang lain. Ya Rey yang menjadi pembicaranya, sekaligus bedah buku, sebagai karya tulis pertama yang berhasil ia terbitkan. Kupikir usianya sepuluh tahun diatas Ayme, tapi ditengah seminar itu, ia menyebut tahun kelahirannya. Iya anak tahun 95. Kulihat Ayme kaget dan sedikit kagum,usia semuda itu tapi sudah memiliki karya yang luar biasa.

" Tidak seperti aku yang belum bisa apa-apa. "

Gumam Ayme dalam hati. Saat itu Ayme belum memiliki rasa apa-apa bahkan biasa-biasa saja. Saat seminar sudah berakhir.

"Kalian melihat Danish?"

Tanya Rey dengan sekumpulan peserta seminar yang tengah ribut-ribut ingin berfoto dengannya dan juga dengan Nayesa sebagai moderator pada saat seminar itu. Rey sedang mencari rekan organisasinya sekaligus yang bertugas menjadi penerima pendaftaran para peserta seminar.

" Kayanya kak Danish engga masuk ruangan deh kak, katanya engga punya tiketnya" jawab salah satu dari peserta.

" Aneh sih.." Rey menepuk dahinya.

Tiba-tiba...

"Mas, mas saya punya buku, tapi saya tidak tahu cara menerbitkannya."

Ya aku ingat bagaimana ekspresi Ayme saat dengan polosnya meminta bantuan Rey untuk menerbitkan bukunya. Haha aku tertawa mengingat hal itu, betapa lugunya permintaan Ayme. Maaf untukmu Rey aku menyampaikan pesan dari Ayme. Saat itu ekpresi Rey terlihat kaget dan bingung mendengar pernyataan Ayme. Sekali lagi aku ingin tertawa mengingat kejadian itu. Ayme ada-ada saja. Dasar polos.

" apa? maksudnya?" jawab Rey sedikit heran, dan menatap aneh gadis itu.

" maksudnya, saya sudah menulis buku, sejenis buku motivasi, tapi saya engga tahu cara nerbitinnya.." Ayme memperjelas kembali dengan ekspresinya yang terlihat polos tapi berusaha memberanikan diri berkata kepada Rey.

" ohhhhh..." dengan nada bingung.

Rey melanjutkan jawabannya.

" kalau begitu, nanti kita bicarakan lebih lanjut ya.."

Dengan semangatnya gadis polos itu mengangguk-nganggukkan kepalanya pertanda menyetujuinya.

#Inilah awal mula cerita dimulai?
#mohon sarannya untuk para readers
#ditunggu yahh
#aku pendatang baru maklum kalau kosa kata terbatas

Takdir Tak Memilihku [ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang